Tanganku mengepal keras, menatap kesal ke pantulan cermin. Kok bisa sih, aku sebangku sama Kai. Gimana caranya aku belajar? Yang ada kami akan bertengkar terus!
Aahh. Ini sih, namanya semester sial. Jadi pengen pulang trus curhat sama Arsya. Hiks.
Ponselku bergetar. Aku merogoh kantong rok dan mendapati pesan dari Salma yang menyuruhku datang ke kantin.
Kuhirup napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. I can handle this, i know. Setelah merasa lebih baik, Aku pun segera meluncur ke tempat dimana Hani dan Salma berada.
"Salma mana?" Tanyaku pada Hani yang duduk sendirian. Aku duduk di sebelahnya dan mengibas kerah seragam, gerah.
"Lagi pesen makanan." Jawabnya. Lalu Hani mendekatkan wajah dan berbisik. "Va, gimana? Kapan kalian ngumpul?"
"Siang ini kayanya."
"Serius?" Matanya membulat. "Gue ikut, ya. Please. Lo cuma bawa gue gabung ke mereka, trus selanjutnya serahin aja ke gue." Pinta Hani penuh pengharapan. Matanya tak berkedip, menunggu jawabanku.
"I-iya."
"Yasshhh!!!" Hani memelukku dengan senyum manisnya. "Makasih ya, Va."
"Weeeh. Ada apa, nih?" Salma datang dengan nampan berisi dua mangkok bakso di dalamnya.
"Ini, Hani-"
"Ga ada apa-apa. Tadi kita abis cerita soal liburan. Ya, kan?" Alis Hani naik dengan senyum memaksa, memberi kode yang aku paham, dia ingin menutupi itu.
"Hm."
"Oh, kirain apa. Eh, Va. Lo di kelas apa?" Tanya Salma, menuang kecap dan saos ke dalam baksonya.
"IPA2. Kalian di IPS, kan?"
"H'em. Gue IPS3, Hani IPS2."
Aku manggut-manggut mendengar jawaban Salma.
"Kayanya Vita di IPS3 deh, Ma." Celetuk Hani.
"Ga tau gue. Ga peduli juga." Jawabnya cuek menyuapkan kuah ke mulutnya.
Vita masuk IPS, ya? Aku pikir dia bakalan ikutin Arsya ke IPA.
"Eh, Arsya tuh!" Dagu Salma mengarahkan pada Arsya yang baru masuk bersama Danu dan Zaki.
"Bukannya lo waktu itu dibonceng Arsya, ya Va? Enak banget bisa kenal sama kalangan idola." Hani tersenyum masam, entah karena apa. "Eh, tapi kayanya cowok yang pake topi itu sekelas gue, deh."
Yang dimaksud Hani adalah Zaki. Teman seper-game-an Arsya itu juga masuk IPS rupanya.
"Va, pulang sekolah kita main, yuk. Lo lagi ga ada janji sama kak Juna, kan?" Tanya Salma padaku.
Aku menggeleng. "Ga ada, kok. Mau kemana?"
"Nonton aja gimana?" Usul Salma.
"Boleh."
"Eh-, bentar deh. Bukannya.. lo ada janji sama kak Juna? Katanya lo mau nemenin dia, kan? Ya, kan?" Hani menyenggol kakiku di bawah meja. Memberi kode lagi kalau aku udah janji mau bawa dia gabung bareng kelompok Vita. Tapi kenapa harus diam-diam gini, sih.
"Eum. Iya. Gue lupa, Ma."
"Yah. Gitu, ya." Salma mendadak lesu. "Eh, gimana kalo sore atau malam?"
"Lo apa gak ada kegiatan?" Tanya Hani. Agak bingung kenapa Salma tiba-tiba ngebet banget pengen ngumpul.
"Bokap nyokap gue lagi ke luar kota. Gue sendiran sampe tengah malam. Gimana, lo berdua bisa kan?" Tanya Salma lagi, menatap aku dan Hani bergantian dengan mata yang mirip kucing lapar mengharap makanan pada majikan.
"Bisa, kok." Jawabku, dan Hani ikut mengangguk.
"Oke, deh."
"Siipp. Nanti kita diskusikan via grup."
...🍭...
Kak Juna tadi sempat chat, kalau dia udah di lapangan dan nunggu aku menyusulnya. Disebelahku ada Hani, melingkarkan tangannya di lenganku. Kami berjalan bergandengan dengan senyuman Hani yang tak luntur-luntur sejak tadi. Mungkin dia sangat senang akan berkumpul dengan kelompok yang dianggapnya bersinar.
Itu Vita. Dia duduk bersama teman-teman cheers. Kak Juna lagi main basket bersama Arsya, Kai, Hajoon, dan yang lain.
"Va, kita duduk disana aja." Bisik Hani, mengarahkan pandangannya ke bangku bawah pohon.
Dengan malas aku melangkahkan kaki kesana. Kulihat ada tas anak-anak basket diatas meja.
"Hai, Va." Sapa Vita. Melambaikan tangan kecil kearahku. Kubalas dengan senyum kecil.
Aku duduk di dekat mereka. Dan Hani mengambil posisi, membuat jarak duduk denganku supaya bisa dekat dengan Vita.
"Vita, kan? Masuk IPS2, ya?"
Hani memulai aksi. Aku hanya diam membuka ponsel menutupi rasa malu.
Hufft. Kenapa sih, Hani sampe ngelakuin ini segala. Dia kan tahu, Vita gak berteman dengan banyak orang. Jelas dia pemilih. Bukan aku menyepelakan Hani, hanya saja Vita itu punya kelas sosial yang tinggi.
"Hei. Ini minuman kalian, yaa!" Teriak seseorang lalu meletakkan beberapa botol jus jeruk keatas meja tepat di depanku.
Kulihat sekilas anak-anak basket berhenti main dan berjalan mendekati meja.
"Aku Hani, kelas IPS3."
Aku memasang telinga. Ingin tahu cara Hani mendekati mereka.
"Ariva."
Aku mengangkat kepala, mendapati kak Juna duduk di sebelahku dengan keringat membanjiri tubuhnya. Dia mengambil sebotol minuman dan menenggaknya.
Kai juga. Meraih satu botol di depanku sembari natap tajam bak jarum tumpul yang sengaja diperlihatkan padaku.
Dasar aneh!
"Kalo ada yang butun, lo boleh kok, minta bantuan gue."
Aku mendengar kalimat Hani, sembari berusaha fokus pada kak Juna.
"Sore nanti temenin aku cari kado, ya. Buat mama. Jadi aku mau pergi sama kamu buat bantu milihin. Bisa, kan?" Kak Juna meletakkan botol jusnya di dekatku, meminta aku mencicipinya.
"Gue udah chat lo, Vit. Lo bisa hubungi gue di nomor itu." Ucap Hani lagi.
"Ariva?"
"Ah, iya, kak. Emm.. sore, ya? Kayaknya ga bisa kak. Aku udah ada janji sama temen. Gimana, ya?" Aku jadi bingung. Ingin menemani kak Juna tapi udah duluan janji sama Salma.
"Boleh gak, gue ikutan ngumpul disini."
Aku menoleh, memperhatikan Hani yang benar-benar mendekatkan diri. Dan respon Vita juga ramah. Berbeda dengan apa yang orang-orang bilang selama ini. Mungkin benar, ini cuma karena gak saling kenal aja.
"Ya udah, aku main lagi."
Aku mengangguk saat kak Juna beranjak kembali menuju lapangan.
"Lo duduk disini sekalian jaga tas gue, ya."
Mulai. Aku mendongak, menatap tak suka pada Kai yang berdiri di sampingku. Badan peluh dan wajah merah matahari itu membuatku kesal sejak awal mengenalnya.
"Hahaha. Iya, Vit. Bener banget." Hani merespon bercandaan mereka dengan baik. Dia ternyata bisa berbaur dengan asyik, berbeda denganku yang kaku.
Entah kenapa jadi kesal. Aku meraih botol minum kak Juna dan menenggaknya.
"Hei. Itu minum gue."
"Pufftt!" Semburan tak sengaja ku keluarkan saat ternyata aku salah mengambil botol minum yang rupanya milik Kai. Namun sial, semburan itu malah mengotori baju Kai.
Kai, jelas dia membelalak lebar menatapku. Terlihat menahan diri untuk tidak memaki. Tapi dari matanya, aku tahu dia sangat-sangat tidak suka padaku.
Matilah aku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Novita Sari
pengen baca maraton😭😭
2023-06-25
1
Yoan
ini antara juna, ArSyA, dan Kai
2023-06-21
1
ega
up nya dikit amat thor, ,,, nanggung banget bacanya
2023-06-21
1