BAB 2

Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di rumah Pak Kadus.

"Assalamu'alaikuum Pak Kadus" 

"Wa'alaikum salaaam"

Jawab Pak Kadus yang tampak sudah rapi mengenakan seragam nya.

"Wah, sudah mau berangkat ngantor Pak"

Ucap Doni setengah sungkan, karena kedatangan mereka pastinya akan sedikit mengganggu Pak Kadus yang akan berangkat ngantor.

"Sini masuk dulu"

Tawar Pak Kadus berbasa basi.

"Tidak usah Pak, terima kasih, cuma mau bertanya apakah sudah ada info pekerjaan atau belum Pak"

Sela Radit penuh harap. Tentu dengan muka yang dibuat agak memelas.

"Ada, brosur nya saya tempel di papan pengumuman di kelurahan, kalian kesana saja"

Jawab Pak Kadus sambil membenarkan gesper nya yang sebentar sebentar melorot karena perut buncitnya.

"Iya Pak, terima kasih banyak, kalau begitu kami mohon pamit, assalamu'alaikum"

Setelah dijawab Pak Kadus, kedua pemuda ber titel pengangguran tersebut kembali pulang.

"Ayo ke balai desa sekalian Don, lihat brosur lowongan"

Ajak Radit. Dari pada langsung pulang, di rumah pun hanya gabut tak ada yang bisa dikerjakan.

"Ya sudah ayo, siapa tahu kita masuk kriteria"

Jawab Doni sedikit skeptis.

Kedua pemuda tersebut memang bukan tipe tipe orang yang optimis.

Sesampainya di kelurahan, mereka langsung menuju papan pengumuman di depan balai desa kelurahan, disana tertempel beberapa brosur lowongan pekerjaan sesuai perkataan Pak Kadus (kepala Dusun).

Radit mulai membaca satu persatu brosur brosur tersebut.

"Lowongan garment, dibutuhkan wanita yang bisa menjahit. Lowongan gawe wong lanang kok ora ono ya Don"

(Lowongan buat cowok kok ga ada ya Don)

Celetuk Radit yang makin skeptis.

"Ada ini Dit, lowongan menjadi TKI ke Jepang dan Korea, minimal SMA sederajat, kita masuk kriteria ini"

Sahut Doni tanpa menoleh ke Radit.

"Ndasmuuu.....dadi TKI kudu mbayar sik jutaan, wis ayo muliiih...."

Radit hendak menarik tangan Doni untuk diajak pulang.

"Gimana, Ada yang cocok atau tidak"

Tiba tiba Pak Kadus sudah ada dibelakang mereka berdua.

"Waah, kayak nya tidak ada Pak, sebenarnya ya kepengen jadi TKI Pak, tapi tidak punya modal"

Jawab Doni sambil cengengesan.

"Kalian mau atau tidak ikut proyek bikin talud, Kalau mau mulai minggu depan bisa kerja"

Tawar Pak Kadus yang merasa sedikit iba dengan 2 orang generasi penerus desa tersebut.

"Iya Pak mau, dari pada tidak ada kegiatan"

Sahut Radit tampak bersemangat.

Setelah sedikit berbasa basi, mereka berdua memutuskan untuk pulang.

Hari hari terasa berjalan sangat lambat bagi mereka mereka para penyandang gelar pengangguran, dan malam yang dinanti pun akhirnya tiba.

Radit memilih tidur lebih awal, bukan karena apa apa, radit sadar betul bahwa begadang itu memerlukan tambahan biaya, beli rokok meskipun rokok merk antah berantah yang tidak pernah ada iklan nya, atau sekedar segelas kopi untuk menemani lamunannya.

Ngenes yaah jadi pengangguran, author udah ngalamin, jadi bisa cerita seperti itu, hehehe...

Seperti malam malam sebelumnya, Radit malam ini bermimpi aneh lagi, namun isi mimpinya agak berbeda dari sebelumnya.

**di dalam mimpi**

"Masya Allah... ini tempat apa, kok bagus banget, asri semuanya, tapi kok sama sekali tidak ada orang, apa jangan jangan aku sudah mati ya, ini surga kali ya..."

Mreneeeo leee.... 

Terdengar suara serak berwibawa khas kakek kakek.

Suaranya menggema di semua penjuru, Radit hanya menoleh kesana kemari mencari dari mana sumber suara ber asal.

Radit terus saja berjalan sambil tetap menengok kiri kanan siapa tahu dia menemukan asal suara tadi.

Setelah beberapa waktu berjalan, sampailah Radit di sebuah sungai kecil yang sangat jernih, bahkan makluk makluk khas sungai pun tampak jelas saking jernihnya air tersebut.

Secara reflek dia menangkupkan kedua telapak tangannya dan mengambil air lalu meminumnya.

Memang dia sama sekali tidak merasa haus meskipun sudah jalan teramat jauh.

Tentu saja, karena dia sedang berada di alam mimpi.

Beberapa teguk air sudah diminumnya, namun karena kejernihan air tersebut seakan akan Radit tidak pernah puas jika hanya meminumnya beberapa teguk.

Diseberang sungai, tampak burung burung kecil mendarat di samping sungai kecil itu untuk minum dan mandi.

Radit terpaku lumayan lama melihat pemandangan yang sangat menenangkan jiwa.

Tiba tiba dia teringat akan suara yang memanggilnya tadi, radit kembali menoleh ke kanan dan ke kiri.

Saat menoleh ke kiri, dilihatnya sebuah pohon beringin yang lumayan besar, daun nya sangat lebat.

Tepat dibawah pohon, duduk seorang kakek kakek berbusana serba putih, rambut, kumis, dan jenggotnya pun semuanya putih.

Kakek kakek tersebut tersenyum ramah saat pandangan Radit berhenti di sosok kakek tersebut.

Tak ada perasaan takut saat melihat kakek itu, justru Radit berjalan mendekat ke arah pohon beringin.

"Lungguh kene lee.."

(lungguh \= duduk)

Tawar si kakek penuh keramahan.

"Nggih mbah, matur sembah nuwun"

Jawab Radit sambil membungkuk hormat.

Si kakek tersebut menggeser posisi duduknya semula, kemudian mempersilahkan Radit duduk di bekas si kakek.

Setelah duduk, Radit merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Pejamkan matamu, bayangkanlah saat ini kamu menyatu dengan alam"

Perintah si kakek dengan suara berkharisma nya.

Entah mengapa Radit menurut saja dengan semua perintah si kakek.

Saat radit terhanyut dalam alam pikirannya yang penuh kedamaian, tanpa sepengetahuan Radit, si Kakek berdiri, mulutnya seperti membaca doa atau mantra, entahlah, pokoknya komat kamit gitu lah yaa.

Dua jari si kakek tiba tiba mengeluarkan cahaya putih, kemudian diarahkan nya tepat di ubun ubun Radit.

Hanya sekedipan mata, cahaya tersebut melesat masuk ke tubuh Radit via ubun ubun.

Radit tidak merasakan apapun, tapi dia tiba tiba membuka mata seolah olah sinar tersebut membangunkannya.

"Piye lee perasaanmu saiki"

Tanya si kakek sambil tersenyum.

"Saya belum pernah merasakan perasaan setenang dan sedamai ini kek, ini dimana ya kek, apakah saya sudah mati terus masuk surga"

Tanya Radit dengan kepolosan nya yang original.

"Haahaahaaa... oraaa leee, kowe belum waktunya mati, kok pede banget kowe masuk surga. Jadilah orang yang berguna untuk orang orang sekitarmu dahulu, terutama ibumu. Habis itu kalau kamu pengen mati ya gapapa, haahaaahaaa..."

Jawab si kakek sambil tertawa renyah.

Radit hanya garuk garuk kepala sambil cengengesan.

"Wis buruan pejamkan matamu lagi, bayangkan saja orang orang yang hidup di sekelilingmu"

Perintah si kakek yang sama sekali tidak bisa dibantah atau sekedar bertanya mengapa.

"Saya melihat bendera kuning mbah, ada orang yang meninggal dunia"

Radit tiba tiba membuka matanya dengan kaget karena melihat bendera kuning yang menandakan ada seseorang yang meninggal dunia.

"Kono mulih"

Si kakek menepuk pundak Radit.

Terpopuler

Comments

Taufik Hidayat

Taufik Hidayat

gk sekalian aja Via Dana🤣🤣

2023-06-19

5

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Monggo dipun lanjutaken... Pak Dhe 😛😀💪👍👍🙏

2023-06-17

2

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Monggo di pun lanjutaken... Pak Dhe 😛😀💪👍👍🙏

2023-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!