Pertanyaan yang selalu ingin ditanyakan kepada kakek tersebut akhirnya keluar dari mulut Radit.
"Ngapunten, Panjenengan itu sebenarnya siapa mbah"
"Aku bukan siapa siapa nak, aku cuma makhluk Gusti Allah sama seperti mu dan yang lain nya.."
Jawab si kakek sambil tersenyum kecil.
Belum sempat Radit bertanya lagi, keanehan kembali terjadi, tercium aroma yang sangat wangi keluar dari tubuh si kakek.
Jauh lebih wangi dari aroma parfum mahal si Rahma.
Aroma yang sangat menenangkan jiwa, Radit menghirup dalam dalam aroma wangi tersebut sembari memejamkan mata.
Belum puas Radit menikmatinya, tiba tiba si Kakek menyentuh kening Radit dengan jari telunjuk dan jari tengah.
"Aku percaya padamu nak, pergunakan kelebihan mu hanya untuk kebaikan"
Si Kakek memancarkan sinar putih kehijauan dari ujung jarinya masuk mengalir ke dahi Radit.
Sementara Radit hanya mematung seperti hilang kesadaran nya.
Di dalam pikirannya Radit seperti melihat si Kakek sedang menyembuh kan orang orang dengan penyakit yang berbeda dan dengan penanganan yang berbeda pula.
Adegan satu berganti adegan lain nya terus melintas di pikiran Radit seperti film film pendek sampai akhirnya berhenti seiring si kakek menarik jari nya dari dahi Radit.
Si kakek mentrasfer ilmu penyembuhan ke dalam ingatan Radit.
Mungkin istilahnya memberikan tutorial cara menyembuh kan penyakit.
"Ingatlah nak, kamu bisa menyembuhkan, tetapi kamu tidak bisa menghalangi kematian"
Ucap si kakek dengan intonasi penekanan.
Radit hanya menganggukan kepalanya, butuh beberapa saat bagi Radit untuk mencerna pesan si kakek.
"Mulih o.. "
Kakek itu menepuk pundak Radit, dan seketika itu Radit terbangun dari mimpinya.
"Matur sembah nuwun mbah..."
Gumam Radit begitu bangun dari tidurnya.
Kini Radit benar benar yakin bahwa mimpi mimpi aneh nya selama ini bukan sekedar mimpi biasa.
Bahkan aroma yang sangat wangi masih tercium di kamar.
Radit duduk termangu di tepi ranjang kayu nya, masih terngiang sangat jelas perkataan si kakek.
Bisa menyembuhkan, namun tak akan pernah bisa menunda kematian.
Radit mulai memahaminya, bahwa tidak semua penyakit bisa dia sembuhkan, jika Sang Pemilik Kehidupan sudah berkehendak, yang tidak sakit pun pasti akan mati.
Ingatan nya kembali pada saat dia menyembuhkan ibunya dan bayi Kang Ahmad.
"Cuma menyembuhkan demam saja badanku terasa ikut panas, lantas bagaimana jika mengobati penyakit yang parah, apakah aku juga merasakan sakit parah terlebih dahulu ya..."
Gumam Radit bertanya pada dirinya sendiri dengan segala ke lugu an nya.
Hari hari berjalan normal seperti biasanya.
Radit dan Doni kebetulan ditawari lagi ikut kerja proyek pembangunan desa.
Kali ini yang dikerjakan adalah membuka lahan untuk dijadikan jalan agar akses menuju kota menjadi lebih dekat dan lebih mudah.
Karena ini proyek padat karya, maka tidak ada escavator maupun buldozer, semua dilakukan manual. Hanya ada wales ukuran sedang yang nantinya digunakan untuk memadatkan dan meratakan lahan yang sudah dibuka.
Radit dan Doni tampak begitu sumringah, proyek itu paling tidak memakan waktu 2 bulan. Artinya selama 2 bulan ke depan, mereka tidak bertitel pengangguran.
Pekerjaan mereka bejalan normal normal saja, hingga tibalah ke apes an di alami Doni.
Saat mencangkul tanah, ujung cangkul nya mengenai akar pohon yang keras, tidak menancap justru pacul seperti terpental mengenai kaki Doni.
Luka sobek cukup dalam di atas mata kaki nya, bahkan tampak kelihatan warna putih di ujung luka, mungkin itu tulang kering Doni. Andai saja Doni memakai sepatu boot, mungkin tidak akan separah itu.
Gara gara sepatu boot nya sudah mengeluarkan aroma yang sangat mengkhawatirkan, dia tidak memakainya dan berniat mencucinya terlebih dahulu.
"Diiiitttt......!!!! Sikilkuuuu...!!"
(sikil \= kaki)
Suara Doni menahan kesakitan sambil melambai menyuruh Radit segera datang.
Secara reflek Radit memegang luka di kaki Doni, niat nya mengurangi pendarahan, namun tiba tiba muncul adegan si Kakek misterius sedang menyembuhkan seseorang yang perutnya tertancap pisau.
Dalam adegan yang sangat sekilas di pikiran Radit, terdengar pula si kakek membaca doa singkat sambil mengusap luka di perut.
Seperti berada di alam bawah sadar, Radit mengikuti atau mencontoh yang baru saja terlintas di pikiran nya.
Radit mengucapkan doa berbahasa arab, dan menutup luka di kaki Doni dengan telapak tangannya.
Kembali rasa sakit menjalar dari telapak tangan, lengan, lalu ke seluruh tubuh Radit, kemudian berangsur hilang rasa itu.
Radit keringatan dan entah mengapa dia merasa seakan akan seluruh tenaganya hilang begitu saja.
Bahkan untuk menopang berat badan nya pun dia tak mampu.
Radit jatuh terduduk dan hampir terjengkang, otomatis telapak tangan nya pun terlepas dari luka di kaki Doni.
Memang masih ada bekas darah berceceran di sekitar kaki doni, namun Doni sudah tidak merasakan sakit apapun.
Diambilnya bekal minum di botol bekas air mineral merk terkenal, buru buru di basuhkan tepat di bekas luka, dan seketika itu pula Doni melongo mulut nya sampai terbuka.
"Diit, kamu apakan kakiku, kok hilang lukanya...!"
Tanya Doni sambil masih membasuh kakinya, dia masih belum percaya kalau lukanya menghilang begitu saja.
"Mbuh don..., aku lemes banget rasanya, sini minta air minumnya, jangan kamu buang buang"
Jawab radit lirih. Wajahnya kelihatan pucat, kelihatan seperti sangat lelah sekali.
Butuh hampir 1 jam untuk mengembalikan tenaga radit seperti semula.
"Apa tadi doa ku salah ya, kok badanku jadi tidak ada tenaganya setelah menyembuhkan Doni"
Batin Radit sambil menghisap rokok lintingan nya.
Sementara Doni sudah selesai membersihkan semua noda darah, agar tidak menjadi pertanyaan jika ada yang melihat.
Kebetulan hari itu adalah hari Sabtu, hari spesial bagi para pekerja mingguan.
"Nanti setelah isya ke warung nya Kang Ahmad ya Dit, aku yang traktir, anggap saja sebagai rasa terima kasihku sudah menyembuhkan kakiku"
Ucap Doni setelah pulang dari proyek, tentu saja dengan gaya tengil nya sambil mengibas ngibaskan amplop gaji mingguan dari mandor proyek.
"Raimuuu kemakiiiii...!!"
Balas Radit sambil meninju pelan punggung Doni.
Malam sudah tiba, 2 sekawan sudah berada di warung Kang Ahmad dengan dandanan necis, parfum murahan yang baunya menyengat hidung.
Meskipun mereka jomblo, tapi ini adalah malam minggu, dandan necis adalah keharusan.
"Misal ini Dit, Rahma sakit, terus kamu sembuhkan, kira kira Rahma bisa jatuh cinta sama kamu ga ya Dit.."
Bukan Doni namanya jika tidak selalu menanyakan pertanyaan pertanyaan konyol.
"Cangkemmuuuu...kamu sendiri yang bilang nyuruh aku sadar diri sadar tampang, sadar posisi"
Dan keduanya pun tertawa renyah.
Ya begitulah mereka, meskipun terkadang saling bully, namun mereka hampir tidak pernah bertengkar.
Setelah bercanda canda random, sesi serius pun dimulai. Radit menceritakan dengan detail pertemuan terakhirnya dengan kakek misterius di dalam mimpinya.
Kali ini Doni menyimak dengan seksama, tidak ada sanggahan sanggahan konyol keluar dari mulutnya.
Pun sebenarnya Doni juga merasa sangat kawatir dengan sahabatnya yang sekarang ini. Pikiran lugu nya mengatakan jika Radit menyembuhkan orang, maka energi Radit akan hilang, dan membahayakan keselamatan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Endro Budi Raharjo
hrs latihan fisik....
2024-11-20
0
Karebet
👍👍👍👍
2023-10-04
1
Minarko Eko
tpi jgn jd dukun cabul y 🤣🤣🤣
2023-07-09
1