HIGH SCHOOL RELATION-SHIT!
🔊 Ini bukan cerita sambungan dari Teman Tidur Kontrak (Yaa walaupun ada kaitannya dikit). Ini hanya cerita ringan tentang perjalanan cinta SMA yang dimainkan oleh anak mereka. Enjoy the Story🍭
...*...
PoV awal akan diisi oleh Ariva Tania. Dan PoV kedua, akan diisi oleh Arsya Alexander Loui di beberapa bab kedepan!
...*...
...PoV Ariva Tania...
Katanya, masa SMA adalah masa-masa yang indah dan tak terlupakan. Apa bener gitu? Ya, mungkin begitu di kehidupan orang lain. Bukan di kehidupanku.
Soalnya udah hampir satu tahun aku menginjakkan kaki di bangku SMA, tapi belum ada tanda-tanda sesuatu yang bisa kuingat sepanjang hidupku. Walau sebenarnya aku menyukai kakak kelasku. Dia...
"Hooh, senyam-senyum kirain apaan. Ternyata liatin Kak Junaa!"
Aku tersipu malu saat Hani mendapatiku tengah menatap kakak kelas yang sejak awal sudah kusukai.
Dia tengah berdiri dipinggir lapangan basket, menyaksikan teman-temannya bermain asyik disana.
Mungkin banyak yang tak memperhatikannya. Karena dibanding bintang di sekolah, Juna memang bukan apa-apa. Tapi dia pintar, rapi, dan tentu saja senyumannya yang paling kusukai. Tiada senyuman yang indah selain senyuman milik Arjuna Kartawijaya. Bendahara osis kelas XI IPS3.
Lihat, lucu sekali. Dia bertepuk tangan menyemangati yang lain. Sampai tiba-tiba saja matanya menatap kearahku.
Tunggu! Dia menatap kearahku??
Seketika aku menunduk. Gilaa! Apa benar dia tadi melihat kearahku?? Jantungku jadi tidak karuan, kaan!!
Dengan perlahan kuangkat lagi kepalaku, melirik kearahnya. Tapi dia sudah tak menatap kearah sini. Fyuhh. Untunglah. Kalau tidak, jantungku pasti bisa berhenti mendadak.
"KYAAAAA!!"
Aku tersentak mendengar jeritan Salma yang tepat duduk disebelahku.
"Gilaaa. Ini sih, mirip dunia pernovelan. Ganteng, tajir, jago basket. Beuhhh.. ga ada obat emang si Hajoon. Gak salah gue masuk SMA Garuda."
Mataku menyipit, melihat orang yang dimaksud oleh Salma. Lelaki keturunan korea yang menjadi bintang utama tahun ini. Bukan cuma di sekolahku aja, melainkan cewek dari sekolah luar juga memujanya.
"Nggak-nggak-nggak! Yang paling ganteng diantara semuanya itu Kak Kai!" Protes Hani, bibirnya mulai mengembang saat melihat Senior Kai yang juga bergabung dalam permainan basket.
"Emang Kai ganteng, tapi ga seganteng Hajoon lah. Gila lo Oppa gue tuh. Ga bisa dapetin Taehyung, gue pasti bisa dapetin Hajoon. Soalnya yang ini bisa digapai!" Tak mau kalah, Salma memberikan pendapatnya.
"Eh, asal lo tau, ya-"
"Udaah. Pada kenapa, sih? Lagian lo bedua juga ngga dikenali sama mereka. Pake ngerecokin, lagi." Ucapku melerai keduanya yang langsung bungkam seketika.
Yah, kalo dipikir-pikir emang bener, kan. Aku bukan tokoh utama novel kisah romansa SMA yang cantik dan cocok bersanding dengan tokoh cowok sempurna versi novel itu.
Aku cuma cewek yang jadi pemeran sampingan yang kadang gak dibutuhin. Emangnya aku bisa dapetin laki-laki yang menjadi bintang seperti mereka, yang kisah SMA-nya sempurna? Jangankan seperti Kak Kai dan Hajoon. Kakak senior yang kulirik sejak tadi itu saja rasanya tak mungkin menyadari keberadaanku yang naksir berat ke dia.
"Yeaaaayyyy!! Ga-ru-da!!" Sorak sorai para cheerleader bergemuruh saat si Hajoon itu berhasil memasukkan bola kedalam ring.
"Diih. Liat tuh, si Vita. Nggak banget! Gue tau banget dia tuh sengaja masuk tim cheers supaya bisa ngedeketin Hajoon. Genit!" Julid by Salma mode \= on.
"Tapi.. dia emang cantik, kan. Bodinya bagus, rambutnya bagus. Makanya dia direkrut jadi tim cheers." Nada Hani memelas sembari memperhatikan gadis yang paling cantik itu.
"I-iya.. bener, sih." Sahut Salma lagi, akhirnya menyadari siapa kita yang duduk dibelakang layar ini.
"Apalagi Vita kan, anak model senior. Dia juga incaran banyak laki-laki." Lanjut Hani lagi.
"Anjani juga. Gebetan aku sampe oleng gara-gara dia. Hiks.." curhat Salma bersedih memandang kearah deretan cewek-cewek cantik yang tengah menyemangati tim basket.
Setelah membahas cewek-cewek cantik, topik pun kembali ke semula.
"Aah Hajoon. Gantengnya kebangetan. Emang ada ya, cowok sesempurna lo. Rasanya susah digapai kalo kita orangnya." Insecure mode on, Salma.
"Sebenarnya, ada satu lagi sih, cowo tampan di sekolah kita." Celetuk Hani.
"Hah, siapa?" Tanyaku kaget. Apa maksudnya kak Juna?
"Tuuuhh.." Hani menunjuk dengan bibirnya. Mengarahkan kami ke bawah pohon kecil dipinggir lapangan. Hampir tak terlihat.
"Arsya??"
"Iya. Dia tuh kan, ganteng. Keren lagi. Bedanya, tuh anak suka ngumpet-ngumpet."
Aku memperhatikannya. Dia tengah asyik bermain game di ponselnya bersama dua temannya yang lain. Benar-benar tak peduli dengan pertandingan basket di belakangnya.
"Arsya ganteng banget. Tapi bokapnya lebih ganteng, sih. Hehehe."
Salma dan Hani cekikikan. Topik kini berubah mereview wajah Arsya.
"Alis mata dan rambutnya mirip mantan penyanyi Arga Alexander." Kata Hani.
"Ya iyalah. Bokapnyeee.." celetuk Salma.
Hmm.. Mereka benar.
"Kata temen-temen yang lain, Arsya tuh perpaduan Mama dan Papanya banget." Ujar Hani lagi.
Hmm.. dia benar.
"Tapi, jangan pernah ngomongin bokapnya di depan dia. Katanya sih, dia nggak suka dibandingin sama bokapnya."
"Mungkin karena gantengan bokapnya, kali." Sahut Salma cekikikan.
"Entah. Gue juga ga tau."
Aku menyedot es bobaku. Mendengarkan mereka bicara sembari terus menatap kearah Arsya. Tapi tiba-tiba, kepalanya terangkat dan menatap kearahku.
"Eh eh, dia ngeliatin." Bisik Hani, yang spontan membuat kami diam.
Arsya yang wajahnya ketus itu pun berdiri dan berjalan kearah kami.
"Ah, di-dia kesini?"
Arsya berdiri tepat di depan kami bertiga.
"Kalo ngomongin orang, jangan sampe kedengeran satu sekolah!" Ketusnya, membuat kami diam dan saling sikut.
Arsya cukup lama berdiri disana, menatap kearah kami satu persatu. Terlebih padaku, dia tampak sangar sekali memang. Beberapa detik setelahnya, ia pun pergi.
"Hiss. Walaupun ganteng, tapi dia tuh nyebelin, nggak sih?" Sewot Salma. "Padahal kita tuh tadi nggak cerita apa-apa! Malah bilang dia ganteng!"
"Tapi keren ya. Hihihi." Hani malah salah tingkah. "Dia tuh juga jago basket, tau. Ditawarin gabung, sayangnya nolak. Katanya ga mau diidolain satu sekolah. What? Gila nggak tuh, dengernya."
Aku menahan gelak. Memang langka banget sih, orang kayak dia.
Obrolan seputar cowok keren di sekolah pun berakhir sampai disitu. Kami pun kembali ke aktifitas biasa di sekolah, sampai akhirnya aku kembali ke rumah.
Sorry, bukan rumah. Tapi, panti asuhan.
Yap. Aku tinggal di panti asuhan yang didirikan oleh orang yang paling dermawan. Aku besar disana bersama beberapa orang lainnya.
Walau panti asuhan, tapi ini sudah seperti surga bagiku. Di dalamnya banyak orang-orang baik yang saling mengasihi.
Contohnya saja tante Tari. Ah, maksudku kak Tari. Dia menolak dipanggil Tante. Tapi karena jiwanya emang jiwa muda, jadi masih sangat sah dipanggil kakak.
"Udah makan, sayang?" Tanya Kak Tari saat melihatku baru naik keatas tangga.
"Udah, kak. Kakak mau kemana?" Kuperhatikan dia dari atas sampai bawah. Rapi sekali.
"Ada klien yang mau ketemu dadakan. Kakak berangkat dulu."
Aku mengangguk sebagai jawaban.
"Oh, ya. Kalau Adit pulang kuliah, kamu bilangin ke dia jangan pergi malam nanti. Soalnya kakak kayaknya pulang larut. Ntar ngga ada yang jagain kalian."
"Oke, kak."
Kak Tari tersenyum, lalu menuruni tangga bawah.
Kak Adit. Satu lagi laki-laki dewasa yang menjaga kami disini. Dia sangat hangat dan tentu saja tampan. Tapi aku menyayanginya seperti kakakku sendiri.
"Aaahh.." akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku. Seharian rasanya sangat melelahkan. Padahal tidak ada kegiatan belajar mengajar, tapi ternyata lebih melelahkan.
Mataku hampir terpejam. Kulihat pintu kamarku ternyata belum tertutup sempurna. Ingin aku bangkit untuk menutupnya, tapi rasa kantuk begitu mendominasi.
Lagi pula.. sejak kapan aku mengunci pintu? Aku memang hampir tidak pernah mengunci pintu kamar.
Kenapa?
Karena ada yang suka masuk kedalam sini. Seseorang yang bahkan tidak akan pernah kalian kira.
~
Mataku terbuka perlahan. Aku tertidur, kan? Aku ingat tadi aku sangat lelah dan mengantuk. Tapi, rasanya ini sudah malam. Kenapa aku tidurnya lama sekali? Kepalaku terasa berat.
"Lama banget bangunnya."
Aku menoleh mendengar suara yang sering sekali mengganggu di telingaku.
Dia duduk diatas karpet bersandar di tepi ranjang yang kutiduri. Aku hanya bisa melihat punggung dan rambutnya saja sebab dia tengah asyik bermain game di ponselnya.
Inilah alasan kenapa aku hampir tidak pernah mengunci pintu kamar. Karena dia, Arsya, sering keluar masuk sesuka hatinya.
** Bersambung **
(Visual Ariva Tania)
(Visual Arsya Alexander Loui. Diumpetin dulu)
Note: NOVEL INI PUNYA 2 POINT OF VIEW. UNTUK POV ARSYA AKAN ADA DI BAB 60AN💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
ummi rama
syahdunya udah baca skrg baca kisah anaknya lagi...😊👍
2023-11-05
0
Asma
mana?
2023-07-27
1
Asma
siapa?
2023-07-27
1