Yohana segera memacu mobilnya dengan kencang, Ia ingin cepat- cepat meninggalkan Darwis yang telah memperkosanya, dengan rasa sakit di hati dan disela selangkangannya Yohana menangis tersedu- sedu, terdengar dari mulutnya tanpa henti- henti terlontar sumpah- serapahnya pada Darwis, sosok lelaki yang tega memperkosanya,
"Brengsek Kau Darwis, dasar Setan Alas! sungguh Kau tega memperkosaku dengan biadabnya," begitu sumpah serapahnya dengan kesalnya sambil menangis,
"Kamu layaknya Setan, dasar Monyet!" makinya dengan rasa sakit di hati,
Lalu Yohana memberhentikan mobilnya sejenak, karena fokusnya bergeser pada rasa bencinya pada Darwis, tangisan Yohana tak henti- henti berderaikan air mata bercucuran membasahi pipi, lalu sedikit teringat dalam benaknya sosok Tantenya yang sangat menyayanginya, Dia adalah Tante Ayu, Dia seorang Bidan, dan Dia tinggal sendirian karena belum menikah, lalu arah tujuan Yohana bergerak menuju rumah Tantenya.
Selang beberapa lama, mobil yang dikendarai Yohana memasuki halaman rumah Tante Ayu, dengan segera Yohana turun,
"Assalamualaikum," ucap Yohana pada Orang rumah berunjuk salam,
Lalu terdengar sahutan dari dalam dan terdengar langkah kakinya menuju pintu,
"Waalaikum Salam," jawab Tante Ayu pada Yohana sambil membuka pintu,
Brakk!!, Pintu rumah dibuka, Betapa kagetnya Tante Ayu melihat keponakannya menangis pilu, langkahnya gontai seolah merasakan sakit dari tengah antara paha kakinya, dengan merasa kasihan Tante Ayu langsung menghampiri Yohana lalu memapahnya masuk,
"Kenapa dengan Kamu?" tanya Tante Ayu pada Yohana penasaran atas yang dilihatnya,
Yang ditanya tidak menjawabnya, Ia menangis semakin tersedu- sedu, mungkin rasa sakitnya semakin terasa,
"Jangan nangis dulu, Ayo ceritakan Apa yang terjadi pada Dirimu hingga Kamu menangis seperti ini." ucap Tante Ayu pada Yohana dengan rasa ingin tahu yang besar,
"Tolong Yohana, Tante! Yohana diperkosa!" jawab Yohana pada Tantenya Ayu berteriak,
Mendengar apa yang diucapkan Yohana, Hati Tante Ayu pun serasa mau copot mendengarnya, rasa kasihan pada Yohana semakin besar, Tante Ayu ikut menangis karena sedihnya, dengan Amarah di dalam dirinya, lalu Tante Ayu bicara dengan marahnya,
"Siapa yang telah dengan berani memperkosa Kamu?" tanya Tante Ayu pada Yohana dengan matanya melotot dan wajahnya memerah,
Yohana diam, Ia takut jika menjawab Tante Ayu menjadi lebih marah lalu susah untuk dikendalikan,
"Yohana, ayo jawab!" ucap Tante Ayu lagi pada Yohana sambil membentak marah,
Yohana ketakutan melihat Tante Ayu marah sebegitu besarnya, Yohana menunduk akhirnya dengan perasaan berat Yohana menceritakan semua yang telah dialaminya hingga Ia diperkosa Darwis,
"Begitu ceritanya, Tante." ucap Yohana pada Tante Ayu dengan batin yang luka,
"Setan sekali kelakuan si Darwis itu, Biar nanti Jika ketemu akan kuhajar, hey pecundang!" jawab Tante Ayu pada Yohana dengan geramnya.
Tante Ayu dengan menahan rasa pedih dihatinya memeluk Yohana sambil membelai sayang,
"Sudahlah jangan menangis terus, Tante jadi ikut sedih melihatmu menangis," ucap Tante Ayu pada Yohana dengan rasa pilunya,
Yohana Diam mendengarkan Tante Ayu berkata, sebetulnya Yohana malu untuk menceritakan tentang masalahnya pada Tante Ayu, tapi karena bingung harus kemana, akhirnya Ia ceritakan juga perihal kejadiannya.
Lalu segera Tante Ayu memeriksa biang dari rasa sakit yang dialami Yohana, ternyata di alat kelaminnya yang luka akibat tusukan benda tumpul, dengan segera Tante Ayupun mengolesi salep pada lukanya.
"Orang Tuamu sudah tahu tentang Yang Kamu alami?" tanya Tante Ayu pada Yohana ingin tahu,
"Belum, sengaja Aku tak mau menceritakannya, nanti takut bahan pikiran mereka, nanti dengan cara Yohana saja mereka diberi tahu." ucap Yohana pada Tante Ayu mengingatkannya,
"Kamu harus memberitahukan masalah ini pada orang tuamu segera, supaya mereka bertindak dan tidak membiarkan sosok si pemerkosa hidup enak, karena Darwis si pemerkosa harus mendapatkan ganjaran setimpal atas kelakuannya." jawab Tante Ayu pada Yohana menegaskan,
"Justru Karena itulah Aku tak mau melaporkan pada kedua orang tuaku, Aku akan membalasnya denga caraku sendiri supaya Darwis merasakan pahit yang kurasakan, baru setelah itu Aku akan menceritakan pada mereka." jawab Yohana pada Tantenya lagi,
" Kenapa begitu? penjahat jangan Kita kasih enak, nanti Dia bisa berbuat lagi!" ucap Tante Ayu pada Yohana dengan tegasnya,
"Dan pada Tante, Yohana mohon jangan buka rahasia ini dulu pada siapapun, biar nanti Yohana yang membukanya sendiri, sementara untuk saat ini Yohana mau tinggal bersama tante dulu, Gimana?" tanya Yohana pada Tantenya Ayu dengan harapannya.
"Tapi untuk soal menginap disini, Kamu mau gak mau harus memberitahu pada kedua orang tuamu, jadi tidak membuat mereka merasa khawatir." ucap Tante Ayu pada Yohana lagi.
Di tempat kerja, Darwis terlihat mukanya kusut, hatinya gelisah dan rasa takut pada kedua orang tuanya terbayang di kepalanya, takut mereka akan tahu kelakuannya pada Yohana, yang membuat kalang kabut pusing tujuh keliling, tanpa henti mengisi otak dalam kepalanya.
Dalam perjalanan pulang Darwis pun diam, seolah malas dan tak bersemangat untuk hidup karena masalahnya, belum juga pusing serta rasa sakitnya hilang memikirkan Salsa, kini menyusul masalah baru, karena mabuknya rasa birahinya tak bisa Ia tahan, hingga melahirkan masalah baru untuk Darwis.
Disaat tiba dirumah, mobil Darwis perlahan memasuki pekarangan rumahnya, disaat Darwis memandang kedepan, Alangkah Kagetnya Darwis, melihat Yohana berdiri disamping mobilnya untuk menunggu Darwis pulang, lalu Ia pun menghampiri Yohana, lalu bertanya,
"Mau apalagi Kamu kemari?" tanya Darwis pada Yohana dengan kesalnya,
"Memang gak boleh Aku kesini," jawab Yohana pada Darwis dengan merasa tersinggung,
Darwis tak menjawab, Ia terus berjalan masuk untuk membuka pintu rumah, lalu langsung masuk kedalam,
"Mau masuk, gak?" tanya Darwis pada Yohana dengan sensinya,
Mendengar itu Yohana dengan muka cemberut langsung masuk kedalam lalu duduk,
"Sudahlah cepetan ngomong ada perlu apa, Aku mau langsung mandi." ucap Darwis pada Yohana dengan tergesa- gesa hendak mandi,
"Bagus, Sang pemerkosa tidak merasa bersalah sedikit pun, rupanya." jawab Yohana pada Darwis dengan rasa jengkelnya,
Darwis tak menggubris ucapan Yohana, Ia berdiri seolah mendengarkan dengan matanya memandang ke depan,
"Hey brengsek, Kamu tuli bukan?" tanya Yohana pada Darwis yang semakin menbuatnya terkukung emosi,
"Mau apa? Tanggung jawab Aku siap menikahimu, bukankah kedua orang tuamu sudah sepakat untuk itu, lalu Aku harus apa, coba?" jawab Darwis pada Yohana dengan rasa bencinya,
"Jadi Kamu pikir kita direncanakan untuk dijodohkan membuat Kamu semena- mena terhadapku, sekehendak hatimu, Begitu?" ucap Yohana pada Darwis dengan nada keras membentak karena amarahnya memuncak,
"Terserah apa katamu, mau itu kek- mau ini kek, pokoknya apapun itu Kamu akan tetap menjadi Istriku kelak." jawab Darwis pada Yohana membela diri,
"Begitu cara bodoh pikiranmu, seolah kita ini harus mau dan tak ada jalan lain karena orang tua kita berencana menjodohkan Kita, Itu baru rencana, bodoh!" ucap Yohana pada Darwis dengan marahnya,
Darwis tak perduli masih tetap diam seribu bahasa,
"Masih untung Aku tidak melaporkan Kamu pada pihak berwajib, kalau Aku mau bisa melaporkannya, Itu tidak kulakukan semata- mata demi orang tua kita, Aku gak mau sebagai penyebab dari masalah serta menjadi sebab pikiran buat mereka, walaupun hidupku telah kamu hancurkan dengan memperkosa Aku, sepulang dari sini Aku akan mampir kerumah Orang Tuamu untuk menceritakan ini semua," ucap Yohana pada Darwis yang sedari tadi mengacuhkannya,
Mendengar itu sontak Darwis kaget, lalu dengan rasa ketakutan, Darwis pun bicara,
"Aku mohon jangan lakukan itu, jangan Kamu menceritakan ini pada kedua orang tuaku, Aku berjanji akan menurutimu jika Kamu tidak mampir ke rumah Orang tuaku untuk menceritakan masalah ini pada mereka," jawab Darwis pada Yohana sambil memohon,
Melihat Darwis berubah ketakutan, tidak gagah seperti semula, membuat Yohana merasa senang, dalam hatinya berkata,
"Biar saja rasa takutnya membayangi dirinya, rasakanlah!" ucapnya dalam hati,
"Aku sudah kamu sakiti, sekarang giliran Kamu merasakannya," ucapnya lagi di benaknya.
Sambil tersenyum puas melihat Darwis bersedih, Yohana pun berkata menusuknya,
"Sudahlah jangan cengeng, semakin Kamu memohon semakin bersemangat Aku pergi ke rumah orang tuamu, pecundang!" ucap Yohana pada Darwis sambil melangkah pergi,
Melihat Yohana kukuh, Darwis pun menangis tak bisa untuk mencegahnya pergi,
"Dah, Darwis! Aku tunggu dirumah Orang Tuamu." ucap Yohana pada Darwis meledeknya dengan senyum kemenangan,
Darwis pun menangis pilu dibuatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments