BAB 11

"Raimuuu.....wani nggaji aku piro mbok kon dadi bodyguard"

Jawab Doni, lalu dia bangkit dan pamit pulang.

Sore pun tiba, Doni sudah rapi dengan outfit kasualnya, celana jeans belel, kaos oblong warna dark grey, sandal gunung dan jaket parasut khas para pendaki gunung, baginya ini adalah outfit terkeren.

Otewe omahe Radit....

Gumam Doni pelan.

Harusnya Radit yang yang nyamperin Doni, karena dari rumah Radit jika hendak ke rumah Pak Lurah melewati rumah mewah Doni.

Namun Dedek Kumala berhasil membuat Doni yang sebelumnya adalah pemuda yang hobby bermalas malasan, cuek, dan nganyelno pokoke, menjadi seorang pemuda yang tidak sabaran, sok sok an cool, dan penuh kata kata cinta bak pujangga.

Sesampainya di rumah Radit....

"Piye Dit..., aku sudah keren belum, minta parfum nya Dit, punyaku habis"

Ucap Doni cengengesan sambil membenarkan jaketnya, dan yang lain nya, dia mencoba melawan rasa gugup nya mempersiapkan mental demi ketemu dedek Kumala Dewi.

"Raimuuuuu....arep pedekate cewek ora modal..!!"

Gerutu Radit sambil menyodorkan botol parfum yang Radit pun malah jarang memakainya.

"Uang gajian proyek tempo hari masih ada Dit? Pinjam 20 ribu sini buat pegangan siapa tau nanti Kumala ngajak jajan bakso"

"Gustiii....... apa dosa kesalahan hamba sampai mempunyai teman seperti ini..."

Teriak Radit sambil menengadahkan tangannya ke atas. Justru Doni malah tertawa tanpa perasaan berdosa.

Setelah menerima 4 lembar mata uang bernominal 5000 an, merekapun segera berangkat ke surau, sholat magrib, kemudian langsung menuju rumah Pak Lurah untuk menjemput sang dambaan hati dedek Kumala Dewi.

Sampai sudah mereka di di depan rumah kepala desa yang tidak terlalu berwibawa tersebut. Tampak di teras para mahasiswa ngobrol dan bercanda canda. Di meja depan mereka ada setumpuk kertas beberapa gelas teh, dan sepiring ketela rebus.

"Sana buruan bilang ke Kumala mumpung belum terlalu malam, tapi ingat yaa..., kalau Kumala ga mau kamu ajak, ojo ngendhat.."

Ucap Radit menggoda Doni sambil mendorong dorong badan Doni supaya segera maju.

"Ngendhat matamuuu.....!!"

Doni masih gugup, dia masih butuh mengatur ketenangannya terlebih dahulu, sementara Radit terus saja mendorong dorong punggung Doni.

Tak ayal kedua pemuda itu justru menjadi tontonan para mahasiswa yang tengah ngobrol diteras, mereka berbisik bisik membicarakan 2 pemuda tersebut.

"Itu dua orang kenapa yah? Mencurigakan sekali, apa kita bilang ke Pak Lurah aja yah"

Bisik salah satu mahasiswi kepada temannya.

Tiba tiba Rahma keluar rumah dan bergabung dengan para mahasiswi, dia ingin tau seperti apa dunia kuliah, sebagai gambaran saat dia nanti kuliah juga.

Tiba tiba salah satu mahasiswa langsung mendekatinya, Angga tampak nya ada ketertarikan dengan Rahma, namun bisa dilihat justru Rahma tampak risih dengan tingkah Angga, akhirnya Rahma pun memilih pindah diantara Kumala dan Fitri.

Ada rasa panas juga di hati Radit saat melihat Angga kelihatan cari cari perhatian ke Rahma, namun apalah daya, Radit bukan siapa siapanya Rahma.

"Bismillah..."

Akhirnya Doni nekad mendekati mereka yang sekarang berhenti berbisik bisik, Radit mengekor dengan sesekali melirik ke Rahma.

"Ngapunten mengganggu Mas Mbak, dek Rahma, kulo badhe ngajak mbak Kumala ningali wayang ting dusun sebelah, nopo mbak Kumala purun.."

Doni berbicara sopan dengan nada yang sangat gugup, apalagi setelah melihat wajah ayu Kumala, level gugup nya naik berlipat lipat.

"Duh...maaf mas, saya tidak ngerti bahasa jawa, dari kecil saya tinggal di jakarta"

Jawab Kumala sambil memberi kode kepada Rahma minta untuk di terjemahkan.

"Ooohh, gini lho mbak Kumala, itu mas Doni kepengen ngajakin mbak lihat pertunjukan wayang di desa sebelah, mbak Kumala nya mau apa ga"

Rahma menjelaskan dengan gestur jahil ke Kumala.

"Oohhh, aku mau mau aja sih mas, tapi sama temen temen yang lain yaa, guys.... yuuk ikut mas Doni, aku belum pernah sama sekali lihat wayang"

Pinta Kumala pada teman lain nya.

Malah ngajak liyane, ra sido romantis ki...

Batin Doni yang belum hilang gugup nya.

"Yaudah ayooo, tapi jangan malam malam yaah, takut dimarahin bapaknya dek Rahma"

Balas Fitri bersemangat.

"Aku ijin ke Pak Lurah dulu ya mas, semoga di bolehin"

Kumala kemudian bergegas masuk rumah bersama Rahma untuk meminta ijin.

Dan Pak Lurah pun mengijinkan, dengan syarat sebelum jam 12 malam harus sudah sampai rumah.

"Dek Rahma ayo melu sisan"

Ajak Doni dengan niat menyenangkan Radit.

"Mboten mas, matur nuwun, tidak dibolehin sama bapak"

Kemudian mereka pun berangkat berjalan kaki beriringan. Hanya butuh sekitar setengah jam untuk sampai di lokasi wayang.

Tidak semuanya mahasiswa ikut, hanya 2 orang mahasiswi, dan 2 orang mahasiswa, plus Radit dan Doni.

Doni sangat canggung untuk memulai obrolan nya dengan Kumala, karena ada beberapa teman Kumala yang tak henti henti nya menggoda Doni, jelas saja mereka sudah paham dengan maksud dan tujuan Doni.

Sementara Radit justru mengobrol dengan 2 orang mahasiswa yang berasal dari luar jawa, mereka hanya ngobrol ngobrol ringan sepanjang perjalanan.

Sampai lah dilokasi tempat pertunjukan wayang, begitu banyak penonton yang datang memadati lapangan tersebut.

Mungkin ratusan pedagang menjajakan beraneka ragam makan mengelilingi lapangan.

Di jaman itu pertunjukan wayang tergolong hiburan yang sangat langka, butuh biaya yang sangat mahal untuk menyewa dalang, waranggono dan lain nya. Maka sebab itulah warga warga dari desa lain pun sangat antusias ikut meramaikan nya.

Karena di tengah lapangan sudah penuh sesak, akhirnya Doni memilih melihat dari arah samping. Selain lebih nyaman, dekat pula dengan para penjual jajanan.

Mereka pun tampak menikmati pertunjukan wayang, apalagi bagi Kumala dan teman nya yang sama sekali belum pernah melihat wayang secara langsung.

Perhatian Doni tak pernah lepas dari Kumala, dia yang mengajak, maka dia pula yang bertanggung jawab sepenuhnya.

"Mbak Kumala mau saya belikan kacang rebus? Atau jagung bakar..."

Tawar doni masih menyisakan kegugupan, disertai degupan jantung yang semakin tidak teratur.

"Iya mau mas, jagung bakar aja keliatannya enak, tapi jangan panggil mbak dong, serasa tua amat aku, panggil Kumala aja"

Jawab Kumala dengan senyum yang membuat Doni seakan akan melayang tinggi keluar dari bimasakti.

Karena 2 mahasiswa yang bersama Radit sama sekali tidak paham bahasa jawa, lebih lebih bahasa dalang, maka mereka hanya bercanda canda sambil mencoba satu persatu jajan yang di gelar disitu.

Saat Doni menunggu jagung dibakar oleh penjualnya, tiba tiba ada 4 orang pemuda nafas nya bau miras murahan menghampiri Kumala dan Fitri.

Radit dan yang lain nya sama sekali tidak menyadarinya, dikiranya 4 pemabuk itu juga hanya penonton  biasa seperti mereka.

Salah satu pemuda hanya mengenakan kaos buntung, tampak tatto bergambar lambang cinta di tusuk panah di lengan kanan nya, tampak maju ke arah fitri.

Kumala yang paham situasi langsung menarik fitri ke belakang tubuhnya.

"Cah ayuuu....jenengmu sopo, melu aku yok"

Pemuda ber tatto wagu tersebut mengulurkan jarinya hendak mencolek dagu Kumala.

Kreeekkkk......!!!!

Terdengar suara tulang yang di plintir.

"Berani sentuh aku, kupatahkan jarimu...!!"

Bentak Kumala sambil masih memegangi jari yang di pelintirnya.

Spontan ketiga teman pemabuk itu menyerang Kumala agar melepaskan tangan kawan nya.

Saat sejengkal si pemabuk hendak memukul Kumala, tiba tiba sebuah tendang melesat dari samping.

Buuuukkkk......!!!!!

Terpopuler

Comments

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍

2023-06-23

3

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Wuihh...Doni jadi Pahlawan Kemalaman untuk membela Sang Kecantikan Kumala....😛😀💪👍👍👍

2023-06-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!