Sepeninggalnya Yohana, Darwis menangis dengan kencangnya, teringat wajah Mamanya dengan sedih meratapi kelakuannya yang di luar nalarnya.
Sumpah serapah terucap pada dirinya menyesali dari segala kelakuan bejatnya,
"Bodoh, Bodoh sekali Aku ini!" ucapnya dalam hati,
"Kenapa hal bodoh itu Aku lakukan, dasar Aku ini bego!" ucapnya di benaknya,
Darwis tak berdaya, gagahnya dan garangnya pada saat dia melakukan kelakuan kotor dan biadab, sungguh sangat berbeda dengan saat sekarang, yang terlihat lemah tak berdaya, yang hanya bisa menangis dan meraung menyesali segala perbuatannya.
"Maafkan darwis, Mama!" ucapnya dalam hati.
Dalam pikirannya tergambar Mama dengan terguncang hatinya mendengar dari Yohana Anaknya memperkosa lagi tanpa ampun,
"Lalu apa alasanku lagi pada Mama, karena mabuk atau apalah itu, semuanya tak akan bisa membantuku lagi, padahal Mamaku sangat baik dan mau mengerti, tragedi Salsa saja Mama mau untuk membantunya, tentang perjodohan itupun Ia sebenarnya menolaknya, Mama lebih memilih Anak- anaknya bahagia di bandingkan dengan sesuatu yang dipaksakan." begitu nalar Darwis di otaknya.
Darwis dengan ragu- ragu menyusul Yohana, tapi rasa takut melihat Orang Tuanya marah membuat niatnya menyusul Yohana Ia urungkan, lalu Ia putuskan untuk kembali lagi ke rumahnya.
Sedangkan Yohana tampaknya sudah memasuki rumah Orang tua Darwis, mobilnya berhenti dan Yohana segera turun,
"Assalamualaikum," ucap Yohana pada orang di dalam rumah itu memberi salam, sambil memencet bel di pintu,
Ting! Tong! Ting!, suara bel berbunyi, seseorang berjalan hendak membukakan pintu sambil menjawab,
"Waalaikum Salam," jawab Mama Suci pada Yohana penasaran,
Brakk!, pintu dibuka, saat dilihat, betapa terkejutnya ternyata yang bertamu adalah Yohana, Ia sudah berdiri di depan pintu dengan senyum manisnya tersungging di bibirnya,
"Yohana! Tante kira siapa, Ayo masuk!" ucap Mama Suci pada Yohana mempersilahkan,
"Terima kasih, Tante!" jawab Yohana pada Mama Suci dengan rasa bimbangnya,
"Duduklah!" ucap Mama Suci pada Yohana lagi,
Yohana langsung duduk disofa, matanya melirik Ovi yang sedang menghampirinya,
"Dengan siapa kemarinya, Kak?" tanya Ovi pada Yohana ingin tahu,
"Sendiri, Vi!" jawab Yohana pada Ovi sambil matanya tertuju pada Mama Suci yang kembali dari dapur dengan minuman dan kue dalam baki yang dibawanya lalu diletakkan diatas meja,
"Gak usah repot- repot, Tante!" ucap Yohana pada Mama Suci pula,
"Gak ngerepotin kok, hanya air saja." jawab Mama Suci pada Yohana lagi,
"Om Hanapinya kemana, Tante?" tanya Yohana pada Mama Suci ingin tahu,
"Biasa, tugas luar kota, mungkin besok atau malam ini pulangnya," jawab Mama Suci pada Yohana menerangkan.
Mereka bertiga mengobrol dengan akrabnya dan tiba- tiba Yohana bicara,
"Tante, Yohana mau bicara sesuatu boleh?" tanya Yohana pada Mama Suci dengan rasa beratnya,
"Silahkan, mau bicara tentang apa?" jawab Mama Suci pada Yohana dengan rasa penasaran,
Yohana diam, karena menahan masalahnya serta merta itu pula Yohana menangis pilu, derai air mata mengiringi kesedihannya, Ia tidak berani memandang Mama Suci hanya tertunduk,
Betapa kagetnya Mama Suci melihat Yohana menangis, Iapun langsung menghampiri dan membelainya, Ovi pun merasa penasaran kenapa Yohana menangis,
"Ayo bicara pada Tante, ada apa?" tanya Mama Suci pada Yohana menenangkan,
"Maaf sebelumnya, ini soal Darwis, Tante!" jawab Yohana pada Mama Suci bimbang,
"Kenapa dengan Darwis?" tanya Mama Suci lagi pada Yohana ingin tahu,
Yohana diam sejenak, terlihat Dia berpikir dengan air mata di pipinya,
"Darwis telah...telah, memperkosa Yohana, Tante!" ucap Yohana pada Mama Suci dengan perasaan sedih di hatinya,
"Apa? Apa benar yang Kamu ucapkan itu, Yohana?" tanya Mama Suci pada Yohana dengan mata berkaca- kaca,
Yohana mengangguk tidak menjawab, sontak melihat Yohana mengangguk Mama Suci menangis sambil tangannya menahan dadanya seolah menahan rasa sakit yang amat sangat Ia rasakan, lalu Mama Suci pun pingsan tak berdaya membuat Yohana dan Ovi panik karenanya,
"Cepat bantu Kakak mengangkat, Vi!" ucap Yohana pada Ovi dengan kikuknya,
Lalu Ovi pun membantu mengangkat dan memindahkannya ke atas sofa panjang, dan tak lama Yohana pun bicara lagi,
"Cepat ambil minyak kayu putih, Vi!" ucap Yohana lagi pada Ovi menyuruhnya,
Ovi berlari ke kotak obat untuk mencari minyak kayu putih, lalu Ovi pun kembali menghampiri,
"Ini Kayu putihnya, Kak Yohana!" ucap Ovi pada Yohana sambil memberikan kayu putihnya,
Terlihat Yohana mengoles dahi dan leher Mama Suci dengan minyak kayu putih, hidungnya Ia dekatkan pada minyak kayu putih agar terhirup, sedangkan tangannya sibuk mengipas- ngipaskan pada wajah Mama Suci,
"Maafkan Yohana, Tante! Sungguh Yohana tak berniat Tante menjadi begini." ucap Yohana pada Mama Suci yang tergolek tak berdaya,
"Sudah jangan menangis, Kak Yohana!" jawab Ovi pada Yohana sambil menepuk pundaknya,
tampak terlihat Mama Suci matanya perlahan mulai terbuka, Ia terbangun lalu kepalanya tengok kiri- kanan seolah sedang mengingat sesuatu, sedangkan matanya melirik pada Yohana, dengan serta merta Mama Suci mendekapnya,
"Maafkan Tante, Yohana! Sungguh tante yang bersalah tak bisa mendidik anak bejat itu." ucap Mama Suci pada Yohana dengan perasaan sedih di hatinya,
Yohana hanya diam tak berkata apa- apa, Ia sangat menyesal memberitahukan aib ini pada Mama Suci,
"Kalau boleh Tante tahu, bisa Kamu ceritakan semua saat Darwis memperkosamu tanpa ampun," ucap Mama Suci pada Yohana dengan suara lirihnya pilu ingin tahu,
Yohana mengangguk, lalu dengan perasaan berat hati akhirnya Yohanapun menceritakan tentang musibah aibnya pada Mama Suci dengan perasaan menyesal,
"Nah, begitu Tante ceritanya." ucap Yohana pada Mama Suci dengan sedihnya,
"Apakah kedua Orang Tuamu sudah tahu masalah ini?" tanya Mama Suci pada Yohana ingin tahu,
"Belum Yohana beritahu, Tante." jawab Yohana pada Mama Suci sambil menangis lagi,
"Tante mohon, Jangan beritahu kedua orang tuamu dulu!" ucap Mama Suci lagi pada Yohana berharap,
"Memang kenapa Tante, bukankah mereka harus mengetahuinya?" tanya Yohana pada Mama Suci tak mengerti,
"Yohana tidak lapor polisi itu karena Yohana masih kasihan pada Darwis, dan juga menahan untuk tidak memberitahu masalah ini pada kedua orang tua Yohana, semata- mata tak ingin kedua keluarga retak, lalu dengan rencana perjodohan itu, apakah mungkin terjadi bila Darwis seperti itu wataknya, belum resmi saja sudah semena- mena apalagi sudah menikah, Kalau Aku bisa maklum untuk itu, lalu siapa yang akan memaklumi Yohana, setelah orang tahu Yohana sudah tidak perawan dan tidak suci lagi, siapa Tante, jawab?" tanya Yohana pada Mama Suci sambil terburu- buru hendak untuk pamit,
Mama Suci tak bisa berkata- kata lagi, Ia hanya bisa menangis pilu atas masalah yang terjadi ini,
"Aku kemari menuntut keadilan atas prilaku bejat Darwis terhadapku, bagiku menikah itu mudah tapi bagaimana perasaan hati ini mengingat Darwis memaksa tanpa ampun memperlakukan Aku seperti bukan manusia tapi sebagai sampah tak berharga, Aku pedih Tante, bayangkan Orang yang aku coba untuk hormati mendepaknya dengan kehancuran atas prilaku aibnya sendiri, padahal kalau Aku menjadi Istrinya sudah tentu Dia yang akan merasakan tubuhku ini, itupun kalau terjadi, lalu pada siapa Aku menuntut, Tante!" ucap Yohana pada Mama Suci sambil terisak- isak karena tangisnya.
Yohana pun mengambil tasnya lalu pergi berlari sambil menangis semakin keras menjauh untuk pulang seraya berkata,
" Terima kasih, Tante! Lalu Siapa yang akan mengganti perawanku yang hilang, dan kepada siapa kesucianku yang telah dihancurkan orang kembali lagi." ucap Yohana pada Mama Suci sambil berlari menuju mobilnya untuk pulang.
Dengan gontainya Mama Suci berjalan perlahan menuju peristirahatanya untuk tidur, meninggalkan sejenak beban masalahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments