BAB 20

"Kwe wis mateni ingon ingonku, entenono piwalesku....!!"

Dukun codet berteriak sambil mengacungkan sebuah kerisnya ke atas.

Saat tengah malam, dengan bantuan para jin piaraannya, Ki Codet, dukun yang bersekutu dengan iblis tersebut mencoba menelusuri jalur gaib yang ditinggalkan si makhluk jelek yang telah tewas di tangan Radit.

Ki Codet ingin menuntut balas atas kematian salah satu piaraan nya. Dia adalah dukun yang dimintai pertolongan nya oleh Angga untuk mengguna guna Rahma.

Asap kemenyan mengepul semakin tebal seiring mantra mantra yang di rapalkan Ki Codet. Keris yang di pegangnya tampak bergetar, kemudian di tempelkan di dahinya yang dekil itu.

"Ketemuu....!! Hahahahaaa.....!!"

Ki Codet tertawa lantang di dalam kamar ritualnya, dia membusungkan dada menampak kan kesombongan bangga akan kesaktiannya karena sudah menemukan target yang dimaksud.

...****************...

"Lha iyo lho Ditt, untung saja kemarin itu kamu mendapat penglihatan, yen ora lak yo Rahma wis di tusuk tusik ro dapurane Angga.."

Doni membuka perbincangan saat mereka ngopi di warung.

"Iyo Don, nek wis terlanjur ditusuk, kae cah KKN mestine di usir kabeh, awakmu ora iso ketemu Kumala"

Jawab Radit cekikikan.

Raimuuu....

"Itu proyek pengaspalan jalan baru hampir dimulai, kok kita tidak dapat panggilan kerja lagi Dit"

Ucap Doni agak memelas sambil menghitung ulang sisa recehan di dompet kusut nya.

"Lek Pardi nawari kerja di Jambi, gelem opo ora.."

Radit sebenarnya sangat ingin ikut paman nya ke Jambi, ya walaupun hanya beberapa bulan, sebagai tambahan pengalaman saja.

"Oraaa...., aku ga tega meninggalkan ibuk ku jauh jauh, ntar tanya Pak Kadus lagi saja, siapa tau ada info kerjaan yang deket"

"Yo mengko wae bar magrib, mugo mugo ono"

Akhirnya kedua pemuda itu berangkat ke rumah Pak Kadus setelah mereka selesai sholat magrib. Namun mereka hanya mendapat kecewa, tidak ada pekerjaan dalam waktu dekat ini.

Proyek pengaspalan sepenuhnya sudah dihandle oleh dinas terkait, pun para pekerjanya adalah bawaan dari kontraktornya.

Demi menghilangkan kekecewaan, mereka berniat ke rumah Pak Lurah. Siapa lagi yang dituju, Kumala tentu saja.

Walaupun Radit hanya menuruti permintaan Doni untuk menemaninya, namun dia juga harus mempersiapkan mental menghadapi kejahilan Fitri.

"Assalamu'alaikum mbak Farah, Kumala sama Fitri nya ada?"

Ucap Doni sopan kepada Farah yang sedang membolak balik kertas ditangannya.

"Eh mas, silahkan duduk. Mereka berdua dari sebelum magrib ga keliatan, entah kemana, biasanya selalu pamit ke temen temen kalau mau pergi"

Jawab Farah sambil mempersilahkan duduk.

Kemudian mereka pun ngobrol ringan penuh basa basi, berharap Kumala dan Fitri segera kembali.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 23:30, dan mereka mulai khawatir dengan Kumala dan Fitri. Tak terkecuali Pak Lurah yang mendapat laporan dari Farah.

"Jangan jangan mereka berdua tersesat, kita akan mencari mereka sekarang, kita bagi 2 kelompok, kita cari mengelilingi desa, nanti kita bertemu di masjid"

Pak Lurah segera memberikan instruksi, tampak kepanikan dari wajahnya, bagaimanapun juga ini adalah tanggung jawabnya.

Namun Doni lah yang terlihat begitu panik, dia sangat khawatir dengan keselamatan Kumala.

"Tenang Don, ojo kuatir, Kumala karo Fitri mesti bakal ketemu"

Radit mencoba menenangkan sahabatnya yang tampak sangat gelisah.

Pencarian pun dimulai, seluruh desa sudah disisir dari timur ke barat, namun nihil.

Bahkan tidak ada satupun warga yang melihat mereka berdua. Hal ini tentu saja semakin membuat semuanya bertambah panik.

"Kumaaall.....aku takuuut.. hikks...hiks..."

Fitri terus saja menangis ketakutan, Kumala sendiripun sebenarnya juga merasakan hal yang sama, namun dia mencoba untuk tetap kuat.

Mereka berdua merasa seperti berada di ruangan yang sangat gelap, tidak ada setitik cahaya pun, tempat yang lembab dan berbau anyir.

"Wooiii demiiiittt....!!! Lepaskan kamiii....!!!"

Teriak Kumala dengan sisa sisa keberaniannya, diapun hampir putus asa dengan keadaan tersebut.

Hiiiii....hiiiihiiiii.......

Terdengar tawa makhluk entah apa menggema di seluruh ruangan. Fitri yang sangat ketakutan hampir saja kehilangan kesadarannya.

Tak ada pilihan lain, Kumala dan Fitri hanya bisa membaca doa doa yang mereka bisa. Namun hal itu tak kunjung membuahkan hasil. Saat mereka lelah membaca doa, terdengar kembali suara suara tertawa seperti mengejek mereka.

Pencarian dihentikan, mereka akan melanjutkan nya keesokan harinya. Namun Doni enggan untuk pulang, dia akan melanjutkan pencarian seorang diri.

"Ayo golek i bareng, semoga kita dapat petunjuk"

Ucap Radit yang tak tega melihat sahabatnya hendak mencari sang pujaan hati yang entah kemana perginya. Doni mengangguk seakan mendapat semangat baru untuk melanjutkan pencariannya.

"Goleki ning ndi Dit"

Meskipun semangatnya begitu membara, namun Doni tidak tau harus mulai mencari dari mana. Radit mencoba berfikir keras, pikirannya langsung tertuju kepada mbah Sulaeman.

"Ayo ke makam"

Doni hanya menurut, meskipun sebenarnya dia sangat yakin kalau Kumala dan Fitri tidak mungkin sedang berada di makam.

"Ora ono Dit, ra mungkin lah Kumala karo Fitri dolan ning kuburan wengi wengi"

Ucap Doni yang otak nya masih nge lag akibat kekhawatiran nya terlalu berlebihan.

"Gundulmu.... lha sopo sing arep nggoleki ning kene, tenangno ati ro pikiranmu dhisik, ayo ke makam simbah, siapa tau kita diberi petunjuk"

Radit mulai kesal juga dengan Doni, dia terlalu panik.

Lalu Radit mengajak Doni untuk duduk bermeditasi di situ. Tampak Doni sudah jauh lebih tenang.

Setelah beberapa saat, tercium aroma yang sangat wangi seakan akan membuat meditasi mereka semakin dalam.

Sementara itu di kediaman Pak Lurah yang masih ramai.

"Pak, tadi mas Radit sama mas Doni melanjutkan pencarian entah kemana, saya sudah coba menasehati mereka untuk melanjutkan besok saja, tapi mereka tampaknya nekad"

Ucap Bagas yang tadi satu kelompok dengan mereka.

"Kita doakan saja mereka berhasil, hanya itu yang kita bisa lakukan saat ini"

Jawab Pak Lurah datar. Diapun sebenarnya ingin tetap melanjutkan pencarian, namun mereka semua tidak tahu harus mulai mencari dari mana.

Saat kedua sahabat itu merasakan kedamaian yang begitu menenangkan, telinga mereka tiba tiba menangkap suara suara samar.

Ada suara wanita yang menangis dan satunya lagi berteriak. Radit dan Doni sangat mengenali suara tersebut.

Seko arah kono...!!!

Setelah yakin dengan sumber suara, Doni bangkit dan berlari ke arah utara diikuti Radit.

Mereka terus berjalan ke arah utara sambil menajamkan indra pendengarannya.

Tanpa mereka sadari, mereka sudah masuk jauh ke dalam hutan. Tiba tiba Radit dikejutkan dengan sepasang benda merah yang tampak seperti mata.

Begitu Radit menatapnya, makhluk tersebut melesat hilang entah kemana. Radit mengira itu hanya kelelawar hutan yang matanya memang merah menyala.

Doni mencoba memanggil manggil nama Kumala dan Fitri, namun sampai serak pun dia tidak mendapat sahutan apapun.

Mereka kembali menajamkan pendengaran nya, berharap suara Kumala dan Fitri terdengar lagi.

Hiiiihiii.....hiiiiihiii....... kwe nggoleki cah wedok loro kae, ora bakal ketemu, wis tak gowo ning panggonanku.....

Terpopuler

Comments

Benny Iskandar

Benny Iskandar

meh update gak tor?

2023-06-06

4

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

yg sabar mencarinya thor...heheh

2023-06-05

0

Benny Iskandar

Benny Iskandar

sipp tor

2023-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!