Darwis sedang duduk sehabis menghadap atasannya untuk mengundurkan diri, jadi mulai besok Ia sudah tidak bekerja lagi di perusahaan itu, Ia akan pindah bekerja pada perusahaan baru atas rekomendasi temannya,
Disaat Darwis duduk untuk menunggu pesanan makan siangnya, tiba- tiba seseorang menghampirinya,
"Gimana, sudah beres semua?" tanya Lukman pada Darwis ingin tahu,
"Sudah semua, besokpun Aku sudah tidak bekerja lagi," jawab Darwis pada teman kantornya Lukman menerangkan,
"Jadi kapan Kamu pindah ke luar kotanya?" tanya Lukman lagi pada Darwis ingin tahu,
"Kemungkinan nanti sore setelah semuanya sudah siap." jawab Darwis pada Lukman memberi tahu,
"Semoga lancar, Wis!" ucap Lukman pada Darwis sambil pergi meninggalkan Darwis seorang diri.
Sendiri membuat pikiran Darwis melayang, Ia teringat Salsa, yang lama dicari dan tak bisa ditemukannya, rasa cintanya kembali membuat perasaan Darwis resah, lalu wajah Yohana terpampang dalam ingatannya membuat hati Darwis semakin gelisah,
"Aku tinggalkan semua kenangan di kota ini, dan lagi Aku tak mau menjadikan beban buat kedua orang tuaku, sudah cukup Aku hidup enak dengan fasilitas orang tua, di kota baru Aku akan hidup seadanya dengan hasil dari jerih payahku sendiri," ucapnya pada dirinya.
Tak lama terdengar hpnya berbunyi, Kring! Kring! Kring!, lalu Darwis melihat siapa yang telpon, ternyata kawannya Ruslan,
"Halo, Rus!" ucap Darwis pada kawannya Ruslan nun jauh disana,
"Semua sudah beres, belum?" tanya Ruslan pada Darwis ingin tahu,
"Sudah, mungkin sore Aku berangkat dari sini, tunggu di terminal." jawab Darwis pada Ruslan memberitahukan,
"Ok, pokoknya telpon nanti Aku meluncur," ucap Ruslan pada Darwis menegaskan,
"Ok, terima kasih untuk semuanya, Rus!" jawab Darwis pada kawannya Ruslan dengan rasa harunya,
Ruslan adalah sahabat Darwis yang paling dekat, saking dekatnya Darwis tak sungkan- sungkan untuk meminta bantuan apapun, termasuk meminta solusi terbaik pada masalah yang dihadapinya, Ruslan juga yang mendukungnya pindah, Ia merekomendasikan Darwis untuk kerja pada perusahaan dimana Ruslan bekerja, Alhasil Darwis pun diterima bekerja disitu bersamanya, lalu Darwis pun akan tinggal bersama Ruslan mengontrak.
Sorenya setelah membereskan semuanya, Darwis pun meluncur ke rumah Orang Tuanya untuk memberikan Mobil dan kunci rumahnya pada mereka,
"Assalamualaikum," ucap Darwis pada mereka yang didalam rumah dengan kerasnya,
Tak lama suara perempuan menjawab sambil menuju ke pintu,
"Waalaikum Salam," jawab wanita itu sambil membuka pintu rumahnya
Brakk!!, pintu dibuka, betapa kagetnya ternyata yang keluar Adiknya Ovi sambil tersenyum,
"Ehh, Kak Darwis!" ucap Ovi pada Kakaknya Darwis dengan kagetnya.
"Vi, Mama ada gak?" tanya Darwis pada Ovi penasaran
"Barusan pergi Arisan, memangnya ada apa, Kak?" tanya Ovi pada Darwis ingin tahu,
"Oh, Pergi arisan, pasti lama," ucap Darwis pada Ovi merasa khawatir,
"Memang ada apa sih, Kak?" tanya Ovi lagi pada Darwis merasa penasaran,
"Kalau begitu, Kakak mau titip kunci rumah dan kunci mobil sekalian mobilnya, bilang sama Mama Kakak datang kemari, dan jangan coba cari Kakak." ucap Darwis pada adiknya Ovi memberi tahu,
"Memang Kakak mau kemana?" tanya Ovi lagi pada Darwis Kakaknya merasa sedih,
"Kakak mau pindah, Kamu jangan nakal, temani Mamamu dan Kakak sangat menyayangimu." ucap Darwis pada Ovi sambil merangkul Adiknya dengan sedih,
Ovi mengangguk tak bisa berkata- kata lagi menahan sedihnya,
"Sampaikan salam Maaf Kakak pada Papa dan Mama, jangan cari Kakak!" ucap Darwis pada Adiknya Ovi dengan rasa sedih di hati.
Sepulang dari situ Akhirnya Darwis pergi meninggalkan kota tempat semua kenangan manis tercipta disini.
Papa Hanapi gelisah dan ragu- ragu hendak masuk ke ruang kerja Pak Maruli, dengan segenap jiwa raganya Akhirnya Papa Hanapi pun segera mengetuk pintu ruang kerja Pak Maruli atasannya,
Tok! Tok! Tok!, pintu di ketuk Papa Hanapi lalu dari dalam Pak Maruli berteriak,
"Masuklah!" teriak Pak Maruli dengan suara kencangnya,
Brakk!!, pintu dibuka Papa Hanapi, dan terlihat Pak Maruli sedang duduk sambil tersenyum kepadanya,
"Pak Hanapi, kirain siapa, Ayo silahkan duduk!" ucap Pak Maruli pada Papa Hanapi dengan wajah berseri,
"Terima kasih, Pak!" jawab Papa Hanapi pada Pak Maruli sambil duduk,
"Ada perlu apa Kamu kemari?" tanya Pak Maruli pada Papa Hanapi ingin Tahu,
"Malu Aku untuk menceritakannya." jawab Papa Hanapi pada Pak Maruli merasa takut,
"Kok takut, ada apa ini?" ucap Pak Maruli pada Papa Hanapi penasaran,
Papa Hanapi diam sejenak untuk berpikir, setelah itu dengan berat hati Iapun menceritakan masalah yang dialami putra- putrinya,
"Bagitu ceritanya, Aku minta Maaf, Pak!" Ucap Papa Hanapi pada Pak Maruli Yang wajahnya mulai memerah karena marah,
"Aku tak menyangka Anakmu setega itu pada Yohana, Apakah Dia Anak Setan atau didikan Iblis, dasar Monyet gila!" ucap Pak Maruli pada Papa Hanapi dengan marahnya,
Papa Hanapi hanya bisa diam, melihat Pak Maruli emosi dengan Amarah tak bisa di tahannya, sumpah serapah dan kata- kata kasar terus terlontar dari mulutnya,
"Apakah Aku harus menghajar Anakmu sampai mampus, Atau menghancurkan hidup Anakmu dengan piranti hukum yang lain, Jawab!!" tanya Pak Maruli dengan kerasnya bicara pada Papa Hanapi,
Papa Hanapi tak bisa menjawab, Dia menyadarinya bahwa semuanya memang salah Anaknya Darwis,
"Aku serahkan semuanya tentang Darwis kepada Bapak, Terserah Mau Bapak apakan Dia, Mau dilaporkan polisi atau mau Bapak bunuh sekalipun terserah, sungguh Aku akan pasrah dan menerima semua keputusan yang akan Bapak Ambil, Aku menyadari semuanya karena salah Darwis Anakku sendiri yang telah membuat Aib bagi masalah ini." ucap Papa Hanapi pada Pak Maruli dengan pasrahnya,
Mendengar itu, tiba- tiba Pak Maruli terdiam, pandangannya tertuju pada jendela, lalu sambil menarik napas Pak Maruli pun berkata,
"Ya, Aku tahu memang masalah ini susah untuk diselesaikan kecuali dengan satu cara yakni menikahkan mereka berdua secepatnya," ucap Pak Maruli Pada Papa Hanapi dengan lemahnya,
"Maafkan Saya, Pak! Mungkin Saya yang tidak becus untuk mendidik Darwis hingga menjadi seperti ini," jawab Papa Hanapi pada Pak Maruli dengan rasa bersalahnya,
akhirnya mereka saling diam, tetapi dalam otaknya bergejolak panas untuk masalah yang sedang di hadapinya,
"Andai saja pada waktu itu Yohana tak bertandang ke rumah Darwis, Mungkin kejadian itu tak akan terjadi menimpanya." ucap Papa Hanapi pada Pak Maruli berharap,
Mendengar itu Pak Maruli menyadari semuanya, mungkin perjodohan ini harus cepat terjadi tidak ada pilihan lain,
"Besok bawa Anakmu ke rumahku, Kita satukan cinta mereka, mungkin peristiwa ini memberikan arti yang penuh hikmah untuk Kita semua, Aku tunggu!" ucap Pak Maruli pada Papa Hanapi dengan perasaan harunya,
Mendengar ucapan itu akhirnya yang ditakutkan di dalam pikiran Papa Hanapi tidak terbukti, kita hanya merencanakan tapi Tuhanlah yang menentukan, lalu Papa Hanapi teringat Darwis Anaknya yang telah Ia usir,
"Aku berusaha untuk datang, Pak!" ucap Papa Hanapi pada Pak Maruli bingung,
"Ada apa lagi ini? Dari jawabanmu Aku menyimpulkan Kamu bingung untuk ajakanku, Kenapa Kamu ragu datang, Karena takut Aku sakiti Keluargamu?" ucap Pak Maruli pada Papa Hanapi dengan marahnya
"Bukan itu, Pak! Aku bisa datang kerumah bapak tapi kalau Darwis? Aku tak janji karena kemarin Darwis sudah Saya usir, Pak!" jawab Papa Hanapi pada Pak Maruli dengan rasa malu,
Mendengar itu Pak Maruli menggeleng- gelengkan kepalanya tak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments