BAB 12

Saat sejengkal si pemabuk hendak memukul Kumala, tiba tiba sebuah tendang melesat dari samping.

Buuugghhh....!!!!

"Lanangan modelan opo kowe wanine gur karo cah wedok, ayo gelut ning kono, ojo ning kene..!!"

Teriak Doni sambil menginjak punggung pemuda ber tatto yang baru saja kena tendangan samping.

Doni tampak begitu emosi melihat Kumala hampir saja kena pukul.

"Sudaaah mas, aku ga papa, kita pulang saja yuuk.."

Lagi lagi Kumala paham situasi, dia tidak mau masalah menjadi semakin besar dan merusak kesenangan warga yang sedang asyik nonton wayang.

"Sabar Don.., kae gur cah mabuk, bukan tandinganmu"

Bujuk Radit yang khawatir kalau Doni benar benar lepas kendali. Radit tau betul kemampuan bela diri Doni.

Doni mengangguk mengiyakan ajakan Kumala, pun dengan teman lain nya.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba tiba Doni berhenti dan membalik kan tubuhnya.

"Sudahlah mas..., ayo pulang.."

Bujuk kumala lagi, sepertinya gelagat doni mencurigakan.

"Tunggu, aku cuma sebentar"

Tanpa menunggu persetujuan siapapun, Doni berlari ke tempat tadi. Kumala dan yang lain nya tampak khawatir, tidak sampai 5 menit Doni sudah kembali lagi.

"Ini jagung bakarnya, tadi lupa dibawa"

Ucap Doni cengengesan sambil menyerahkan jagung bakarnya ke Kumala.

"Kiraiiinnn....!!"

Kumala mendengus kesal sambil memutar bola matanya, pengen rasanya jitak kepala

Cieeee....Kumala doang yang dibeliin, aku enggaaa....

Goda si Fitri pada Kumala, namun Kumala hanya cuek aja sambil menggigit jagung bakar yang masih hangat tersebut.

Sementara Doni hanya cengar cengir.

Namun hatinya sungguh berbunga bunga, kini dunia Doni seolah hanya Kumala.

Obrolan ngalor ngidul dan canda canda ringan mewarnai perjalanan pulang mereka.

Namun baru setengah jalan, mereka dihadang oleh 4 orang preman yang tadi.

Mereka tampak beringas, bahkan 2 orang diantaranya memegang kayu pentungan.

"Sopo mau sing nantang aku gelut..!! Ayo..maju..."

Bentak si pemabuk bertatto lope dengan anak panah menembusnya.

"Akuu..!! Mari kita lihat seberapa kemampuanmu..maju satu persatu apa mau maju bareng, sak karepmu..!!"

Bentak Doni Jumawa. Bahkan doni tidak memposisikan dirinya dengan kuda kuda.

Kedua tangan Doni memberikan kode kepada teman teman nya untuk mundur.

Radit tampak begitu khawatir, bukan takut kalau Doni kalah, Radit takut jika ke empat pemabuk tersebut dibuat babak belur oleh doni dan menimbulkan masalah baru.

"Mas, gimana ini mas, kasihan mas Doni dikeroyok empat orang, ayo bantuin mas...!!"

Fitri tampak begitu cemas.

"Engga perlu mbak, mbak Fitri jangan khawatir, Doni pasti bisa mengatasinya"

Jawab Radit yakin.

Hanya Kumala yang ekpresinya tampak biasa biasa saja, dia justru tampak antusias sebentar lagi menyaksikan pertarungan.

Salah seorang pemabuk yang membawa pentungan berlari maju mengayunkan kayu ke arah Doni.

Dhuaaakkk....

Belum sempat kayu dipukulkan, kaki Doni secepat kilat mendarat di dagu.

Tubuh si pemabuk seketika itu juga tubuhnya lunglai hilang kesadaran.

Dan secara spontan Fitri malah tepuk tangan.

Kumala hanya melirik Fitri sambil memutar bola matanya.

"Bangsaatttt.....tak pateni kowe...!!

Teriak pemabuk ber tatto mengeluarkan segenap tenaganya hendak memukul Doni dengan amarah menggebu gebu karena melihat kawan nya tumbang dengan sangat mudah.

Seeeettthh...buuuggghhh....

Doni dengan gesitnya melayangkan tendangan berputar yang tepat mengenai ulu hati.

Pemabuk bertatto yang entah siapa namanya entah dari desa mana, jatuh berlutut menahan perih teramat sangat di ulu hatinya.

Doni sedikit lengah karena kepercayaan dirinya terlalu tinggi, satu pemabuk lainnya yang membawa pentungan mencoba memukul Doni dari belakang.

Dheessss.... Kreeekkkk....!!

"Kita impas mas..!"

Tak disangka sangka, Kumala melayang mengeluarkan jurus tendangan samping menghajar pemuda dengan pentungan tersebut, terdengar suara seperti tulang rusuk yang retak, 3 orang pemabuk tumbang tak berdaya, tinggal seorang pemabuk lagi yang hanya mematung, celananya tampak basah, mungkin dia ngompol karena ketakutan, atau ngompol karena kebanyakan minum miras, entahlah.

Doni dan kawan kawan nya malah melongo melihat Kumala ternyata bisa ganas juga.

"hehehe...aku cuma ingin ikut bersenang senang mas, maaf..."

Ucap Kumala cengengesan sambil garuk garuk kepala.

Dan kawan kawan nya pun masih melongo belum percaya bahwa Kumala bisa ilmu bela diri.

Bener bener wanita idamanku...Gusti..., cewek ini saja yang jadi jodoh saya Gusti....please....

Batin Doni dengan nada memaksa.

Merekapun meninggalkan 4 orang cecunguk penenggak miras oplosan non SNI tersebut, tak peduli bagaimana nasib mereka.

Tak lama kemudian mereka pun sudah sampai di rumah Pak Lurah. Waktu baru menunjukkan jam 10 malam lebih sedikit.

"Lhoo, kok sudah pada pulang, apa tidak tertarik lihat wayang"

Sapa Pak Lurah di terasnya sambil ngopi.

Pak Lurah pun terpaksa menggunakan bahasa indonesia ber aksen medhok nya, karena sebagian besar dari mereka berasal dari luar jawa tengah.

"Bukan nya engga suka Pak, tadi tiba tiba perut saya mules, terus saya ajak pulang mereka"

Jawab Kumala berdalih. Mereka sudah sepakat untuk mengarang cerita jika ditanya tanya oleh Pak Lurah, dan benar saja, bagaimanapun para mahasiswa KKN adalah tanggung jawab Pak Lurah selama mereka tinggal di desa Sumber Wangi.

"Dit, Don, lha ngopo kowe iseh do ning kene, pada pulang sana, sudah malam..."

Ucap Pak Lurah pada 2 sahabat tersebut.

"Saya kira mau diajak ngopi dulu Pak.."

Jawab Doni sambil cengengesan.

"Hussss, bocah kurang ajar..!!"

Doni dan yang lain nya hanya cengengesan mendengar perbincangan dengan Pak Lurah.

"Kumala, aku pamit dulu yaa, terima kasih sudah mau aku ajak lihat wayang, maaf kan kejadian tadi"

Doni berpamitan kepada Kumala yang kini tampak jauh lebih mempesona di mata Doni.

"Aku yang terima kasih mas, hati hati dijalan, sering sering main kesini mas"

Ucapan Kumala sontak membuat lutut Doni lemas, Doni benar benar dimabuk asmara.

"Nyuwun pamit Pak Lurah, pamit dulu semua, assalamu'alaikum.."

Radit melihat kawan nya sudah susah mengendalikan perasaan nya, buru buru pamit pulang kemudian segera menarik tangan Doni yang masih terus menatap Kumala dengan senyum indahnya.

"Koyone aku jatuh cinta Dit, jebul koyo ngene rasane...."

Ucap Doni yang sebentar sebentar menoleh kebelakang, padahal rumah Pak Lurah sudah tidak nampak lagi.

"Alhamdulillaah....kancaku ora sido ngendhat..."

Ucap Radit sambil tertawa renyah.

"Eh Don, ngerti opo ora, Tadi pas nonton wayang, sekelebat aku lihat kakek yang dalam mimpi itu, ga tau benar atau tidak, tapi perasaanku yakin kalau itu si kakek"

Ucap Radit membuyarkan lamunan Doni akan Kumala.

"Tenaneeee Diit..! Mugo mugo bener, dan si kakek tidak akan menemui dalam mimpi lagi, tapi menemui kita secara langsung"

Doni kaget mendengar cerita Radit. Kemudian mereka berdua diam dan hanya bisa menerka nerka di dalam hati mereka.

Whhuussshhh.......

Tiba tiba angin berhembus dari arah depan disertai aroma yang sangat wangi, mereka sangat kenal dengan aroma ini....

Terpopuler

Comments

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan ulahmu... Thor 😛😀💪👍👍🙏

2023-06-24

4

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Udah kakek² kok getol beneerr pake parfum...wong nang ndeso waé nganggo aroma wangi...ini pastiné Kakek² Petakilan... opo hasil reinkarnasi authornya kaleee...😛😀🤣💪👍👍

2023-06-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!