NovelToon NovelToon

Di Antara Dua Hati

Bab 1~Terlambat

Malam semakin larut, Kayla segera merapihkan peralatan sekolahnya, kemudian beranjak dari meja belajar.

Diliriknya jam dinding yang ternyata jarum jam sudah menunjukan angka sembilan lewat empat puluh lima menit. Itu berarti dirinya harus segera tidur. Padahal, sedari tadi matanya sudah tak kuat menahan kantuk. Namun, karena sepupunya meminta Kayla mengerjakan sesuatu, akhirnya ia mengerjakan tugas larut malam.

Walaupun rasa lelah menyelimuti, tapi ia tetap mengerjakan pekerjaan yang diberikan saudara sepupunya itu dengan suka rela. Kayla tak mengeluh sedikitpun karena jika ia tak mau, maka saudara sepupunya yang bernama Rania itu akan marah besar dan mengadu kepada ayahnya. Alhasil, Kayla lah yang mendapatkan hukuman dari Pamannya itu.

"Capek banget, sih! Aku mau langsung tidur ah, udah gak kuat ini mata." diregangkan kedua tangannya ke samping, kemudian tubuhnya pun direbahkan di atas ranjang.

Rasa penat membuatnya cepat menutup mata hingga ia pun tertidur pulas.

Namun, baru saja dirinya akan memasuki alam mimpi, tiba-tiba, Rania datang setelah menggebrak pintu.

Brak

"Kayla. Cuciin baju gue sekarang juga!" teriak Rania seraya melempar dress ke wajah Kayla.

Kayla yang terkejut mendengar teriakan Rania pun segera terkesiap. Ia mengerjap beberapa kali sembari duduk di ranjang. "Ini udah malem, Ran. Besok aja ya," tawar Kayla.

Rania berkacak pinggang. "Elu enggak mau ngerjain perintah gue, heh!"

Dengan cepat Kayla menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, Ran. Tapi, saat ini aku udah ngantuk dan capek banget. Lagi pula, ini udah malem dan besok kita harus sekolah. Aku takut nanti terlambat bangun," pungkasnya.

Rania pun langsung menyentak. "Enggak. Gue maunya sekarang juga lu cuci baju gue dan segera menjemurnya biar cepat kering." kata Rania keukeuh. "Besok lu tinggal setrika biar rapi. Tapi awas, jangan sampai gaun gue ini rusak. Kalau sampe baju ini rusak, lu bakalan tahu akibatnya!" ancam Rania sebelum berlalu dari kamar Kayla.

Sedangkan Kayla sendiri hanya menatap lesu sampai punggung Rania hilang seiring tertutupnya pintu kamar yang dibanting dengan keras.

Brakk

Kayla terkejut sampai mengelus dadanya saking kerasnya Rania menutup pintu, membuat jantungnya berdebar sangat kencang.

"Kenapa dia selalu membuatku kesusahan?!" gerutu kesal Kayla yang tak bisa diungkapkan depan Rania.

Rania selalu memperlakukan Kayla dengan buruk. Ia mengolok-olok dan menyiksa Kayla jika dia melakukan sedikit kesalahan saja. Bukannya Kayla tak pernah melawan akan perlakuan Rania kepadanya. Namun, saat itu ia malah dihukum oleh pamannya dengan tidak boleh keluar rumah walaupun itu ke sekolah. Kayla dikurung di dalam kamarnya selama berhari-hari tanpa dibiarkan keluar walau hanya ke dapur saja.

Pamannya itu selalu bertindak sesuka hati. Pria paruh baya tersebut selalu marah setiap kali Rania mengadu yang tidak-tidak tentang Kayla. Padahal, Rania yang bersalah. Tapi, Kayla yang selalu menanggung akibatnya.

Malam itu juga, Kayla mencuci pakaian Rania dengan hati-hati karena takut merusak dress tersebut. Selesai mencuci, Kayla bergegas ke kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Rasa penat, lelah, bercampur rasa kantuk menjadi satu. Tak lama kemudian, ia pun terlelap menuju alam mimpi.

Pagi-pagi sekali Rania mengetuk pintu kamar Kayla dengan berteriak nyaring. "Woi pembokat, bangun lu! Jam berapa ini? Dasar pemalas," teriak Rania sembari terus mengetuk pintu kamar. "Kayla. Lu budeg apa ya,"

Kayla mengerjapkan matanya sambil berkata lirih. "Iya, Ran. Aku bangun kok!" sahutnya seraya duduk. "Jam berapa ini, Ran?" tanya Kayla sedikit bergumam.

Rania berdecak sebelum menjawab. "Jam tujuh lewat lima belas menit." sahutnya dengan keras setelah mendorong pintu kamar Kayla sampai terbuka lebar.

Mata Kayla membulat sempurna dengan diikuti tubuhnya yang beranjak dari tempat tidur. "Apa? Jam tujuh lewat. Oh ya ampun," Kayla bergegas melompat dari kasurnya menuju kamar mandi.

Melihat Kayla berlari, Rania kembali berteriak. "Elu itu sekarang jadi pemalas ya. Mentang-mentang ayah gak ada di rumah," ledeknya.

Kayla sendiri tak menghiraukan cibiran Rania. Ia mandi tanpa mendengar ocehan saudara sepupunya itu.

"Woi pembokat, tugas gue belom kelar. Kerjain semuanya dan bawa ke sekolah. Awas kalau enggak dikerjain!" ancam Rania yang kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Gue taruh bukunya di meja," ucapnya yang kemudian pergi setelah menaruh bukunya di meja.

Dia berangkat lebih dulu ke sekolah, meninggalkan Kayla yang masih mandi. Selesai mandi, Kayla langsung berpakaian rapi dan bersiap berangkat ke sekolah. Semua buku pelajaran hari ini tak lupa ia bawa, termasuk buku tugasnya. Diliriknya buku Rania yang tergeletak di meja belajarnya.

"Haish, Rania selalu seperti ini. Mana ini sudah jam setengah delapan." Kayla pun menyambar buku tugas Rania dan memasukannya kedalam tas miliknya. "Aku bakal terlambat ini." Ia celingukan mencari angkot yang biasa lewat depan rumahnya, namun tak ada satu pun angkot yang lewat.

Kayla pun berlari menuju sekolah yang jaraknya lumayan cukup jauh. Nafasnya terengah-engah karena ia terus berlari kencang tanpa henti.

Tepat saat dirinya menginjakkan kaki di depan gerbang, bel pun berbunyi nyaring.

Teeeeeetttt.

"Syukurlah!" Ia pun buru-buru masuk kedalam sekolah setelah tersenyum kepada satpam. "Pagi, Pak!" sapa Kayla kepada satpam.

"Pagi juga Neng Kayla!" Satpam membalas sapaan Kayla dengan ramah. "Tumben kesiangan?!" tanya satpam kemudian.

"Iya, Pak. Semalam aku tidur kemaleman karena mengerjakan tugas, dan akhirnya terlambat bangun." sahutnya sembari tersenyum.

"Oh, ya ya ya," satpam pun mengerti. "Ya sudah, ayo buruan masuk kelas sebelum Guru masuk!" ujar satpam tersebut.

Kayla bergegas masuk menuju kelasnya, agar tidak keduluan guru yang mengajar hari ini. "Waah, untung saja!" ia pun merasa lebih tenang sekarang.

Semua pasang mata menatap kedatangan Kayla dengan aneh, sebab tak biasanya gadis itu datang terlambat.

"Kay, tumben kesiangan?!" Delisa bertanya dengan penasaran, diikuti tatapan tajam dari Rania yang duduk di bangku depan.

Kayla melirik sekilas, kemudian mengalihkan atensi ke arah Delisa seraya tersenyum canggung. "Iya, Del. Semalem aku gak bisa tidur, jadi aku bergadang sampai subuh." ucapnya berbohong.

Delisa hanya membulatkan mulutnya menanggapi jawaban Kayla.

Tak lama kemudian, guru pun masuk ke dalam ruangan kelas. "Pagi semua!"

"Pagi, Bu!"

"Hari ini kita ada ulangan ya,"

"Yaaaah. Kok dadakan sih, Bu!" semua serempak protes.

"Heits, jangan banyak protes! Ibu sudah bilang jika kalian harus selalu menyiapkan mental kalian untuk menghadapi ulangan dadakan," ucap Bu Rita, kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Sebelum itu, kumpulkan tugas yang kemarin Ibu berikan di meja Ibu sekarang juga! Bila di antara kalian ada yang ketahuan tidak mengerjakan tugas, maka siap-siap mendapat hukuman!" lanjutnya kemudian.

Betapa terkejutnya Rania yang mendengar perkataan Bu Rita. Ia tahu jika Kayla belum mengerjakan tugasnya yang tadi ia berikan sebelum berangkat sekolah.

Namun, sejujurnya bukan salah Kayla juga, jika Rania mendapatkan hukuman dari Bu Rita. Ia yang salah sendiri karena tak mengerjakan tugas sekolah dari awal-awal, dan sekarang menyuruh Kayla menyalin buku tugasnya.

Randi sebagai ketua kelas ditugaskan mengumpulkan semua buku tugas dari mereka, dan menyimpannya di atas meja guru.

"Kay, lu belum ngerjain tugas?" bisik Randi.

Kayla menggelengkan kepala sebagai jawaban, pertanda jika dirinya belum kelar menyalin semua catatan ke buku milik Rania.

Randi mengerti jika Kayla pasti kelelahan. Ia pun mencoba mengulur waktu agar Kayla segera menyelesaikan mencatat tugas tersebut.

Ketika tengah berpikir, tiba-tiba ada seorang murid datang ke kelas tersebut dan memanggil Bu Rita untuk segera datang ke ruangan kepala sekolah.

Ini kesempatan mereka untuk menaruh tugas di meja tanpa diketahui guru jika mereka baru saja menaruhnya.

"Eh Kay , kamu belum menaruh tugasmu di depan?" tanya mereka saat Kayla menaruh buku tugas di meja.

"Belum. Tadi aku ...!"

"Tumben bener Kayla terlambat mengerjakan tugas. Biasanya kan paling awal," mereka terheran.

"Dia terlambat bangun," desis Rania yang duduk di depan.

"Oohhh." Mereka pun hanya ber oh saja dan tidak mempermasalahkannya.

Rania tersenyum penuh kemenangan. Dia tertawa dalam hati sambil mengelus dada karena merasa lega. "Untung itu Kayla. Coba kalau gue yang telat, mungkin mereka bakal mencibir. Huuuh, selamat deh gue." batin Rania memekik kegirangan.

...Bersambung ......

Bab 2~Tiba-tiba datang

Bel istirahat berbunyi dan semua siswa-siswi bubar. Ada yang pergi ke kantin, ke lapangan, atau bahkan duduk diam di kelas. Seperti Kayla sekarang. Dia memilih diam di kelas merasakan keletihannya, karena kakinya yang terasa pegal hingga membuatnya ingin tidur.

Delisa menoleh ke belakang, menatap temannya itu. "Kay, kamu gak ke kantin?" bertanya sembari menyenggol tangan yang bertumpu di meja.

Kayla mendongak. "Aku males, Del. Rasanya aku capek banget," sahutnya malas.

"Emang kamu gak laper gitu?" tanya Delisa lagi.

Hembusan nafas kasar terdengar dari mulut Kayla sebelum menyahut. "Perut aku laper banget ini. Tapi, kalah sama kakiku yang sakit karena lari dari rumah ampe sekolah, gara-gara gak ada angkot yang lewat." keluhnya.

"Astaga! Kamu lari dari rumah ke sekolah? Bukannya kamu punya motor?!" Delisa terlihat mengerutkan keningnya.

"Motornya udah dipake Rania. Jadinya aku lari deh," sahut Kayla tanpa sadar.

"Rania? Kenapa dia pakai motor kamu?" Pertanyaan Delisa seketika menyadarkan kalau Kayla salah bicara. Semua orang tak tahu jika mereka satu rumah.

"Ah, iya. Apa tadi kamu bilang, Del? Aku gak ngeh. Hehehe!" Kayla jadi salah tingkah karena panik.

Gawat kalau sampai mereka tahu bahwa Kayla dan Rania satu rumah. Bisa-bisa Rania marah karena semua orang tahu bahwa mereka berdua saudara sepupu.

Delisa kembali berbicara. "Tadi kamu bilang motor kamu dipake Rania," ulangnya.

"Kamu salah denger kali. Karena perut yang laper, aku jadi ngelantur. Udah ah, aku mau tidur dulu. Bangunin aku kalau guru sudah masuk kelas," kilah Kayla agar Delisa tak melanjutkan pertanyaannya lagi.

Delisa ingin sekali kembali bertanya, namun tak jadi setelah melihat mata Kayla terpejam. "Haish, dia ini." Ia pun melangkah meninggalkan Kayla yang tertidur di meja dengan tangan yang menelungkup sebagai bantalan.

Beberapa saat, keadaan menjadi sepi. Tak ada suara yang terdengar lagi membuat Kayla semakin nyenyak tertidur. Tiba-tiba seseorang duduk di samping Kayla dengan wajah ditekuk. Tapi, ia sempat tersenyum melihat wajah Kayla yang tengah tertidur pulas.

Wajahnya terlihat sangat tampan ketika tersenyum_sangat indah.

Dengan satu tangannya memangku dagu dan satu tangan lagi terulur menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Kayla. Ia terus menatap wajah teduh gadis itu dengan senyuman yang tak hilang. "Cantik." satu kata yang keluar dari bibirnya.

Merasakan suatu pergerakan yang mengusik tidurnya, Kayla perlahan mengerjapkan mata hingga terbuka sempurna. Betapa terkejutnya Kayla setelah melihat wajah seseorang tepat di depannya. "Astaga!" pekik Kayla sembari mendorong tubuh orang tersebut hingga terjungkal ke belakang.

"Whoaa!" jerit pemuda tersebut sebelum bokongnya mendarat keras di lantai.

Brak

"Aduh, panta*t gue!"

Melihat orang tersebut terjatuh akibat ulahnya, Kayla pun hendak menolong dengan mengulurkan tangan. Namun, tangannya hanya menggantung di udara karena Kenzo tak menyambutnya. "Anjir lu," ketusnya kesal sembari menepis tangan Kayla dengan keras.

"A-aku gak sengaja! Lagian, ngapain kamu di sini? Aku kan jadi terkejut," elak Kayla membela diri.

"Duduk lah. Lu kira gue lagi joged," sahut Kenzo ketus.

Kayla berdecak sebal. "Tadi kan kamu gak masuk kelas. Kenapa tiba-tiba nongol depan aku sih?"

"Suka-suka gue lah! Mau masuk jam berapapun itu urusan gue," kata Kenzo sembari berusaha berdiri namun kakinya terpeleset kembali hingga membuatnya jatuh. "Aduh, kaki gue terkilir keknya." keluhnya lagi. "Kalau elu benci gue ya bilang. Setidaknya gue bisa pindah bangku sebelum lu celakain, Markonah."

"Kamu yang dateng tiba-tiba malah nyalahin aku lagi." Kayla terus membela dirinya sambil berkacak pinggang. "Salah sendiri kenapa wajah jelek kamu nongol depan wajahku?" lanjutnya kemudian.

Kenzo membulatkan matanya. "Apa? Hei, mata lu picek ya. Semua gadis ngejar-ngejar gue karena ketampanan gue. Lah elu malah bilang kalau gue jelek." cerca Kenzo.

"Hei, Tuan tampan. Semua gadis ngejar kamu pasti pengen nimpuk muka sok cakep itu. Dasar Markoho," ucap Kayla tak kalah sengit.

"Apa? Markoho? Elu itu ..."

Keduanya terus ribut dengan nama panggilan masing-masing yang saling menjelekan. Namun, Kayla yang tak mau kalah membuat Kenzo mengalah. Ken yang terpojok langsung merubah mimik wajahnya.

"A-aduuhh. Bokong sama kaki gue sakit banget," keluhnya dengan memelas. Wajahnya berekspresi sesedih mungkin agar Kayla bersimpati.

Dan benar saja. Melihat Kenzo kesakitan, Kayla pun meluluh. Ia meminta maaf sembari mengulurkan tangannya kembali untuk membantu Kenzo berdiri.

"Aduh. Badan kamu berat banget sih kek gajah," Kayla berusaha mengangkat tubuh Ken yang sengaja tak mau beranjak.

Kenzo kembali membulatkan matanya. "Apa? Gajah? Lu pikir gue gendut, heh! Kurang ajar sekali lu, jelek." hardik Kenzo kesal. "Kalau lu gak mau bantu gue, gue bakal lapor sama Guru jika elu udah menganiaya gue!" ancam Kenzo.

"Ah, hehehe. Maaf!" Kayla malah cengengesan. Dalam hati ia membatin, jika Kenzo itu adalah pemuda mengesalkan yang bisanya hanya mengancam.

Kenzo meminta Kayla untuk membantunya, namun ia tak bergerak sedikitpun karena ingin mengerjai Kayla. Dia merasa senang melihat gadis itu kepayahan mengangkat tubuhnya yang tinggi menjulang.

Kayla mengeluh dengan nafas terengah. Sungguh sial hari ini baginya yang sedari pagi sudah kelelahan karena berlari ke sekolah, dan sekarang harus mengangkat tubuh jangkung Kenzo.

Setelah tubuh Ken terangkat, Kayla duduk di bangku sembari memijat tangan dan kakinya. Tindakannya itu mengundang rasa penasaran Kenzo untuk bertanya.

"Bukan urusan kamu!" sahut Kayla ketus.

"Cih, dasar Markonah. Elu itu ...!" sebelum Kenzo menuntaskan ucapannya, suara lain menghentikannya.

Perut Kayla berbunyi di waktu yang tak tepat, hingga keduanya saling pandang dengan pikiran masing-masing.

Wajah Kayla memerah menahan malu, sedangkan Kenzo menahan tawanya. Pemuda itu pun tak bisa menahan tawanya lagi saat melihat Kayla memalingkan wajahnya ke samping.

"Hahaha! Ya Tuhan, Markonah. Makanya, jangan suka marah! Perut elu jadi ikutan marah bukan?!" Kenzo terpingkal menertawakan Kayla.

"Ish, dasar Markoho. Senengnya ngeledekin terus," tangan Kayla melayang memukul lengan Kenzo yang terus menertawakannya.

Melihat Kayla memegangi perutnya yang sedang kelaparan, Kenzo tersenyum sambil menyodorkan makanan yang diambil dari tasnya. Roti selai nanas dan minuman dingin ia berikan kepada Kayla sambil berkata, "makanlah!"

"Hah?!" Kayla tak mengerti maksud dari perkataan Kenzo.

"Ckk, kalau gak mau lu bisa membuangnya." ucap Ken cuek tanpa menoleh ke arahnya.

"Dibuang? Sayang sekali! Mending buat aku aja," Kayla langsung membuka plastik bungkusan roti dan memakannya.

"Enak?" tanya Kenzo singkat.

Kayla mengangguk dengan pertanyaan Kenzo. "Ya. Ini sangat enak, Ken. Dari pagi aku belum makan apapun. Makasih ya," Ia tersenyum senang.

Kenzo tersenyum penuh arti. "Itu gak gratis lho!"

"Ukhuk ... ukhuk! Maksud kamu?"

"Maksud gue ..." pemuda itu menyeringai dengan senyum culas, siap melancarkan rencana busuknya terhadap Kayla.

...Bersambung ......

Bab 3~Ancaman

Bel pulang berbunyi kencang dan semua siswa-siswi pun berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Terlihat, Kayla berlari mengejar Rania yang sudah keluar terlebih dahulu.

"Ran, tunggu!" Kayla terus berlari sambil berteriak memanggil Rania hingga semua orang menoleh padanya.

Rania yang mendengar sontak berbalik dengan mengeram kesal. "Ada apa sih elu manggil-manggil gue?" ketusnya sembari melirik sekitaran.

"Aku ..." lirikan mata Kayla berkelana ke sana kemari melirik temannya yang lain. Ia mendekat ke arah Rania untuk membisikan sesuatu agar yang lain tak mendengarnya. "Ekhem. Aku ikut pulang bareng kamu," desisnya.

"Ikut pulang? Gak bisa! Gue udah ada janji sama Lita kalau mau ke mall dulu buat nyari sesuatu. Sebaiknya elu naik angkot aja," tolaknya langsung.

Kayla melongo. "Tapi itu kan motor aku, Ran. Kenapa kamu terus yang pake? Lagipula aku cuma ..." belum sempat Kayla berucap, suara seseorang terdengar seiring berhentinya motor sport merah di samping mereka.

Kenzo membuka helm full face yang dikenakannya sebelum berkata. "Hei Markonah! Kita masih ada urusan. Ayo ikut gue!" ajaknya sembari menarik tangan Kayla.

"Urusan apaan?" Kayla, Rania dan Lita serempak bertanya.

"Whoaa, kompakan!" serunya mencibir ketiganya sebelum berkata lagi. "Gue ada urusan sama si Markonah itu bukan urusan lu berdua," ujarnya tanpa melirik Rania dan Lita sama sekali.

Setelah berkata, ia pun menarik tangan Kayla untuk segera naik ke atas motornya. Kayla yang tak mau pun sempat memberontak, namun Ken mengancamnya dengan kata-kata yang tak bisa didengar orang lain. "Lu gak inget kejadian tadi? Atau, perlu gue ingetin lagi?" seringainya di balik helm.

"Cih, ngancem lagi!" gerutu Kayla.

"Oh, iya. Makanan sama minuman gue juga belom lu ganti," tambah Kenzo sembari menaik-turunkan alis membuat Kayla jengah menatap wajahnya.

Helaan nafas panjang terdengar dari mulut Kayla sebelum ia memutuskan ikut. "Baiklah! Tapi, bilang dulu padaku apa yang harus ku lakukan untuk membayarnya!"

"Ikut aja," singkat Kenzo seraya menyerahkan helm kepada Kayla.

Mau tak mau gadis itu pun menerima helm tersebut lalu memakainya. Kayla memutar bola matanya malas dengan gerakan bibir yang mencong-mencong karena mencibir perbuatan Kenzo yang seenaknya. Namun saat Ken menoleh padanya, Kayla pun tersenyum manis.

Sesungguhnya ia malas harus berurusan dengan pemuda yang mempunyai julukan badboy itu. Satu sekolah sudah mengetahui jika Kenzo terkenal badung dan juga playboy.

Pemuda itu kerap berganti pacar sesuai hatinya. Wanita hanya dianggap sebagai barang yang harus dibuang setelah tak terpakai lagi. Walaupun begitu, ia memiliki penggemar sangat banyak di sekolah maupun di luar sekolah.

Selain karena ketampanannya, ia juga berasal dari keluarga kaya dan terkenal di dalam negri. Ayahnya yang berprofesi seorang pengusaha sukses, dan ibunya adalah seorang dokter, mendukung latar belakangnya.

"Naik!" titah Kenzo singkat.

Dengan malas Kayla naik ke atas motor yang tingginya susah ia naiki selain berpegangan di pundak Kenzo. "Gimana sih naiknya selain gak nyentuh tubuh si tengil?" gumam Kayla dalam hati.

"Elu bisa enggak sih?" Kenzo kesal karena Kayla belum naik.

"Hah? Bisa ... bisa," Kayla tersentak sembari berusaha naik kembali namun tetap tak bisa.

Kendra menoleh ke belakang dan ia pun menarik tangan Kayla lalu menaruhnya di pundaknya sendiri. "Gini doang apa susahnya, sih?" gerutunya kesal.

Tanpa diminta dua kali, Kayla langsung berpegangan di pundak Kenzo lalu duduk di jok belakang.

"Dah siap?"

"Ya," sahut Kayla malas.

"Gitu aja repot. Dasar Markonah," Cibir Kenzo membuat Kayla berdecih sebal. Gadis itu memilih memalingkan wajahnya ke samping.

Semua orang menatap ke arah mereka dengan penuh arti, terutama para wanita yang jadi fans Kenzo. Mereka merasa patah hati sebab pemuda itu mengajak Kayla yang notabene sebagai gadis dari keluarga miskin.

Seperti Rania saat ini yang menatap Kayla dengan penuh kebencian. Ia merasa jika dirinya yang pantas bersama dengan Kenzo, sedangkan Kayla tak pantas.

Perlahan motor sport merah itu meluncur di jalan beraspal, meninggalkan pelataran sekolah setelah melewati gerbang. Awalnya laju motor itu biasa saja. Namun, saat Kenzo melirik wajah Kayla dari spion yang berpaling ke samping, ide jahil muncul di pikirannya. Ditambah tangan Kayla hanya berpegangan di jok belakang.

Kecepatan motor sport merah itu sengaja Kenzo tambah karena ingin menjahili Kayla. Benar saja, gadis itu protes sambil melingkarkan tangan di perutnya yang rata.

"Haaaaaa, dasar Markoho sialan. Aku bisa mati ini," pelukan tangan Kayla sangat erat di perut Kenzo dengan wajahnya menempel di bahu Ken.

Kenzo tertawa puas dalam hati karena bisa mengerjai gadis brisik ini. Namun, seketika wajahnya berubah tegang saat merasakan sesuatu yang menonjol dan menempel di punggungnya.

Deg

Benda kenyal yang menempel di punggungnya terasa sangat mengganggu di hati dan pikiran Kenzo. "Astaga, cukup besar." gumamnya tanpa sadar.

"Ken. Bisa kurangi kecepatannya gak sih? Aku takut banget ini," rengek Kayla berteriak masih menempel di punggung Kendra.

Kenzo hanya menyunggingkan senyumnya yang tak bisa dilihat Kayla. "Biar cepet nyampe,"

Senyum Kenzo tak pernah luntur dari bibirnya. Sungguh rasanya menyenangkan bisa terus mengerjai gadis berisik dan judes seperti Kayla itu.

Dari sekian banyak gadis cantik di sekolah, hanya Kayla yang tak menyukainya. Disaat semua gadis berebut agar bisa dekat dengannya, hanya Kayla yang selalu menghindar.

Ingin rasanya Kenzo menaklukan hati gadis ini, lalu membuatnya patah hati saat dirinya sudah mulai jatuh hati. Mungkin itu menyenangkan, batinnya.

Setelah beberapa saat, motor sport merah itu memasuki parkiran sebuah pusat perbelanjaan.

Kayla menatap heran, sebab Kenzo mengajaknya masuk ke pusat perbelanjaan tersebut. "Mau ngapain kita ke sini?" tanya Kayla dengan polosnya.

"Periksa pinggang gue," sahut Kenzo Kenzo kesal.

Kayla memicingkan mata menatap Kenzo. "Ini kan mall. Ngapain kamu periksa di sini, bukannya ke dokter?!"

"Sudah tahu ini mall. Kenapa elu masih tanya, Markonah?" Kenzo berjalan lebih dulu kemudian menoleh lagi ke belakang karena Kayla tak mengikutinya. "Woi! Elu mau jadi manekin diem mulu di situ? Buruan!" teriak Kenzo.

Kayla bergegas mengejar langkah lebar Kenzo yang telah lebih dulu memasuki mall tersebut. Gadis itu mengekor di belakang dengan langkah terseok-seok, karena tak sanggup menyamai langkah lebar Kenzo.

Sesekali Ken berhenti di salah satu toko untuk melihat-lihat barang yang dipajang di sana. Bibirnya sekilas tersenyum ketika melihat barang yang tengah dicarinya.

"Ini bagus gak?" tanya Kenzo menunjuk sepatu snicker berwarna putih yang terpajang di etalase toko.

Kayla hanya mengangguk sebagai jawaban sambil bergumam. "Hemh,"

Mendengar jawaban Kayla yang sepertinya ogah-ogahan, Kenzo pun menoleh ke belakang dengan dahi mengerut. "Lu gak ikhlas nemenin gue belanja?"

"Enggak!" jawab Kayla spontan. "Aku capek ngikutin kamu muter-muter terus gak jelas," cetusnya.

Rahang kokoh itu mengeras dengan tangan terkepal. "Jadi, elu capek?" Kayla mengangguk. "Oke!" Tiba-tiba saja tubuh kecil Kayla melayang di udara akibat ulah Kenzo setelah pemuda itu berkata singkat.

Ya. Dia mengangkat tubuh Kayla ke pundaknya, lalu berjalan lagi untuk berkeliling mall tersebut.

"WHOOOOOAAAAAA! KENZOOOO. TURUNIN AKU!" teriak Kayla ketika tubuhnya terangkat.

Semua orang memperhatikan keduanya dengan pikiran masing-masing. Sedangkan si pelaku berjalan cuek tanpa memperdulikan tatapan semua orang.

...Bersambung ......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!