BAB 19

"Kumala juga panggil aku sayang yaa.."

Timpal Doni. Kumala mengambil sebelah sandal jepit nya dengan gestur hendak melempar ke arah Doni.

Mereka pun tertawa melihat Kumala yang selalu cool kini ada sedikit kemerahan di pipinya.

"Ceritanya lumayan panjang, sebaiknya kita cari tempat yang lebih nyaman. Oh iyaa, alangkah baiknya jika kita bawa bekal minuman sama cemilan, hehehe..."

Ucap Radit yang langsung di setujui teman temannya. Fitri pun bergegas mengambil beberapa bungkus makanan ringan dan 4 botol air mineral di warung kang Ahmad.

"Kita mau dimana ngobrolnya"

Tanya Fitri yang mulutnya tak henti hentinya mengunyah.

"Di sawah belakang rumahku ada sebuah gubuk, mirip mirip gazebo lah yaa, kita ngobrol disana saja"

Balas Doni lalu memimpin mereka berjalan menuju tempat yang dimaksud.

"Si Kumal digandeng tangannya dong, mosok dibiarkan jalan sendirian"

Kembali Fitri menggoda Doni, Doni pun hanya nyengir tidak ada keberanian sama sekali untuk menggandeng tangan Kumala.

"Ayo mas, mulai ceritanya, keburu habis cemilan nya sama Fitri"

Kini Kumala pun tampak ingin segera mendengar cerita dari Radit.

"Ingat syaratnya apa? Jangan panggil mas"

Doni menimpali.

"Radit sayaaang, yuuuk dimulai ceritanya..."

Fitri tampaknya begitu senang menjahili Radit dan Doni, Radit pun menjadi begitu salah tingkah. Bibit bibit kebaperan mulai bersemi di hati Radit.

Beda dengan Doni yang bisa beralih mode menjadi garangan dengan segala modusnya, Radit masih terlalu polos.

"Nanti sayang beneran loooh, kata orang orang LDR itu beraaat...."

Gantian Kumala yang meledek Fitri, dan dia pun malah ketawa cekikikan.

"Jadi denger cerita ga nih"

Radit berusaha menetralkan kejahilan Fitri.

"Ya kalau aku, mau berlama lama juga ga masalah, malah seneng aku"

Timpal Doni mode garangan on.

Akhirnya Radit dan Doni saling bergantian menceritakan semuanya dari awal mereka didatangi kakek kakek di mimpi mereka, sampai dengan peristiwa semalam.

Kumala dan Fitri seperti mendengar dongeng saja, hati kecilnya jelas tidak percaya dengan semua cerita tersebut. Namun dengan mata kepala mereka sendiri pulalah mereka menyaksikan bahwa apa yang dikatakan Radit dan Doni adalah benar.

Karena terlalu banyak diselingi senda gurau, tak terasa sudah 2 jam lebih mereka berada di gazebo yang biasanya dipakai para petani untuk istirahat.

"Terus kalian ga ingin gitu buka praktek pengobatan alternatif misalnya, kan lumayan bisa dapet penghasilan"

Tanya Kumala mencoba memberikan solusi agar kelebihan mereka lebih bermanfaat dan bisa sebagai mata pencaharian.

"Sempat terlintas di pikiran kami, tapi belum berani, jika mbah Sulaeman yang menyuruh, maka akan kami laksanakan"

Jawab Radit penuh keraguan, dia sendiripun sebenarnya belum siap menerima tanggung jawab yang begitu besar baginya.

Kumala dan Fitri hanya mengangguk tanda paham apa yang dimaksud Radit.

Setelah cerita usai, dan cemilan pun habis tanpa sisa, Kumala dan Fitri pun pamit.

"Radit sayaang, kami balik dulu yaa.."

Fitri cekikikan melihat wajah Radit yang kembali memerah, Kumala mengacak rambut sahabatnya gemas, pengen rasanya cabutin bulu matanya satu persatu.

"Aku jadi pengen khilaf..."

Ucap Radit pelan, namun ternyata terdengar oleh telinga Fitri.

"Khilaf aja sayang gapapa, yuuuk khilaf berjamaah, wkwkwkwk...."

Fitri tertawa renyah lalu melambaikan tangan nya ke arah Radit dan Doni. Kumala pun hanya geleng geleng kepala dibuatnya.

"Yakin ga mau dianter niih..."

Teriak Doni sangat terlambat, karena dari tadi dia terhipnotis oleh wajah manis kumala yang bahkan belum mandi dan tanpa make up sama sekali. Kumala tidak menjawab, hanya melambaikan tangan nya sekali lagi, pertanda dia ga mau diantar.

"Kok isoooo....bocah ayu ayu koyo ngono gelem karo pengangguran tukang utang...."

Gumam Kang Ahmad sambil geleng geleng kepala saat melihat Kumala dan Fitri berjalan pulang melewati warungnya.

"Paling gur di PHP mas, mengko nek wis rampung KKN yo rampung leh hubungan"

Sahut mbak Lastri sambil menyuapi anak bayinya. Begitulah kira kira emak emak, julid.

"Ditt..mengko nek wis do rampung KKN, njur piye nek aku pengen ketemu Kumala yo"

Pandangan Doni tampak kosong, masih memandangi jalan dimana punggung Kumala tadi menghilang dari pandangan.

"Yo mbuh Don, aku ora ngerti. Aku mulih Don, rep ngising!"

Radit pun pulang meninggalkan Doni yang masih dilanda kegalauan. Ingin rasanya dia mengungkapkan perasaan nya selagi Kumala belum pergi dari desa. Namun Doni cukup tau diri, dia hanya pemuda desa tak berpunya, dan entah bagaimana kelak masa depannya.

"Jika mencintaimu adalah kesalahan, maka kutunggu kamu mencintaiku biar kita sama sama salah..."

Gumam Doni salah kutip quotes.

...****************...

"Nanti setelah kita selesai, trus balik ke semarang, aku pasti sangat merindukan mereka berdua"

Ucap Fitri di sela perjalanan pulang mereka, kali ini dia tampak serius bicaranya, dan Kumala malah heran, jarang jarang Fitri bisa diajak omong serius.

Paling pas dia nangis nangis putus sama cowok nya doang bisa omong serius.

"Mereka, atau cuma Radit..."

Gantian Kumala menjahili Fitri, dan spontan dua jari Fitri mencubit pinggang Kumala.

"Memang sih, mereka baik orangnya, sangat sopan memperlakukan wanita, bedalah pokoknya sama anak anak di kota"

Jawab Kumala seakan setuju dengan perkataan Fitri.

Semenjak Radit mengetahui bahwa kakek dimimpinya adalah mbah Sulaeman, dia dan doni sering ziarah ke makam beliau.

Hari ini adalah hari jum'at, Radit dan Doni sengaja berangkat sholat jumat lebih awal untuk mampir dahulu men ziarahi makam mbah Sulaeman.

Sesaat setelah mereka selesai mendoakan beliau, muncul bau harum yang sangat mereka kenal, dan tiba tiba di kepala mereka seperti ada suara mbah Sulaeman.

Bakal ono durjono gawe angkoro, kowe kudu waspodo..!!

Pesan singkat mbah Sulaeman seakan menggema di ruang kepala mereka berdua. Bahkan sempat membuat kepala mereka pusing. Dan mereka pun hanya saling berpandangan.

"Arep ono kejadian apa lagi ini Don, firasatku kok ora kepenak"

Ucap Radit lirih, Doni hanya diam, perasaan nya pun mendadak sangat tidak enak.

...****************...

Sementara itu si gubuk kakek dekil bercodet, kamar yang masih acak acak an tersebut kembali penuh dengan sesajen. Asap kemenyan mengepul memberikan aroma menyengat indra penciuman.

Tampak di sebuah nampan tembaga yang cukup besar, ada 3 buah keris dengan bentuk yang berbeda di taruh disana, ada pula beberapa jenglot disana.

Dukun bercodet tersebut mengambil semangkuk darah ayam cemani yang baru saja disembelih dengan kerisnya.

Dengan mulut komat kamit tangan dukun itu mengolesi satu persatu jenglot dengan darah ayam cemani. Hal yang tidak masuk akal terjadi, jenglot yang tadinya hanya seperti boneka menyeramkan, kini mereka berdiri seolah olah hidup.

"Kwe wis mateni ingon ingonku, entenono piwalesku....!!"

Dukun codet berteriak sambil mengacungkan sebuah kerisnya ke atas.

Terpopuler

Comments

Karebet

Karebet

👍👍👍

2023-10-04

2

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

ayamnya di makan aja thor.....wkkwkk

2023-06-04

3

Benny Iskandar

Benny Iskandar

seng siji gak di update toh tor?

2023-06-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!