Di Antara Dua Hati
Malam semakin larut, Kayla segera merapihkan peralatan sekolahnya, kemudian beranjak dari meja belajar.
Diliriknya jam dinding yang ternyata jarum jam sudah menunjukan angka sembilan lewat empat puluh lima menit. Itu berarti dirinya harus segera tidur. Padahal, sedari tadi matanya sudah tak kuat menahan kantuk. Namun, karena sepupunya meminta Kayla mengerjakan sesuatu, akhirnya ia mengerjakan tugas larut malam.
Walaupun rasa lelah menyelimuti, tapi ia tetap mengerjakan pekerjaan yang diberikan saudara sepupunya itu dengan suka rela. Kayla tak mengeluh sedikitpun karena jika ia tak mau, maka saudara sepupunya yang bernama Rania itu akan marah besar dan mengadu kepada ayahnya. Alhasil, Kayla lah yang mendapatkan hukuman dari Pamannya itu.
"Capek banget, sih! Aku mau langsung tidur ah, udah gak kuat ini mata." diregangkan kedua tangannya ke samping, kemudian tubuhnya pun direbahkan di atas ranjang.
Rasa penat membuatnya cepat menutup mata hingga ia pun tertidur pulas.
Namun, baru saja dirinya akan memasuki alam mimpi, tiba-tiba, Rania datang setelah menggebrak pintu.
Brak
"Kayla. Cuciin baju gue sekarang juga!" teriak Rania seraya melempar dress ke wajah Kayla.
Kayla yang terkejut mendengar teriakan Rania pun segera terkesiap. Ia mengerjap beberapa kali sembari duduk di ranjang. "Ini udah malem, Ran. Besok aja ya," tawar Kayla.
Rania berkacak pinggang. "Elu enggak mau ngerjain perintah gue, heh!"
Dengan cepat Kayla menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, Ran. Tapi, saat ini aku udah ngantuk dan capek banget. Lagi pula, ini udah malem dan besok kita harus sekolah. Aku takut nanti terlambat bangun," pungkasnya.
Rania pun langsung menyentak. "Enggak. Gue maunya sekarang juga lu cuci baju gue dan segera menjemurnya biar cepat kering." kata Rania keukeuh. "Besok lu tinggal setrika biar rapi. Tapi awas, jangan sampai gaun gue ini rusak. Kalau sampe baju ini rusak, lu bakalan tahu akibatnya!" ancam Rania sebelum berlalu dari kamar Kayla.
Sedangkan Kayla sendiri hanya menatap lesu sampai punggung Rania hilang seiring tertutupnya pintu kamar yang dibanting dengan keras.
Brakk
Kayla terkejut sampai mengelus dadanya saking kerasnya Rania menutup pintu, membuat jantungnya berdebar sangat kencang.
"Kenapa dia selalu membuatku kesusahan?!" gerutu kesal Kayla yang tak bisa diungkapkan depan Rania.
Rania selalu memperlakukan Kayla dengan buruk. Ia mengolok-olok dan menyiksa Kayla jika dia melakukan sedikit kesalahan saja. Bukannya Kayla tak pernah melawan akan perlakuan Rania kepadanya. Namun, saat itu ia malah dihukum oleh pamannya dengan tidak boleh keluar rumah walaupun itu ke sekolah. Kayla dikurung di dalam kamarnya selama berhari-hari tanpa dibiarkan keluar walau hanya ke dapur saja.
Pamannya itu selalu bertindak sesuka hati. Pria paruh baya tersebut selalu marah setiap kali Rania mengadu yang tidak-tidak tentang Kayla. Padahal, Rania yang bersalah. Tapi, Kayla yang selalu menanggung akibatnya.
Malam itu juga, Kayla mencuci pakaian Rania dengan hati-hati karena takut merusak dress tersebut. Selesai mencuci, Kayla bergegas ke kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Rasa penat, lelah, bercampur rasa kantuk menjadi satu. Tak lama kemudian, ia pun terlelap menuju alam mimpi.
•
Pagi-pagi sekali Rania mengetuk pintu kamar Kayla dengan berteriak nyaring. "Woi pembokat, bangun lu! Jam berapa ini? Dasar pemalas," teriak Rania sembari terus mengetuk pintu kamar. "Kayla. Lu budeg apa ya,"
Kayla mengerjapkan matanya sambil berkata lirih. "Iya, Ran. Aku bangun kok!" sahutnya seraya duduk. "Jam berapa ini, Ran?" tanya Kayla sedikit bergumam.
Rania berdecak sebelum menjawab. "Jam tujuh lewat lima belas menit." sahutnya dengan keras setelah mendorong pintu kamar Kayla sampai terbuka lebar.
Mata Kayla membulat sempurna dengan diikuti tubuhnya yang beranjak dari tempat tidur. "Apa? Jam tujuh lewat. Oh ya ampun," Kayla bergegas melompat dari kasurnya menuju kamar mandi.
Melihat Kayla berlari, Rania kembali berteriak. "Elu itu sekarang jadi pemalas ya. Mentang-mentang ayah gak ada di rumah," ledeknya.
Kayla sendiri tak menghiraukan cibiran Rania. Ia mandi tanpa mendengar ocehan saudara sepupunya itu.
"Woi pembokat, tugas gue belom kelar. Kerjain semuanya dan bawa ke sekolah. Awas kalau enggak dikerjain!" ancam Rania yang kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Gue taruh bukunya di meja," ucapnya yang kemudian pergi setelah menaruh bukunya di meja.
Dia berangkat lebih dulu ke sekolah, meninggalkan Kayla yang masih mandi. Selesai mandi, Kayla langsung berpakaian rapi dan bersiap berangkat ke sekolah. Semua buku pelajaran hari ini tak lupa ia bawa, termasuk buku tugasnya. Diliriknya buku Rania yang tergeletak di meja belajarnya.
"Haish, Rania selalu seperti ini. Mana ini sudah jam setengah delapan." Kayla pun menyambar buku tugas Rania dan memasukannya kedalam tas miliknya. "Aku bakal terlambat ini." Ia celingukan mencari angkot yang biasa lewat depan rumahnya, namun tak ada satu pun angkot yang lewat.
Kayla pun berlari menuju sekolah yang jaraknya lumayan cukup jauh. Nafasnya terengah-engah karena ia terus berlari kencang tanpa henti.
Tepat saat dirinya menginjakkan kaki di depan gerbang, bel pun berbunyi nyaring.
Teeeeeetttt.
"Syukurlah!" Ia pun buru-buru masuk kedalam sekolah setelah tersenyum kepada satpam. "Pagi, Pak!" sapa Kayla kepada satpam.
"Pagi juga Neng Kayla!" Satpam membalas sapaan Kayla dengan ramah. "Tumben kesiangan?!" tanya satpam kemudian.
"Iya, Pak. Semalam aku tidur kemaleman karena mengerjakan tugas, dan akhirnya terlambat bangun." sahutnya sembari tersenyum.
"Oh, ya ya ya," satpam pun mengerti. "Ya sudah, ayo buruan masuk kelas sebelum Guru masuk!" ujar satpam tersebut.
Kayla bergegas masuk menuju kelasnya, agar tidak keduluan guru yang mengajar hari ini. "Waah, untung saja!" ia pun merasa lebih tenang sekarang.
Semua pasang mata menatap kedatangan Kayla dengan aneh, sebab tak biasanya gadis itu datang terlambat.
"Kay, tumben kesiangan?!" Delisa bertanya dengan penasaran, diikuti tatapan tajam dari Rania yang duduk di bangku depan.
Kayla melirik sekilas, kemudian mengalihkan atensi ke arah Delisa seraya tersenyum canggung. "Iya, Del. Semalem aku gak bisa tidur, jadi aku bergadang sampai subuh." ucapnya berbohong.
Delisa hanya membulatkan mulutnya menanggapi jawaban Kayla.
Tak lama kemudian, guru pun masuk ke dalam ruangan kelas. "Pagi semua!"
"Pagi, Bu!"
"Hari ini kita ada ulangan ya,"
"Yaaaah. Kok dadakan sih, Bu!" semua serempak protes.
"Heits, jangan banyak protes! Ibu sudah bilang jika kalian harus selalu menyiapkan mental kalian untuk menghadapi ulangan dadakan," ucap Bu Rita, kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Sebelum itu, kumpulkan tugas yang kemarin Ibu berikan di meja Ibu sekarang juga! Bila di antara kalian ada yang ketahuan tidak mengerjakan tugas, maka siap-siap mendapat hukuman!" lanjutnya kemudian.
Betapa terkejutnya Rania yang mendengar perkataan Bu Rita. Ia tahu jika Kayla belum mengerjakan tugasnya yang tadi ia berikan sebelum berangkat sekolah.
Namun, sejujurnya bukan salah Kayla juga, jika Rania mendapatkan hukuman dari Bu Rita. Ia yang salah sendiri karena tak mengerjakan tugas sekolah dari awal-awal, dan sekarang menyuruh Kayla menyalin buku tugasnya.
Randi sebagai ketua kelas ditugaskan mengumpulkan semua buku tugas dari mereka, dan menyimpannya di atas meja guru.
"Kay, lu belum ngerjain tugas?" bisik Randi.
Kayla menggelengkan kepala sebagai jawaban, pertanda jika dirinya belum kelar menyalin semua catatan ke buku milik Rania.
Randi mengerti jika Kayla pasti kelelahan. Ia pun mencoba mengulur waktu agar Kayla segera menyelesaikan mencatat tugas tersebut.
Ketika tengah berpikir, tiba-tiba ada seorang murid datang ke kelas tersebut dan memanggil Bu Rita untuk segera datang ke ruangan kepala sekolah.
Ini kesempatan mereka untuk menaruh tugas di meja tanpa diketahui guru jika mereka baru saja menaruhnya.
"Eh Kay , kamu belum menaruh tugasmu di depan?" tanya mereka saat Kayla menaruh buku tugas di meja.
"Belum. Tadi aku ...!"
"Tumben bener Kayla terlambat mengerjakan tugas. Biasanya kan paling awal," mereka terheran.
"Dia terlambat bangun," desis Rania yang duduk di depan.
"Oohhh." Mereka pun hanya ber oh saja dan tidak mempermasalahkannya.
Rania tersenyum penuh kemenangan. Dia tertawa dalam hati sambil mengelus dada karena merasa lega. "Untung itu Kayla. Coba kalau gue yang telat, mungkin mereka bakal mencibir. Huuuh, selamat deh gue." batin Rania memekik kegirangan.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
kadek15
kuat selalu utk kayla💪💪
2023-11-06
2
Rita Riau
mampir Thor,,,,kaya nya seru nih
kasihan Kayla,,,
2023-11-06
1
ayu nuraini maulina
CK main nyuruh nyuci sndr Napa 😡😡
2023-07-11
2