Pelukan Terakhir

Pelukan Terakhir

Prolog

Mairaline hanya tahu bahwa saat ini Papa dan Mama nya begitu menyayangi dia dan saudara kembarnya Nairaline. Keluarga bahagia dengan Papa, Mama, dan saudara kembar tak identiknya tanpa ada satu kekurangan sedikit pun. Andai Mairaline tahu, semesta tidak sebaik itu padanya. 

22 Juni 2018, 

"Papa, Mai ingin bermain di sana dengan Nai!"

Mai mengarahkan jari telunjuk kecilnya dimana ayunan yang tak jauh dari tempat piknik mereka berada. Piknik kecil kecilan setelah 6 tahun kelahiran buah hati mereka. 

Jari Mai bertautan erat dengan Nai, tak mau berjauhan dengan saudara kembarnya. Ikatan saudara yang tak lekang seperti simpul mati.

"Bilang sama Mama dulu!"

"Mama, Mai mau main sama Nai di sana?!" 

"Boleh, tapi jangan jauh-jauh mainnya. Nai juga, jangan tinggalkan Mai sendirian ya!"  Pinta Relin memegang pundak Nairaline. Setelahnya jari lentik itu mengusap sayang puncak kepala kedua buah hatinya. Andai jika mereka terlahir sangat sempurna. 

"Relin, jangan terlalu khawatir. Nai juga mengerti harus menjaga Mai seperti apa. Mereka saling menyayangi." 

Semesta tahu, Relin begitu menyayangi kedua buah hati mereka dan dia begitu mencintai Relin melebihi dirinya sendiri, entah apa yang akan Erald lakukan jika Relin pergi meninggalkannya seorang diri.

Erald menarik kepala Raline bersandar di dada bidangnya. Dia tahu seperti apa kekhawatiran Relin terhadap Mai. Buah hati mereka yang terlahir tak sempurna. Banyak upaya yang Erald lakukan demi kesembuhan putrinya, hanya saja bukankah kesembuhan dari manusia memang tidak sempurna tanpa kehendak Tuhan nya?

"Sepertinya akan turun hujan!" 

"Hmm... Iya."

Erald dan Relin menatap langit kelabu di atas sana. Semesta sepertinya tengah bersedih akan sesuatu. Pelukan Erald semakin erat, perasaan pria itu menjadi tak karuan dibuatnya.

"Mas. Aku mau memanggil anak-anak dulu, ya?" dongak Relin.

"Hati-hati!" Erald mengecup kening Relin.

Relin mengangguk, meninggalkan Erlad yang masih menatapnya. Punggung ringkih itu Erlad tatap lamat-lamat hingga hilang dari pandangannya.

"Mai, kalo Mai lepasin alat yang ada di telinga Mai. Mai masih bisa denger Nai, nggak?"

"Nggak bisa Nai." Mai menggeleng, meraba pelan alat pendengar di belakang telinganya. 

"Mm... Nai mau coba, boleh?!" Nairaline menyodorkan tangan.

Mai menatap bimbang wajah penuh harap Nai. Papa bilang Mai tidak boleh melepaskan alat pendengar di telinganya. Tapi Mai juga tidak mempunyai kuasa untuk menolak Nai. Dilepaskannya pelan alat pendengar bernama Behind The Ear (BTE) di belakang telinganya. Keheningan dengan cepat menyapa Mai, hening seperti tak pernah ada suara kehidupan.  

Nairaline tersenyum setelah alat pendengaran milik saudaranya terpasang dengan sempurna di telinganya. "Mai, sekarang Mai bisa denger Nai?!"

Mai hanya terdiam di saat Nai mengibaskan tangan di depan wajahnya. Ditatapnya Nai yang saat ini tengah menekan-nekan alat pendengar miliknya

"Mai, alat dengarnya rusak, ya? Soalnya Nai masih bisa denger." Nairaline melepaska alat Behind The Ear (BTE) milik Mai.

"Nih, Nai balikin. Nggak seru!" Tangan Nairlaine terulur. Namun, belum sempat tangan Mai menyentuh alat pendengar miliknya, dengan mengenaskan alat bantu dengar itu jatuh di atas genangan air.

"Mai, maaf. Nai nggak sengaja!" 

Mai menatap nanar alat pendengar miliknya, permintaan maaf Nai barusan seperti angin lewat ditelinga tulinya. Alat pendengar miliknya sekarang basah, ragu-ragu Mai memasang Behind The Ear (BTE ) ditelinganya.

Senyap. "Alatnya rusak!" Beo Mai tertegun.

Nairaline berkaca-kaca, menatap saudara kembarnya penuh sesal. "Maafin Nai!"

Melihat Nairaline yang hendak menangis, Mai berkata. "Nggak apa-apa. Nanti, pasti Papa belikan lagi."

Mai memberikan senyuman manis miliknya, di usapnya air mata di pelupuk mata saudara kembarnya. Nai tidak boleh bersedih, Mai tidak suka melihat saudara nya menangis.

"Beneran?!" Balas Nairaline mengusap air matanya, kembali menatap Mairlaine. Namun, atensinya malah jatuh pada objek di belakang Mairaline.

"Nai jangan jauh-jauh!" Teriak Mairlaine spontan. Namun seperti angin lalu, Nairaline malah semakin mempercepat larinya meninggalkan saudaranya.

"Mai kucing nya lucu banget..!!" Teriak Nairaline berseru riang, segera membawa hewan berbulu itu ke dalam pelukannya.

"Mai, cepet...! Nai mau liatin kucingnya sama Mama." Ucap Nairaline kembali berlari lagi saat Mai bahkan belum menghampirinya.

Pluk... Behind The Ear (BTE) itu terjatuh saat Mai berlari. Segera, kaki kecil itu berhenti. Dan tanpa Mai tahu, semesta memang tidak sebaik itu padanya.

BRAKK...!"

"Nai. Mai di mana, sayang?"

"Mama, lihat Nai menemukan kucing lucu ini di sana!" Tanpa peduli pertanyaan sang Ibu, Nairaline asik mengelus-ngelus bulu kucing di dekapannya.

"Iya, lucu. Tapi Mai di mana sayang?!" Tanya Relin menekankan setiap katanya, menatap gusar Nairaline yang masih asik dengan kucing dipelukannya.

"Di sana!"

Deg...

Perkataan itu seperti bom waktu, jangtungnya seakan-akan diremas tangan tak kasat mata. Bagaimana takdir seakan mempermainkannya?

"Mai... Awass nakkk...!" Air mata nya jatuh, tak kuasa menatap truk besar di belakang putrinya. Jika semesta masih berbaik hati padanya, maka ijinkan putrinya menjalani kehidupan di masa depan.

CITTT…!

BRAKK…!

"Mamaaaa…!" 

Air mata Mai jatuh. Semuanya seperti mimpi buruk, bagaimana tubuhnya terdorong begitu kuat dan bagaimana tubuh malaikatnya terpelanting keras membuat kenangan buruk dalam hidup Mai tumbuh.

Kepala berlumuran darah itu Mai peluk erat-erat. Rintih kesakitan Mamanya sama sekali tidak bisa Mai dengar. Saat itu Mai bertanya, mengapa ia harus terlahir tuli?

"Mam_ma... hhh Ssaa__yang... Hhh... Mmm_mai...!" Relin tersenyum bercucuran air mata. Sekuat tenaga wanita itu mengangkat tangan nya, mengusap air mata putrinya pelan.

"Hikss... Mama!"

"Ja__nggan uhuk... Hah... Nangg_isss...!" Satu hembusan nafas itu hilang bersama hembusan yang lain.

"MAMAaaaa....!" Mai memeluk Relin erat, tidak peduli seberapa banyak darah yang tertanggal di bajunya.

Keheningan ini menyiksanya. Mai takut, takut saat semua orang mulai berdatangan berkerumun dengan suara yang tak bisa Mai dengar.

Mengapa Tuhan? Mengapa aku harus terlahir tuli? Mengapa kau ambil malaikatku?

Erald berlari, pertanyaan yang sama melekat di kepalanya. Kenapa Relinnya belum kembali? Erald memelankan larinya saat melihat Nai sendirian, tanpa Relin dan Mai.

"Nai. Mama dan Mai mana?" Erald tercekat menatap pupil polos putrinya.

"Mama di sana dengan Mai, Papa." 

Bola mata Erald membola menatap kerumunan di jalan raya Kencana. Tubuhnya membatu melihat tandu itu di bawa ke dalam Ambulans. Relin nya ada di sana, terbujur kaku dengan darah yang menutupi wajah cantiknya. Sekarang Erald tahu mengapa semesta juga bersedih, cintanya sudah dilamar malaikat maut tanpa persetujuannya.

23 Juni 2018,

Mai kecil saat ini tahu, mengapa orang- orang menatapnya kasihan. Karena dia tidak sempurna, dan tidak akan pernah sempurna, karenanya malaikat nya pergi.

Tatapan benci Erald layangkan kepada Mai putri kecilnya. Hatinya sama sekali tidak pernah akan menerima, karena kekurangan putrinya Relin pergi meninggalkan Erald selamanya.

Masih terbayang dalam benak Erald saat melihat CCTV di sebuah rumah yang mengarah ke jalanan langsung. Disana, Relin nya tertabrak dan terpelanting sejauh 3 meter setelah menyelamatkan Mai putrinya yang tuli. Andai saat itu Mai bisa mendengar peringatan Ibunya. Andai Mai dapat mendengar, Relin nya mungkin masih ada bersamanya. 

"Andai kamu sempurna, mungkin istriku saat ini masih ada bersamaku. Sayangnya kamu terlahir dengan ketulian di kedua telingamu." 

Perkataan kejam dilayangkan Erald. Mai dapat melihat begitu bencinya sang Papa kepadanya. Kini tidak ada lagi tatapan penuh sayang dari Papa nya. Mama nya pergi membawa serta kasih sayang Papa nya. 

Terpopuler

Comments

Tiana

Tiana

kok uidah sedih aja

2023-09-24

2

SUKARDI HULU

SUKARDI HULU

Nih sudah mampir kk, jangan lupa mampir juga y, like ,follow dan beri hadiahnya🫰🙏❣️

2023-09-24

2

Sewindu

Sewindu

Iya Kak, Makasih🙏 Sering-sering komen kekurangan cerita ini, ya! Soalnya membantu benget🤗🤗🤗

2023-08-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!