BAB 18

Dhuaarrr.....!!!!

Nampan sesaji penuh aneka bunga dan dupa, dengan sebuah kendi ditengahnya tiba tiba meledak membuat seisi kamar kecil itu berhamburan.

"Uhhhukkkk...!! Keparaaattt.....!!!"

Kutuk seorang kakek kakek dekil dengan codet panjang di pipinya sambil memuntahkan berteguk teguk darah.

"Siapa yang sudah lancang membunuh piaraanku. !! Akan kuhancurkan orang itu..!!"

Kakek dekil itu berteriak penuh amarah karena salah satu jin piaraan nya yang cukup kuat telah tewas. Dan itu berimbas kepada sang pemilik jin, si kakek dekil tersebut sampai luka dalam dibuatnya.

Di ruang tengah rumah Pak Lurah, kini semakin memanas.

"Jadi apa yang dikatakan mbak Kumala semuanya benar? Jawaaab...!!!"

Bentak Rahma sambil menunjuk nunjuk muka Angga yang masih bersimpuh merasakan sakit diperutnya. Angga mengangguk pelan, dia sama sekali sudah tidak ada nyali untuk berkelit.

"Setaaaaannn kamuu...!!"

Rahma yang sudah dikuasai amarah karena sudah dilecehkan Angga, tiba tiba menjambak rambut Angga dan membenturkan kepalanya ke lantai. Angga hanya meringis kesakitan, ingin rasanya dia berlari kabur sejauh mungkin, namun apa daya, untuk bangkit berdiri pun dia tak mampu.

Semuanya seperti membiarkan Pak Lurah, Bu Lurah dan Rahma untuk melampiaskan kemarahan nya kepada Angga, merekapun sudah tidak bisa mentolelir kelakuan teman nya tersebut.

Setelah semua lelah melampiaskan amarah, suasana hening, Rahma memilih ke kamar mandi, dia mengguyur tubuhnya berkali kali, dia merasa jijik sudah dijamah jamah oleh Angga.

"Maaf Pak, dengan segala hormat kami memohon Pak Lurah untuk tetap mengijinkan kami KKN di desa ini. Soal Angga, saya selaku ketua tim akan melaporkan semua ke rektorat, sekali lagi kami mohon Bapak mengabulkan permintaan kami"

Ucap Bagas memecah keheningan. Pak Lurah tampak diam sambil memijit mijit kening nya.

"Baik lah, saya mengabulkan permintaanmu, tapi dengan satu syarat, besok pagi pagi sekali manusia bejat ini harus meninggalkan desa Sumber Wangi, aku ingin saat Rahma bangun tidur, si mesum ini sudah enyah dari desa ini"

Ucap Pak Lurah dengan suara bergetar. Dia sangat kawatir anak gadisnya mengalami trauma.

"Terima kasih atas kebijaksanan Bapak, saya berjanji, setelah sholat subuh, saya akan bawa Angga keluar dari desa ini"

Balas Bagas sambil membungkuk hormat, kemudian semuanya pamit undur diri.

"Masss...kalian sebenarnya siapaa.."

Tanya Fitri yang sebenarnya sudah tidak sabar ingin mengetahui segala tentang Radit dan Doni.

"Ceritanya panjaaaang, besok kalau kalian sudah tidak ada kegiatan, kita ketemu, nanti kami ceritakan apa saja yang kalian ingin tau"

Balas Radit, kemudian mereka berdua pamit dan segera masuk ke mobil, Fitri dan Kumala pun melambaikan tangan nya kemudian masuk ke kamar.

"Gilaaa....ternyata ada loh pendekar di desa ini, keren sekali..."

Ucap Fitri masih teringat bagaimana epic nya kejadian di belakang rumah.

"Iya pit, aku pun tidak akan percaya jika tidak melihat dengan kepalaku sendiri"

Balas Kumala yang juga masih keheranan dengan apa yang disaksikan nya.

"Untung Pak Lurah tidak mengusir kita semua, emang dasar mesum tu anak, kebanyakan nonton bokep pasti!"

Gerutu Fitri teringat kelakuan Angga. Kumala hanya memandangi langit langit kamar tanpa menjawab omelan Fitri.

"Dit, tak kiro awakmu gur iso ilmu penyembuhan, itu tadi yang keluar dari jarimu apa"

Tanya Doni penasaran.

"Ora ngerti Don, tanganku kayak gerak sendiri, seperti ada yang mengendalikan otak ku"

Radit pun sama heran nya, dia punya kekuatan membunuh juga.

Setelah beberapa saat, sampailah mereka di rumah lek Pardi, mobil dikembalikan tanpa kurang sama sekali, kecuali BBM nya tentu saja.

Hari ini cukup melelahkan bagi Radit, sepulang dari rumah paklek nya, dia langsung merebahkan tubuhnya di kamar. Berbeda hal nya dengan Doni, dia masih sibuk berandai andai membayangkan Kumala.

"Leeee....awakmu iso nambani ugo iso mateni, gunakno kanti wicaksono.!"

Baru terlelap beberapa saat, Radit mendengar suara Kakek Sulaeman disertai bau yang sangat harum. Radit tersentak dari tidurnya.

"Nggih mbah, matur sembah nuwun"

Jawab Radit lirih, kemudian dia tidur lagi. Kali ini dia benar benar terlelap.

Tak terasa pagi sudah datang, matahari sudah mulai merangkak naik dari ufuk timur.

Saat nya melakukan rutinitas yang tidak pernah membosankan bagi Radit dan Doni, nongkrong di warung Kang Ahmad.

"Maszeehh.... kopi ginastel duwa..!"

Seru Doni yang masih terbawa euforia semalam. Radit hanya memutar matanya.

"Kang tulung totalke kasbon ku, mumpung duit ku rung di silih kancaku!"

Ucap Radit cengengesan sambil melirik ke arah Doni.

"Duapuluh tujuh ribu, kalau punya Doni, tiga puluh empat ribu"

Jawab Kang Ahmad sambil memperlihatkan buku catatan kasbon yang sudah sangat lecek.

Raditpun langsung menyerahkan selembar uang limah puluh ribuan, dan kang Ahmad segera memberi kembalian dan memberi catatan LUNAS pada buku kasbon nya.

"Lha kowe ora nyarutang sisan Don, biasane kwe kompak, utang bareng, mbayar yo bareng"

Ucap Kang Ahmad sambil menengadahkan telapak tangan nya di depan Doni.

"Ora sabaran nemen sih Kang, ra ngerti po lagi mbayangke widodari"

Balas Doni sambil memberikan 2 lembar uang pecahan 20 ribu.

"Halaaaah, widodarimu arep mbok pakani kasbon..."

Ucap Kang Ahmad sambil tertawa.

"Looohh Doon, itu bidadarimu pagi pagi kok sudah kemari"

Seru radit sambil menunjuk ke arah Kumala dan Fitri yang berjalan anggun menghampirinya.

"Kok Kumala tau kalau aku disini, kalau tau mau kesini, tadi aku mandi dulu, hehehe...."

Tanya Doni yang tampak berbunga bunga.

"Santai aja mas, Kumal juga belum mandi tuh, masih bau iler, hihihi..."

Fitri menyahut dengan kejahilannya.

"Kita kan janjiannya nanti sore, kok pagi pagi sudah kesini, eh, tapi kok tau kalau kami disini"

Tanya Radit lalu mempersilahkan Kumala dan Fitri untuk duduk.

"Tadi pagi pagi Bagas, Surya dan Farah nganterin si angga ke semarang, jadi kegiatan hari ini di tunda besok, dari pada bengong di rumah, mending jalan jalan, gituu mas"

Jawab Kumala santai, kemudian memesan 2 gelas susu kepada Kang Ahmad.

"Si Pitri tuh mas, dari semalem ga sabaran pengen wawancara soal semalem, dia yang maksa maksa datang kesini pagi pagi"

Lagi lagi tutur bahasa yang kalem dari Kumala mampu melelehkan hati Doni, dan membuatnya semakin jatuh hati.

Fitri hanya cengengesan sambil menyruput segelas susu.

"Sesuai janji kami semalam, kami akan ceritakan apa saja yang kalian ingin dengar, tapi ada satu syarat, jangan panggil Mas, kayaknya kita seumuran, bahkan mungkin aku lebih muda dari kalian"

"Okee...mulai sekarang aku ga manggil mas lagi, aku panggil sayang..!"

Ucapan Radit langsung dibalas Fitri dengan jahil sambil cekikikan. Radit pun memerah.

"Kumala juga panggil aku sayang yaa.."

Timpal Doni. Kumala mengambil sebelah sandal jepit nya dengan gestur hendak melempar ke arah Doni.

Mereka pun tertawa melihat Kumala yang selalu cool kini ada sedikit kemerahan di pipinya.

Terpopuler

Comments

Endro Budi Raharjo

Endro Budi Raharjo

si ipit ini...lucu jg

2024-11-20

0

Karebet

Karebet

👍👍👍👍

2023-10-04

1

Karebet

Karebet

👍👍👍👍

2023-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!