Red Hair Woman And MR. MAFIA

Red Hair Woman And MR. MAFIA

PROLOG - BUNYI LEDAKAN

Dorrr dorrr dorrr ....

Suara tembakan senjata terdengar saling bersahutan. Cahaya yang minim tak menyurutkan langkah kaki seorang pria untuk berpindah tempat untuk mencari celah di mana ia bisa menembak para musuhnya dengan lebih mudah.

Leander Aiden Graham, putra sulung Anthony Lee Graham, memegang senjata dengan sangat ahli. Kedua orang tuanya tak pernah mengetahui bahwa Aiden, demikian ia dipanggil, merupakan pimpinan dari salah satu kelompok mafia paling disegani di Kota Washington DC.

Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya saat ia berusia 20 tahun, Kakeknya yang bernama Lee Graham serta Neneknya Anita Graham, ditembak mati di kediaman mereka oleh orang orang tak dikenal. Hal itu meninggalkan luka mendalam bagi Keluarga Graham, terutama putra semata wayang mereka, Anthony Lee Graham.

Tak pernah diketahui siapa penembak itu, bahkan polisi seakan bekerja lambat dan lama kelamaan kasus itu akhirnya dibiarkan hingga terlupakan. Hal itu juga membuat Aiden yang saat itu masih duduk di bangku kuliah, memutuskan masuk ke dalam dunia gelap. Hingga akhirnya ia kini menjadi salah satu ketua mafia yang paling disegani.

Dorrr!!

Sebuah peluru kembali melesat dan menyerempet lengan Aiden. Ia langsung memutar tubuhnya dan bersembunyi di belakang sebuah pohon yang lumayan besar. Ia memegang lengannya dan kembali mengintip posisi musuhnya. Satu buah tembakan kembali ia lesatkan dan tepat mengenai dadda orang tersebut.

"Grey, siapkan helikopter!" perintah Aiden pada asisten pribadinya di kelompok mafia miliknya. Sementara itu di Perusahaan Anlee Group, ia memiliki asisten bernama Ivander. Kadang Ivander juga bisa menggantikan posisi Grey. Keduanya saling bekerja sama dan saling melengkapi.

"Siap, bos!" Grey langsung menghubungi pilot helikopter agar mereka bisa segera terbang dan meninggalkan tempat itu. Mereka akan kembali ke markas kelompok mafia karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan.

*****

Fressia Moxie, kini duduk tepat di samping seorang anak berusia 5 tahun bernama Tristan Graham. Ia kembali memegang dahi Tristan dan kembali merasakan panas. Fressia mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuh Tristan.

"39,8 derajat?" gumam Fressia sambil melihat layar termometer tersebut. Ia segera meraih ponselnya untuk menghubungi majikannya, ayah dari Tristan.

"Ah tidak bisa," Fressia kembali mencoba menghubunginya lagi dan lagi, tapi hasilnya selalu sama, tak bisa tersambung.

Fressia ingin sekali membawa Tristan ke dokter, tapi hari sudah malam dan supir juga sudah beristirahat. Ia tak pernah diizinkan keluar dari rumah kalau bukan karena sekolah Tristan. Ia sebenarnya merasa seperti terkurung, tapi ia juga kasihan pada Tristan kalau ia berhenti dari pekerjaan itu. Di lain pihak, Fressia memerlukan pekerjaan itu. Ia ingin membantu orang tua angkatnya, terutama Mommy nya.

Semalaman, Fressia mengompres dahi Tristan. Beberapa kali juga ia mencoba menghubungi majikannya, tapi masih saja belum berhasil. Bahkan Fressia juga menghubungi asisten pribadi majikannya dan hasilnya sama saja, nihil.

Fressia membelai rambut Tristan yang berwarna kemerahan. Beberapa kali ia memejamkan mata hingga tertidur, tapi selalu saja terbangun lagi karena begitu khawatir dengan keadaan Tristan. Fressia menggenggam tangan Tristan. Ia merasa iba dengan keadaan Tristan, apalagi anak laki laki tersebut begitu mendambakan perhatian dari ayahnya.

Mata dengan manik berwarna coklat itu mengerjap, pipinya masih terasa sedikit hangat hingga berwarna kemerahan.

"Aunty, apa Daddy sudah kembali?" tanya Tristan.

Tristan selalu memanggil Fressia dengan panggilan Aunty, meskipun Fressia adalah pengasuhnya. Ia merasa lebih dekat dengan panggilan itu.

"Belum, Tris. Aunty sudah mencoba menghubungi, tapi tak ada sambungan," jawab Fressia.

"Apa Daddy tak menyayangiku, Aunty?" tanya Tristan sendu.

Fressia menghela nafas pelan kemudian tersenyum tipis, "Daddy pasti menyayangimu, hanya saja mungkin ia sangat sibuk."

"Daddy selalu sibuk, Aunty. Apa mungkin Daddy membenciku?" ntah apa yang ada dalam pikiran Tristan kini hingga ia berpikir demikian.

"Tidak, sayang. Jangan berpikir seperti itu," Fressia langsung memeluk Tristan dan memberikan pelukan hangat untuk anak asuhnya itu.

Fressia memang baru beberapa bulan ini bekerja. Ia menggantikan posisi pengasuh Tristan yang sebelumnya karena pengasuhnya itu ikut suaminya bekerja di luar kota.

Pekerjaan sebagai pengasuh Tristan juga ia dapatkan dari Mommy nya, Roxane Moxie. Kebetulan Roxane memiliki kenalan dan ia langsung menawari Fressia pekerjaan itu, karena putri angkatnya itu baru saja diberhentikan secara sepihak oleh tempatnya bekerja karena mengalami kebangkrutan.

*****

"Bos!" sapa Ivander yang baru saja sampai di markas mafia bernama 'Dark Shades'.

Ivander diminta hadir di sana karena Aiden memerlukan bantuannya untuk membobol jaringan informasi musuh mereka. Mungkin dengan begitu, penyerangan akan lebih mudah dilakukan dan mereka akan tunduk pada 'Dark Shades'.

"Van, periksalah!" perintah Aiden.

Matanya menatap tajam pada layar besar di mana terdapat begitu banyak angka dan huruf yang tak ia mengerti. Terlalu banyak kode yang harus mereka pecahkan sebelum informasi musuh bisa mereka dapatkan.

Ivander mulai memainkan jari jemarinya di atas tuts keyboard dan sesekali menyentuh sebuah layar sentuh sambil menggeser sesuatu. Aiden dan Ivander tampak sangat berkonsentrasi dengan apa yang mereka kerjakan.

Ceklekkk ...

Pintu ruangan terbuka dan nampak sosok Grey, "Bos, mereka menghancurkan gudang keamanan yang tepat di sebelah gudang senjata."

"Whatt?!!" Aiden tak menyangka bahwa musuhnya mengambil langkah lebih cepat daripada dirinya. Ini tak bisa dibiarkan, ia harus berbuat sesuatu lagi.

"Van, lanjutkan apa yang sedang kita kerjakan. Aku ingin mereka juga hancur secara informasi digital. Kalau kamu sudah menemukan aib kebusukan mereka, segera bagikan ke seluruh jaringan terkait," perintah Aiden.

"Siap, Bos!" ucap Ivander.

"Kita berangkat sekarang, Grey!" Aiden langsung memasukkan sebuah senjata di rompi anti peluru yang ia kenakan.

Grey pun langsung mengikuti langkah Aiden menuju helikopter mereka. Ia akan langsung menuju ke area pegunungan di mana gudang senjata serta beberapa peralatan keamanan mereka simpan.

Helikopter langsung membawa Aiden dan Grey ke lokasi. Di sana Aiden memiliki sebuah villa yang di desain khusus agar aman dari para musuh, bahkan tak ada pengintai yang bisa mendeteksinya. Ini semua adalah hasil rancangan Ivander dan Aiden.

Dari villa tersebut, Aiden dan Grey melanjutkan perjalanan dengan sebuah jeep dan dikawal oleh beberapa anak buah. Sampai di gudang persenjataan, mereka melihat asap membumbung tinggi dan beberapa anak buah Aiden ada yang terluka parah.

"Sialannn!!!" teriak Aiden dan langsung turun dari jeep dan mendekati orang kepercayaannya yang bertugas mengawasi gudang persenjataan mereka.

"Bricks!" Bricks yang mendengar suara atasannya, langsung berjalan mendekat.

"Bos!"

Bricks menceritakan kejadian di mana tiba tiba saja terdengar bunyi ledakan yang cukup kencang dengan cukup detail, membuat Aiden mendengarkannya dengan serius.

Dorrr dorrr dorrr!!

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ternyta aiden seorang ketua mafia 😱

2024-05-12

0

StAr 1086

StAr 1086

kira2 siapa ya yang membunuh kakek neneknya Aiden.....

2023-10-25

0

Bilal Muammar

Bilal Muammar

hadir kak....✌

2023-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!