Akhirnya Anwar tiba, terlihat Kakaknya bersama Salsa sedang menunggunya didepan klinik Bidan Hana, segera Anwar pun menghampiri mereka,
"Mbak, Aku datang!" ucap Anwar pada Ibu Juariah kakaknya sambil turun dari mobilnya,
"Kamu cepat juga datangnya, War!" jawab Ibu Juariah pada Anwar sambil menuntun Salsa,
"Selamat siang, Kak Anwar!" sapa Salsa pada Pamannya Anwar,
"Bagaimana ceritanya kalian bisa ada di klinik ini?" tanya Anwar pada Mereka berdua dengan rasa penasaran,
"Ceritanya panjang dan tragis, War!" jawab Ibu Juariah pada Anwar pula,
"Aku tak habis pikir," ucap Anwar lagi pada mereka merasa bingung,
"Sudahlah, Nanti mbak ceritakan sambil jalan pulang," jawab Ibu Juariah pada Anwar menjelaskan.
Anwar pun menganggukan kepalanya, mereka langsung masuk mobil hendak pulang, disaat mobil hendak berjalan Anwar berpikir keras dalam otaknya ada apa sebenarnya,
"Ayo kita pulang!" ucap Anwar pada mereka berdua,
"Jangan ke rumah Mbak, War!" ucap Ibu Juariah pada adiknya Anwar melarang,
"Lalu Kita kemana?" tanya Anwar pada Ibu Juariah dengan rasa bingung,
"Kerumah Kamu yang akan Kamu tinggalkan pindah," jawab Ibu Juariah pada Anwar memberi tahu,
"Tapi IstriKu sudah pindah duluan ke rumah baru, di rumah itu gak ada orang, Mbak!" ucap Anwar pada Ibu Juariah menerangkan,
"Gak apa- apa yang penting ada tempat tidur untuk istirahat anakku Salsa, kalau yang lainnya bisa nyusul." jawab Ibu Juariah lagi pada Adiknya Anwar,
"Kalau tempat tidur yang diruang tamu belum sempat dibawa, biar nanti Anwar siapkan untuk kalian tinggal disana." ucap Anwar pada Ibu Juariah Kakaknya dengan perhatiannya,
"Terima kasih, War!" jawab Ibu Juariah lagi pada Anwar pula.
Dan Anwar pun segera memacu mobilnya hingga meluncur cepat untuk pulang, disela perjalanannya Kakaknya menceritakan perihal kejadian demi kejadian yang membuat mereka terdampar di klinik Bidan Hana.
Mendengar cerita dan masalah tragis yang dialami keponakkannya membuat Amarah Anwar terpancing keluar, Wajahnya memerah dan napasnya tertahan menahan emosi yang menderanya, saking kuatnya Amarah Anwar hingga sumpah serapah Anwar keluar,
"Brengsek cecurut Arjuna itu, nanti Aku cari dia dan akan kuberi pelajaran supaya gak berbuat seenaknya lagi, dasar setan alas!" ucap Anwar pada mereka dengan sumpah serapahnya karena menahan emosi,
"Dan si bodoh Darwis bedebah itupun harus kena batunya, jangan pikir Aku akan diam saja, tunggu nanti Aku akan menghajarmu, Hey pecundang!" begitu sumpah serapah yang tak bisa ditahan dari mulut Anwar karena merasa tidak terima.
Muka cemberut dan lautan pikiran dalam benak Darwis, mendengar rencana perjodohannya dengan Yohana putri dari sahabat Ayahnya, yang tak sampai terpikirkan oleh otak Darwis, itu pikiran yang membuat dirinya bingung, ditambah rasa bersalah dan cemasnya terhadap Salsa yang terus membayangi pikirannya, Ingin pergi meninggalkan orang tuanya tapi tak berani dan akhirnya hanya bisa pasrah menerima, melihat itu Suci Ibunya bertanya,
"Kenapa dengan Kamu, Kok dari tadi wajahmu cemberut gitu?" tanya Ibu Suci pada Anaknya Darwis bertanya- tanya,
Ia tidak menjawab sambil wajahnya Ia palingkan kearah jendela rumah saking kesalnya,
"Ada apa? Kamu merasa tak senang atas rencana Papamu?" tanya Ibu Suci lagi pada Darwis ingin tahu,
"Kenapa harus ada perjodohan sih, Bu? memang Darwis ini gak laku apa?" jawab Darwis pada Ibunya Suci denga rasa jengkel dihatinya,
"Bukan itu, maksudnya Papamu itu bagus, bila Kamu menikah dengan Yohana masa depanmu sangat cerah, lalu Papamu menjadi lebih kuat posisinya di perusahaan," ucap Ibu Suci pada Darwis memberikan pertimbangan,
"Iya tapi itu gak adil dan egois, Bu!" jawab Darwis pada Ibu Suci menegaskan,
"Sudahlah Kamu turuti saja kemauan Papamu itu, nanti jika Kamu sudah bertemu Yohana pasti Kamu akan jatuh cinta padanya," ucap Ibu Suci pada Anaknya Darwis lagi.
Waktu demi waktu berjalan, tak terasa hari menjelang tengah malam, mereka berkumpul sudah lama untuk membicarakan soal rencana Pak Sony itu, melihat hari beranjak semakin malam, akhirnya mereka pun bergegas hendak pulang, tapi sedikit tertahan melihat Darwis yang hanya diam sambil bengong,
"Kenapa dari tadi Papa lihat Kamu hanya diam, tidak senang dengan perjodohan itu, Bukan?" tanya Pak Sony pada Anaknya Darwis dengan rasa kesal di dadanya,
"Bukan begitu, Papa!" jawab Darwis pada Pak Sony menyangkalnya,
"Lalu mau Kamu apa?" tanya Pak Sony lagi pada Anaknya Darwis,
"Darwis belum siap untuk menikah, Pak!" jawab Darwis pada Ayahnya Sony dengan alasannya,
"Justru itu Papa berencana tunangan dulu, supaya Kamu bisa mengenal Yohana lebih dalam, setelah itu baru kalian berdua menikah." ucap Pak Sony pada Darwis menerangkan rencananya,
"Tapi, Pak! Darwis ingin sendiri dulu!" jawab Darwis pada Pak Sony mengelak,
"Ah sudahlah, Kamu harus menuruti Papa, pokoknya Kamu jangan kecewakan Papa!" ucap Pak Sony lagi pada Darwis Anaknya dengan tegas.
Bagai telur diujung tanduk, mungkin peribahasa itu yang memang pantas untuk Darwis sekarang, Mau memilih pujaannya atau perjodohannya dengan Yohana atas perencanaan orang tuanya.
"Dikasih enak gak mau, Dasar!" ucap Adiknya Ovi pada Darwis Kakaknya ikut berkomentar,
"Sudah diam! Jangan ikut ngomong!" jawab Darwis pada Ovi adiknya dengan marahnya.
Menjelang pukul sebelas malam, Akhirnya mereka meninggalkan rumah Darwis pergi pulang,
"Sudah malam, Kita pulang sekarang!" ucap Ibu Suci pada Suaminya memberi tahu,
"Iya, besok Papa kerja pagi." jawab Pak Sony pada Istrinya Suci menerangkan sambil berjalan hendak keluar,
"Kamu harus ingat pesan Papamu, Wis! Jangan kecewakan Dia!" ucap Ibu Suci pula pada Anaknya Darwis memperingatkannya.
Darwis tak menjawabnya hanya diam, rasa kesal dan dongkolnya tertanam dalam hatinya, karena rencana perjodohan Papanya itu.
Setelah semuanya pulang, spontan pikirannya mengkhawatirkan sosok Salsa, sewaktu ditinggalkan Ia terbaring tidur karena pengaruh obat tidur yang di berikan Ibu Bidan Hana, dan meninggalkan Ibu Juariah dalam kesendirian di bangku tunggu Bidan Hana, begitu ingatannya terbayang jelas dipelupuk matanya.
"Maafkan Aku Salsa, bukannya Aku tega meninggalkamu dalam ketidak berdayaanmu, Akupun bingung memilihnya!" begitu kata hati Darwis dalam tatanan sanubarinya,
"Aku akan selalu ingat kelakuan bejatku terhadapmu, Aku berjanji untuk selalu siap membantumu dengan segala apapun yang Aku punya, rasa cinta terhadapmu semakin tumbuh subur dalam relung hatiku, dan rasa maaf dan salahku akan kujadikan modal untuk rasa cintaku kepadamu, Aku janji!" ucap Darwis pada dirinya dengan sepenuh hatinya.
Setelah tersadar dari lamunannya Darwis langsung memacu mobilnya dengan cepat menuju klinik Bidan Hana untuk menemui Salsa, dan tak lama Darwis pun tiba,
Ia berjalan dengan cepatnya menuju ruang pasien dimana siang tadi Salsa terbaring, dan Alangkah kecewanya Ia melihat ruangannya kosong, lalu Ia melihat sekeliling dan tak menemukan Ibu Juariah menunggu.
Tanpa sadar Darwis menangis, meratapi semuanya, dia duduk sambil pikiran dalam kepalanya terus bertanya,
"Maafkan Aku Salsa, Wajar kalau Kamu meninggalkan Aku!" ucapnya dalam hati,
Dari kesepiannya Ia pun menghampiri suster yang sedang berjalan,
"Maaf Suster, Pasien yang diruang itu gak ada. Apa sudah diijinkan pulang!" tanya Darwis pada Suster itu,
"Sudah sedari pagi Pasien itu pulang bersama Ibunya, Pak!" jawab Suster itu pada Darwis yang sedang menangis didalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments