BAB 3

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.....

Radit tersentak dari tidurnya lalu bangun sambil teriak.

Bu Anik pun ikut terbangun mendengar anak nya tiba tiba berteriak.

"Ada apa lagi tho lee, tengah malam teriak teriak, lihat itu lho masih jam tiga pagi"

Tanya Bu Anik dengan nada jengkel sambil mengucek ngucek matanya yang terasa pedih.

"Saya bermimpi ada orang meninggal bu, rasanya seperti kenyataan"

Jawab Radit sambil ngos ngosan, masih antara sadar dan tidak sadar.

"Kamu itu dikasih tahu berkali kali, kalau mau tidur itu berdoa dulu, terus baca sholawat, biar ngimpi mu itu tidak yang aneh aneh"

Masih dengan kejengkelan nya Bu Anik berlalu meninggalkan Radit lalu ke belakang untuk mengambil air wudlu dilanjutkan sholat malam.

Setelah terbangun Radit sangat susah untuk memejamkan matanya kembali, entah mengapa dalam hatinya sangat yakin jika ada orang entah siapa yang akan meninggal. Baru setelah sholat subuh Radit bisa kembali tidur.

"Leeee......banguuun leee.... Pak Edi meninggal dunia, sana buruan cuci muka terus segera melayat.."

Seru Bu Anik membangunkan Radit sambil mengguncang guncangkan bahunya.

"Astaghfirullah hal adzim...ada orang meninggal beneran ya buk"

"Looh lha iya lee.., kok bener perkataanmu semalam..."

Bu Anik malah seperti orang bingung, mengingat peristiwa semalam. Dia garuk garuk kepala sambil mencoba mengingat ingat perkataan Radit semalam.

"Aaaahh....Paling cuma kebetulan saja, sana cepat berangkat, bantu bantu disana, kasihan keluarganya.."

Perintah Bu Anik sambil menarik tangan Radit.

Radit bergegas ke rumah duka, disana sudah banyak orang orang yang datang, Doni pun sudah tampak disana sedang memasang tenda di depan rumah duka.

Setelah menyalami hampir semua orang yang ada disitu, kemudian dia bergabung bersama Doni dan yang lain nya.

Semua prosesi pemakaman pun berjalan lancar, keluarga Pak Edi pun tidak begitu larut dalam kesedihan.

Maklum, sudah seminggu ini Pak Edi dirawat di rumah sakit karena tiba tiba drop kesehatannya, sudah lama Pak Edi mengidap penyakit macam macam, komplikasi istilah kedokteran nya.

Sebagian besar pelayat sudah membubarkan diri pulang kerumah masing masing, termasuk Radit dan Doni.

"Eh Don, semalam aku mimpi aneh lagi, di dalam mimpiku aku lihat bendera kuning terpasang di salah satu rumah warga, terus aku kaget dan terbangun, eeehh lha kok beneran ada yang meninggal"

Tiba tiba Radit curhat ke Doni saat perjalan pulang mereka, kebetulan rumah mereka se arah.

"Sepertinya kamu bakat jadi dukun Dit"

Jawab Doni asal sambil cengengesan. Makhluk satu ini memang bukan tempat yang tepat untuk curhat, namun Radit tidak punya pilihan lain.

"Iyaa, jadi dukun trus Rahma ku pelet biar mau jadi istriku, terus kamu tetep aja jadi jomblo...kapok ra kwe..."

Sahut Radit asal pula sambil cekikikan.

Ya begitulah, mereka berdua memang makhluk makhluk yang susah diajak serius, segala sesuatunya dibawa enteng saja.

Namun entah mengapa, di relung hati yang terdalam, Radit merasakan hal yang sangat aneh bahkan cukup mengganggu.

Radit seperti merasa bersalah, entah karena apa, entah rasa itu datangnya dari mana.

Adat di desa Sumber Wangi, setiap sehabis magrib diadakan tahlilan di rumah duka selama 7 hari berturut turut. Radit dan Doni pun selalu hadir, kalau untuk urusan sosial mereka lumayan bisa diandalkan, dan karena mereka pun pengangguran, jadi tidak punya alasan untuk tidak datang.

Setelah mimpi bertemu kakek kakek berbusana putih tempo hari, Radit tidak lagi bermimpi yang aneh aneh lagi, semuanya kembali normal.

Dipagi yang lumayan cerah Radit dengan gegap gempita semangat empat lima berpamitan kepada ibunya untuk mulai kerja pembangunan talud di samping sungai.

Tak lupa segala atribut seperti sepatu boot warna kuning, cangkul dan sabit dia bawa.

Radit mampir dulu kerumah Doni biar bisa berangkat bersama. Pun hampir sama dengan Radit, Doni juga membawa peralatan yang mungkin dipakai nantinya, yang berbeda hanya semangatnya, Doni sebenarnya malas kalau harus kerja kasar, namun apa daya, dompet nya pun sudah sangat tipis, kas bon di warung Kang Ahmad juga harus segera dilunasi.

Tibalah mereka di lokasi yang akan dibuat talud, disitu sudah ada Pak Kadus dan pekerja lain nya, dan beberapa saat kemudian mereka pun mulai bekerja.

Saat siang sudah mulai naik, saat semangat para pekerja sudah mulai menurun, tiba tiba datang Pak Lurah mengecek pekerjaan talud.

Namun bukan Pak Lurah yang mengalihkan pandangan para pekerja, anak gadis yang dibonceng masih dengan seragam SMA nya, Rahma.

Seketika semangat para pekerja mendapat booster saat melihat Rahma, idola semua pemuda Sumber Wangi. Tenaga yang sudah terkuras sejak pagi hari, seperti terisi penuh lagi hanya dengan senyuman kecil Rahma.

"Itu lho Dit, buruan di pelet si Rahma.."

Canda Doni cekikikan.

"Raimuu Don, bisa bisa aku di coret dari daftar warga desa ini sama Pak Lurah"

Jawab Radit cekikikan pula, sambil mencuri curi pandang menikmati senyuman indah Rahma.

Tak berlama lama, Pak Lurah pun pulang bersama anak gadis idola para remaja pun yang mengaku masih remaja.

Sebetulnya Pak Lurah habis menjemput anak nya pulang sekolah trus sekalian mampir, dan membelikan sedikit kudapan buat para pekerja.

Singkat cerita pekerjaan talud pun sudah selesai sesuai harapan, 2 pemuda itupun sudah mendapatkan upah nya.

"Kamu apa tidak jadi ikut pamanmu kerja di jakarta Don"

Radit mengawali pembicaraan saat mereka nongkrong di warung Kang Ahmad.

"Ya sama saja Dit, aku juga tidak bisa meninggalkan orang rumah untuk kerja di tempat yang jauh"

Jawab Doni sambil menghembuskan asap rokok di mulutnya, kali ini rokok yang dia hisap ada iklan nya di televisi, maklum sudah gajian dari proyek talud.

"Mending kita mancing di kali saja yuuk Don, siapa tau kita bakat menjadi nelayan..."

Ajak Radit seraya membayar kopi dan rokoknya.

"Gundulmu kuwi, sungai isinya cuma ikan kecil kecil begitu, gimana mau jadi nelayan.."

Kang Ahmad cuma geleng geleng melihat dua pemuda itu.

"Ya sudah ayo mampir ke rumah ku dulu, ambil joran"

Kemudian mereka berjalan menuju rumah Doni, rumah mewah (mepet sawah) yang selalu kelihatan asri karena di sekitaran rumah di tanam pohon buah buahan.

Setelah sampai di pinggir sungai, mencari spot mancing yang nyaman, mereka mulai memancing, namun sudah lebih dari 1 jam tak kunjung ada ikan yang menyambar umpan mereka.

Akhirnya mereka pun putus asa, di beresi alat alat mancing mereka, dan memilih rebahan di bawah pohon, dan tak butuh waktu yang lama, mereka berdua tertidur.

Mreneoo leeee.... 

Kakek kakek serba putih kembali memanggil Radit di alam mimpinya.

Terpopuler

Comments

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😀💪👍👍🙏

2023-06-17

3

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Simbahnya ini manggil² muluuu... kok ga ngasih ilmu, kirain dari mimpi awal udah dikasih ilmu bisa ngobatin orang yang mo mati...😛😀💪👍👍

2023-06-17

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!