Lengang terasa saat Papa Hanapi masuk ke rumah dari tugas luar kotanya, Ucap salamnya terlontar dari mulutnya,
"Assalamualaikum, Mama!" ucap Papa Hanapi pada Mama Suci yang masih terbaring di kamar,
Terdengar Mama Suci menjawab salam pada suaminya dari dalam kamar,
"Waalaikum Salam," jawab Mama Suci pada Suaminya Hanapi dengan nada lemah,
Suaminya berjalan untuk menghampiri Istrinya, lalu Papa Hanapi membuka pintu kamarnya, Brakk!!, Pintu dibuka terlihat Istrinya sedang terbaring di tempat tidur seraya berkata,
"Sudah pulang, Pa!" ucap Mama Suci pada Papa Hanapi dengan perhatian,
"Kamu sakit bukan, Ma?" tanya Papa Hanapi pada Istrinya Suci penasaran,
"Ini badanku terasa sakit, mungkin harus istirahat dulu, Pa!" jawab Mama Suci pada suaminya Hanapi menerangkan,
"Kalau begitu, Kita pergi ke dokter, Yuk!" ucap Papa Hanapi pada Istrinya Suci dengan penuh perhatian,
"Gak usah, dengan Istirahat juga pasti sembuh," jawab Mama Suci pada Papa Hanapi menjelaskan,
"Ya sudah kalau memang begitu, Mama sudah makan?" tanya Papa Hanapi lagi pada Istrinya Suci ingin tahu,
Mama Suci hanya menggeleng- gelengkan kepalanya pada suaminya Hanapi,
"Mama harus makan nanti sakitnya bertambah parah, Ini Papa bawa bubur Ayam kesukaan kita," ucap Hanapi pada Mama Suci dengan perasaan sayang,
"Papa dulu saja, Mama gak kepengen makan," jawab Mama Suci pada Papa Hanapi menerangkan,
"Gak mau tahu, pokoknya Mama harus makan sekarang bareng Papa." ucap Papa Hanapi pada Istrinya Suci dengan rasa khawatirnya.
Papa Hanapi segera memapah Istrinya turun dari tempat tidur lalu mereka berjalan menuju meja makan, mereka segera menyantap bubur Ayam itu, walaupun Mama Suci tidak bernapsu tapi karena Suaminya memaksa akhirnya habis juga.
Dari lubuk hati yang paling dalam, Mama Suci sebenarnya memikirkan tentang aib yang dibuat Anaknya, Ia bingung harus bagaimana, jikalau suaminya tahu pastilah dia akan marah besar, tapi bila tidak Ia beritahu takut Ia yang disalahkan, keraguan itu yang menyebabkan Ia terdiam,
"Papa perhatikan Mama banyak diam, ada apa, Ma?" tanya Papa Hanapi pada Mama Suci merasa bingung,
Mama Suci berpikir sejenak sambil menarik napas panjang, lalu dengan memberanikan diri Iapun berkata,
"Aku pusing memikirkan kelakuan Darwis yang sudah keterlaluan," ucap Mama Suci pada Papa Hanapi,
"Ada apalagi dengan Darwis, Ma?" tanya Suaminya Hanapi pada Mama Suci dengan rasa penasaran,
Mama Suci tak langsung menjawab, Ia sedang mempersiapkan jiwa raganya jika nanti Ia cerita akan membuat amarah suaminya melonjak dan tidak bisa dikendalikan, setelah siap lalu Mama Suci pun bicara,
"Begini, kemarin Yohana kemari, Mama sendiri juga kaget Yohana sendiri kemari, Dia menangis dengan sedihnya, lalu Mama tanya, kenapa? Ucap Mama Suci pada Suaminya Hanapi penasaran,
"Lalu apa katanya?" tanya Suaminya Hanapi pada Mama Suci geregetan dibuatnya,
Dengan menitikkan air matanya, akhirnya Mama Suci menceritakan semua tentang kisah Yohana yang diperkosa paksa Darwis, kata demi kata Ia rangkai sedemikian rupa supaya Suaminya mendengar dengan sedikit bisa menahan emosi pada dirinya, agar jangan kebablasan dengan amarahnya, begitu pikirnya,
"Dengan menangis Yohana menceritakan kisah tragisnya pada Mama." ucap Mama Suci lagi pada Hanapi Suaminya,
Betapa terkejutnya Papa Hanapi, hatinya sakit terasa hancur, jantungnya terasa mau copot dan rasa amarahnya muncul menyelimuti pikirannya, Sambil melotot, tangannya mengepal lalu dipukulkan pada meja makan dengan kerasnya hingga, Bugh! Prang!! Kaca meja makan pecah di tonjoknya saking emosinya,
"Mimpi apa Aku ini, punya Anak bejat seperti itu dan jauh dari agama, rendah layaknya binatang," ucap Papa Hanapi pada Istrinya Suci sambil emosi,
Mama Suci terdiam dan menunduk melihat Suaminya marah besar,
"Nanti akan Papa hajar Dia, memalukan anak orang dinodai seenak otak mesumnya, dasar anak goblok!" ucapnya lagi pada Mama Suci pula,
"Mama pun tak tega melihat Yohana menangis dengan rasa sakit di hatinya." ucap Mama Suci pada Suaminya Hanapi menimpali,
"Sungguh Kasihan Anak itu, Kita sudah salah mendidik Darwis, Ma!" ucap Papa Hanapi lagi pada Istrinya Suci dengan garangnya,
Sekian lama Papa Hanapi marah dengan besarnya, matanya melotot, dan amarahnya tak terkendali seiring rasa sakit dihatinya, akhirnya merekapun terdiam.
"Apa yang bisa Aku ucapkan pada Pak Maruli nanti, gadisnya dinodai oleh Darwis Anak Kita, Ma?" tanya Suaminya Hanapi pada Istrinya Suci terlihat matanya berkaca- kaca,
Mama Suci menangis keras, bingung harus berbuat apa,
"Pak Maruli sangat baik terhadap Kita, Aku sangat malu dihadapannya atas kelakuan Si bedebah Darwis, rencana tentang perjodohan yang sudah tertata apik dengan mereka mungkin harus hancur karena Si monyet Darwis!" ucap Papa Hanapi pada Mamanya Suci dengan rasa malu diwajahnya.
"Sekarang juga Papa harus bertemu Darwis." ucap Papa Hanapi pada Mama Suci bergegas pergi ke rumah Darwis.
Dengan perasaan ketakutan terjadi sesuatu akhirnya Mama Suci mengikuti Suaminya pergi, tak lama merekapun meluncur pergi kerumah Anaknya Darwis.
Akhirnya merekapun tiba di rumah anaknya Darwis, dengan tergesa- gesa Papa Hanapi berjalan karena dibarengi oleh emosinya yang tinggi,
Tanpa tedeng aling- aling Papa Hanapi pun berteriak memanggil Darwis,
"Assalamualaikum, Wis!" ucap Papa Hanapi pada Darwis dengan teriaknya,
Terdengar jawaban Darwis dari dalam sambil melangkah untuk membuka pintu,
"Waalaikum Salam," Jawab Darwis pada mereka berdua dengan kagernya,
Brakk!!, pintu dibuka lalu Darwis melihat kedua orang tuanya sudah berdiri di depan pintu,
"Ma, Pa! Masuklah!" ucap Darwis pada mereka lagi,
Gusar dan gelisahnya Papa Hanapi sangat terlihat jelas, lalu mereka masuk ke dalam rumah, dan dengan tidak terduga- duga Papa Hanapi menghampiri Darwis lalu menamparnya, Plak! Plak! Plak!, tiga kali tamparan Papa Hanapi pada Darwis,
"Hey Anak goblok, setan apa yang telah merasuk dalam tubuhmu sehingga Kamu berani menodai Yohana?" tanya Papa Hanapi pada Darwis Anaknya dengan geramnya,
Darwis tak menjawab hanya tertunduk malu sambil tangannya memegang pipi yang kena gamparan tangan Papanya Hanapi, melihat itu Papa Hanapi semakin naik emosinya,
"Jawab! dasar bedebah, Papa sudah muak melihat tampang mukamu yang seperti setan itu, mulai besok kamu pergi dari rumah ini, Kamu sudah bisa nyari duit sendiri ini, bisa mengontrak atau apalah Papa gak perduli." Ucap Hanapi pada Darwis sambil bergegas pergi meninggalkan Darwis,
"Papa, Ku mohon Jangan terlalu keras begitu pada Darwis, walau bagaimana Dia tetap anak Kita, baik dan buruk tetap Anak Kita." ucap Mama Suci pada Papa Hanapi dengan rasa sedihnya,
"Apa? menurut Papa itu sangat kurang keras pada Dia, Papa bisa lebih keras lagi bila mendengar Mama memohon untuk Anak brengsek ini, Ayo cepat Kita pulang!" jawab Papa Hanapi pada Mama Suci dengan tegasnya.
Dengan berat hati Mama Suci menuruti perintah dari suaminya yang melarang untuk membelanya, dengan langkah berat Iapun mengikuti berjalan pulang, tapi tak henti- hentinya matanya memandang Anaknya Darwis yang bersimpuh di lantai sambil tertunduk dan menangis pilu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments