BAB 4

Mreneoo leeee.... 

Kakek kakek dengan pakaian serba putih kembali memanggil Radit di alam mimpinya dengan suaranya yang berwibawa.

"Nggih mbah..."

Radit langsung bergegas menuju sebuah pohon dimana pertemuan pertama kali nya dengan si kakek kakek misterius tersebut.

Tanpa disuruh, Radit langsung duduk di  bawah pohon seakan akan sudah tau apa yang di inginkan si kakek.

"Kamu kuberi tanggung jawab ya lee..., tapi kamu harus ingat, jangan berbuat angkara murka, selalu tolong menolonglah kepada sesama manusia tanpa pamrih, insya Allah hidup mu akan penuh dengan kemuliaan"

claappp.....

Selarik cahaya putih dari jari si kakek kembali melesat masuk ke tubuh Radit melalui ubun ubun nya.

Jika sebelummya Radit terbangun saat mendapat sinar tersebut, lain hal nya dengan yang sekarang, Radit justru semakin terlelap dalam mimpinya.

Di dalam mimpinya Radit melihat ibunya sedang demam tinggi, saking panas nya, Bu Anik seperti orang mengigau.

Si kakek misterius tanpa bersuara memberikan kode kepada Radit untuk menempelkan telapak tangan nya di dahi ibunya. Dan Radit tampak mengikuti saja apa yang di inginkan si Kakek tersebut.

Radit merasakan telapak tangan nya memanas, menjalar ke lengan, kemudian ke seluruh tubuh nya.

Suhu panas dari Bu Anik seperti terhisap oleh telapak tangan Radit, men transfer panas ibunya berpindah ke tubuh Radit.

Tidak lama kemudian suhu panas di tubuh Radit berangsur hilang.

Pun dilihatnya Ibu Anik sudah tidak mengigau lagi, di sentuhnya dahi ibunya sekali lagi untuk memastikan suhu nya, dan sudah normal.

Radit menoleh ke arah si kakek hendak menanyakan tentang apa yang baru saja dilakukannya, dan kakek itu pun hanya tersenyum, senyuman yang sangat sulit diartikan.

"Mulih o.."

Ucap si kakek sambil menepuk pelan pundak Radit.

Seketika itu pula dia terbangun dari tidur nya bersama Doni di pinggir kali.

"Tangiii...Doon, ayo muliiih, wis sore..."

Radit mengguncang guncangkan tubuh Doni untuk membangunkannya.

Doni menggeliat sambil meng ucek ucek matanya, namun tak urung dia pun segera memberesi barang barang dan pulang.

"Don, perasaanku kok tidak enak, aku kuatir sama ibuk.."

Ucap Radit di sela perjalanan mereka pulang.

Tentu saja Radit belum mau bercerita soal mimpinya yang baru saja dialami, curhat dengan Doni yang nyawanya belum pulih sepenuh nya pun percuma.

Jangan kan bangun tidur, saat mode kesadaran penuh pun Doni pasti memberi jawaban sekenanya saat dicurhati.

Dalam hati Radit sebenarnya memilih curhat sama tembok dari pada dengan Doni yang nir solusi.

"Ayo cepat pulang, ku antar sampai rumah, takut nya kalau ada apa apa sama ibu mu"

Doni seakan mengomando dengan mempercepat langkahnya.

Sesampainya di depan rumah....

Assalamu'alaikuum.....

Tanpa menunggu jawaban salam, Radit langsung masuk ke rumah dan langsung menuju kamar ibunya, Doni  mengekor menempel ketat di belakang Radit, kawatir terjadi hal hal yang serius.

Persis seperti di dalam mimpi Radit, ibu Anik tampak menggigil kedinginan, selimut yang dipakai pun hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Dalam posisi miring kaki di tekuk kebelakang (kalau di tempat saya disebut ngebi, posisi seperti udang) ibu Anik seperti orang mengigau, namun mata beliau terpejam.

"Ibu panas banget Don, tadi pagi pas aku tinggal ibu baik baik saja padahal"

Ucap Radit yang tampak begitu panik sambil menyentuh dahi ibunya dengan punggung tangan.

"Ayo segera dibawa ke puskesmas Dit.."

Doni pun ketularan panik.

Seketika itu juga Radit ter ingat akan mimpinya, segera dia melakukan persis seperti apa yang dia lakukan di dalam mimpinya.

Ditempelkan telapak tangan kanan di dahi ibunya, lalu Radit memejamkan mata, dirasakan panas mulai menjalar dari telapak tangan, naik ke lengan, lalu ke seluruh tubuh nya, keringat pun mulai bercucuran saat suhu panas bu Anik berpindah ke Radit.

Doni yang dari tadi panik tapi tidak melakukan apapun saking bingungnya, kini dia tambah kebingungannya saat melihat Radit malah merem dan keringatan.

Kurang lebih 5 menit kemudian....

"Ibuk sudah sehat sekarang, alhamdulillah, tidak perlu kita bawa puskesmas"

Ucap Radit yang lagi lagi menambah level kebingungan si Doni.

Doni buru buru menyentuh dahi bu Anik dengan punggung telapak tangan nya, dan benar saja suhu tubuh sudah normal.

Tak butuh waktu lama, Ibu Anik pun terbangun karena merasa gerah, sebab seluruh tubuhnya tertutup selimut.

"Kowe cah loro ngopo kok ning kamare ibuk? Looh, aku sudah tidak meriang.., alhamdulillah..., padahal aku cuma minum wedang jahe tadi"

Bu Anik heran dengan hadirnya Radit dan bestie nya di dalam kamarnya, pun sama heran nya saat merasakan demam sudah hilang sama sekali.

"Ibu tadi mengigau, wong tidak biasanya seperti itu, makanya saya lihat kesini"

Balas Radit, sembari memberi kode kepada Doni untuk tidak menceritakan yang dia lihat. Doni pun mengangguk paham.

"Iyo le..., aku tadi meriang, terus minum wedang jahe lalu tidur, bangun bangun sudah ada kalian berdua"

Bu Anik tampak keheranan dengan kondisi nya yang pulih dengan sangat cepat.

Umumnya meriang seperti itu, 3 hari baru sembuh total, bahkan bisa lebih lama.

Bukan hanya Bu Anik yang keheranan, Radit lah yang paling merasa heran, kejadian di alam mimpinya menjadi kenyataan.

Doni pun kemudian pamit pulang membawa keheranan pula.

Radit koyone bener bener dadi dukun saiki....

Batin Doni saat dia sudah sampai di rumahnya.

Malam nya Radit tidak bisa tidur, dia selalu ingat perkataan kakek misterius di dalam mimpinya.

"Kakek semalam ngasih tanggung jawab apa yaa... kok ngimpi bisa jadi kenyataan..., kok aku bisa menyembuhkan ibuk yaa, mumet ndaskuuu...."

Gumam Radit yang heran akan semua misteri yang dialaminya.

Setelah agak lama, akhirnya Radit tertidur juga, kali ini Radit sama sekali tidak mendapatkan mimpi.

Pagi pun menjelang, bu Anik pun ber aktifitas seperti biasanya karena tubuh nya terasa sudah benar benar sehat, bahkan terasa lebih bugar dari sebelumnya.

Leeee..... tangiii.... sarapaaan.....!!!

Teriak bu Anik dari dapur.

Selelap apapun Radit, dia pasti akan bangun jika ada keyword "sarapan" bergegas cuci muka, dan langsung memposisikan duduk di meja makan.

Tok..tok..Assalamu'alaikuum...

Nasi belum juga disuap, tampak di depan pintu Doni berdiri dengan ekspresi yang tidak biasanya.

"Wa'alaikum salaam, eh Don, mrene le.., sarapan bareng sisan kene"

Bu Anik menawarkan sarapan kepada Doni dengan ramah.

Tentu saja tidak ada penolakan basa basi dari Doni, dia langsung duduk disebelah Radit dan mulai mengambil nasi, sayur dan lauk yang seadanya.

Setelah sarapan selesai, Doni mengajak Radit ke warung kang Ahmad untuk ngopi.

Sebetulnya bu Anik sudah menawarkan kopi kepada Doni, tapi Doni memilih untuk ngopi di warung karena ada maksud lain.

Meng intrograsi Radit!

Terpopuler

Comments

Endro Budi Raharjo

Endro Budi Raharjo

bisa sedot penyakit....

2024-11-20

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍

2023-06-19

3

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Like and Favorit... Pak Dhe 😛😀💪👍👍👍

2023-06-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!