Sakit dan gelisah menggelayuti hati yang terombang- ambing laksana sebutir debu yang terhempas menempel pada batu lalu terdiam, mengharapkan corak jiwa yang menyelinap relung kalbu yang merana, dalam kesejukan dawai cinta yang terus menjelma.
Begitulah gambaran mereka dengan kehancuran hidupnya, tapi hati dan rasa tidak tertutup oleh dendam yang membekas dalam hatinya.
Ibu Juariah tampak duduk sendiri sambil merenung akan nasibnya, benturan dan hantaman yang menghantamnya seolah ingin membuat dirinya hancur, apalagi bila Ia melihat sosok anaknya Salsa sekarang, rasa sakit dalam hatinya seolah menusuk tanpa ampun dan merobek relung jiwanya, saking terbuai dengan pikirannya Ia dikagetkan oleh panggilan Salsa dari dalam kamar,
"Ibu! Ibu kemari cepat!" teriak Salsa pada Ibu Juariah seolah menahan rasa sakit,
Dengan cepat Ibu Juariah berlari kedalam kamar,
"Ada apa lagi, Nak?" tanya Ibu Juariah pada Anaknya Salsa dengan rasa khawatirnya,
"Tolong Aku mohon, Bu! Perutku semakin sakit rasanya." ucap Salsa pada Ibunya Juariah sambil menangis menahan rasa sakitnya,
mendengar Salsa menangis Ibu juariah menjadi sangat panik, dia langsung mencari Darwis ke dapur yang sedang memasak air untuk minum,
lalu Ibu Juariah menghampiri,
" Nak Darwis, Apakah Ibu bisa minta tolong?" tanya Ibu Juariah pada Darwis dengan rasa khawatirnya,
"Mau minta tolong apa, Bu?" jawab Darwis pada Ibu Juariah dengan rasa penasarannya,
"Ibu mau minta tolong untuk mengantar Salsa ke bidan sekarang, bisa?" ucap Ibu Juariah pada Darwis dengan segenap perasaannya,
"Boleh, tapi kenapa lagi dengan Salsa?" jawab Darwis pada Ibu Juariah tak mengerti,
"Nanti saja Ibu ceritakan, pokoknya sekarang juga Ibu minta antar Salsa ke bidan, Cepat!" ucap Ibu Juariah pada Darwis dengan paniknya,
"Baik, sekarang juga kita berangkat." jawab Darwis pada Ibu Juariah sambil berlari ke arah Salsa,
Lalu Darwis langsung menggendong tubuh Salsa menuju mobilnya dengan Ibu Juariah bersiap membukakan pintu mobilnya, dan dengan sangat hati- hati Darwis meletakkan Salsa di bangku belakang, lalu Ia beserta Ibu Juariah pun naik ke dalam mobil, terus memacu mobilnya menuju bidan terdekat, saking paniknya Darwis bingung mencari bidan mana yang akan mereka tuju,
"Bu, kita mau ke bidan mana?" tanya Darwis pada Ibu Juariah dengan gugupnya,
"Yang paling dekat disini, dimana?" jawab Ibu Juariah pada Darwis dengan rasa gelisah yang tinggi,
"Kalau begitu kita ke bidan Hana aja, tuh sudah kelihatan kliniknya," ucap Darwis dengan gugupnya pada Ibu Juariah pula,
Ibu Juariah hanya mengangguk, lalu mobil Darwis pun memasuki pelataran parkir bidan Hana, lalu mereka semua pada turun, lalu Salsa dibawa dengan lori klinik menuju ruang periksa, saking kikuknya mereka lupa untuk mengurus administrasi, suster jaga menegurnya,
"Maaf, Bu! Yang satu orang mendampingi putrinya, dan satu orang lagi segera mengurus administrasinya,
"Nak Darwis Kamu urus dulu administrasi, Ibu mendampingi Salsa ke dalam!" ucap Ibu Juariah pada Darwis menyuruh dengan rasa gelisahnya,
Darwis pun segera mengurus administrasinya, sedangkan Ibu Juariah ikut bersama Salsa yang sedari tadi tanpa henti menangis karena menahan rasa sakit di perutnya, dan akhirnya Salsa pun memasuki ruang periksa, terlihat bidan Hana sedang menunggunya,
Bidan Hana langsung memeriksa Salsa dengan cekatan dan teliti, sedangkan Ibu Juariah menunggu di depan pintu masuk karena tidak diperbolehkan untuk mendampingi Salsa, tampak Ibu Juariah gelisah tak menentu, lalu dengan tidak sabar Ia cepat bertanya pada bidan Hana yang baru selesai memeriksa anaknya Salsa,
"Bagaimana keadaan anak saya, Bu?" tanya Ibu Juariah pada bidan Hana dengan tergesa- gesa karena rasa khawatirnya,
"Ini akibat rahimnya tidak dijaga, Ibunya depresi membuat anaknya stress, dan rahimnya ikut tegang, jadi sudah jangan diganggu dulu biarkan dia tidur untuk beristirahat, tadi saya sudah memberikan obat tidur dan obat penguat kandungannya, nanti setelah dia bangun kita lihat perkembangannya, sekarang Ibu mohon untuk menunggu di luar." jawab Ibu Bidan Hana pada Ibu Juariah dengan memperingatkannya.
Tak lama Ibu Juariah dengan gontai berjalan keluar dan langsung menemui Darwis yang dengan sabar menunggunya,
"Gimana keadaan Salsa, Bu?" tanya Darwis pada Ibu Juariah dengan rasa penasaran yang tinggi,
"Dia mengalami peregangan rahim, Karena masalahnya yang berat Salsa mengalami depresi hingga anak yang di kandungnya ikut stress, tapi Ibu bidan sudah memberikan obat tidur supaya Salsa bisa Istirahat dan obat penguat rahim, kita tak boleh menemani disana, tapi disini." jawab Ibu Juariah pada Darwis dengan sepenuh perasaanya,
"Kasian sekali dengan keadaan Salsa," ucap Darwis lagi pada Ibu Juariah pula,
"Kita doakan saja agar Salsa dan calon bayinya bisa sehat kembali." jawab Ibu Juariah pafa Darwis memberi masukan sayangnya,
setelah mereka bercakap tentang kondisi Salsa, tiba- tiba Ibu Juariah berkata lagi pada Darwis,
"Nak Darwis kamu harus pulang dulu, dari tadi pagi Ibu lihat kamu belum istirahat, pulang dulu sana nanti kamu jatuh sakit!" ucap Ibu Juariah pada Darwis dengan perhatiannya yang dalam,
"Aku masih ingin disini menemani Ibu untuk Salsa, Aku gak tega melihat Ibu menunggu disini sendirian." jawab Darwis pada Ibu Juariah dengan sedihnya.
Baru saja Darwis hendak pergi ke kamar mandi, tiba- tiba hpnya berbunyi, kring kring kring, dan tak menunggu lama telpon diangkat,
"Halo Ovi, ada apa?" tanya Darwis pada adiknya Ovi ingin tahu,
"Ini Aku sama Mama, Papa sudah di depan rumah Kakak, Kakak dimana? Cepetan pulang kasihan Papa dan Mama menunggu lama!" ucap Ovi adiknya pada Darwis dengan rasa jengkelnya,
Mendengar Ovi bicara, terbayang omelan Mamanya pada Darwis, dan bawelnya adiknya yang selalu ikut- ikutan kalau Mamanya menasihati, lalu Darwis pun terlihat semakin gelisah sampai- sampai Ibu Juariah menghampiri Ia tidak merasakan kehadirannya, dan tersadar saat Ibu Juariah bertanya,
"Siapa tadi yang menelponmu, barusan?" tanya Ibu Juariah pada Darwis dengan rasa penasarannya,
Dalam hati darwis enggan untuk memberi tahunya, tapi ini menyangkut keluarganya, karena bingung untuk mengalihkan pembicaraannya tanpa pusing Darwis pun menjawab,
"Itu adikku Ovi, Ia memberitahu bahwa Ia dan Mama, Papa sudah di depan rumah lalu Darwis disuruh cepat pulang, mereka ingin bertemu Darwis." jawab Darwis pada Ibu Juariah dengan rasa beratnya,
Ibu Juariah diam sejenak sambil berpikir ada apa seolah- olah Ia merasa pertanda kesedihan akan datang lagi,
"Sana cepat kamu pulang, jangan biarkan orang tuamu menunggu, disini tak usah khawatir tidak akan ada apa- apa." jawab Ibu Juariah pada Darwis sambil tangannya menepuk- nepuk pundak Darwis,
"Baiklah, kalau begitu Darwis pulang dulu, tapi kalau ada apa- apa kabari Darwis!" ucap Darwis pada Ibu Juariah sambil berlari menuju mobilnya.
Dalam perjalanan pulang Darwispun berpikir, ada apa mereka datang kerumah biasanya memberi tahu dulu tapi ini mendadak, seolah- olah ada sesuatu, tak lama Darwis pun tiba di rumah,
"Assalamualaikum," ucap Darwis pada mereka yang sedang menunggunya,
" Waalaikum salam," jawab mereka pada Darwis pula,
"Dari mana saja kamu?" tanya Pak Sony ayahnya pada Darwis ingin tahu,
" Biasa anak muda kelayapan," Jawab Darwis pada Ayahnya Sony menggodanya,
"Dasar Kamu selalu aja melucu." ucap Ibu Suci pada anaknya Darwis merasa aneh,
Lalu mereka pun akhirnya masuk dan segera duduk di sofa. Mereka berbincang bersama dengan akurnya,
"Memang ada apa sih kemari? soalnya mendadak," tanya Darwis pada mereka penasaran,
"Besok, Kamu harus siap Papa akan kenalin kamu dengan calon Istrimu?" ucap Pak Sony pada Darwis anaknya dengan wajah berseri,
"Apa? Maksudnya Darwis akan dijodohin?" tanya Darwis pada Pak Sony dengan rasa ingin tahu,
"Iya, dengan putri teman Papa. Orangnya cantik dan baik, nanti juga pasti kamu akan suka setelah melihatnya," ucap Pak Sony pada Darwis dengan menatap pada Istrinya,
Bagai petir di siang bolong perasaan Darwis serasa dihujam pisau sembilu pedih yang amat sangat serasa ingin membunuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments