Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari, namun Kenzo tak bisa menutup mata walau sekejap. Pikirannya berkeliaran entah ke mana dan pastinya membuat ia tak bisa tidur.
Tubuhnya hanya berguling ke sana-kemari mencari posisi nyaman tapi tetap matanya tak bisa terpejam. Dirinya kini berada di sofa panjang ruang tamu karena Kayla telah menguasai ranjang miliknya. Walaupun dirinya tengil, badung, dan juga petakilan, tapi ia tak pernah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Gadis tomboi itu memang benar-benar urakan, bukan saat sedang sadar saja melainkan dalam keadaan tidur pun. Ranjang king size milik Kenzo habis tak menyisakan ruang karena gaya tidur Kayla yang uraka.
Tubuhnya tak berada di posisi yang benar dengan kepala di bagian bawah, lalu kaki dan tangannya terlentang berjauhan, terkadang ia miring memeluk guling_benar-benar bar-bar.
Kenzo bergidik melihat gaya tidur Kayla seperti orang yang ngajak berantem. Bisa dipastikan jika dirinya tidur di samping Kayla pasti akan terjungkal ke bawah akibat tertendang. Tidur anak gadis gak ada cantik-cantiknya, pikir Kenzo kesal sebab dirinya harus mengalah untuk tidur di sofa.
Waktu terus bergulir, hingga tak sadar Kenzo pun memejamkan mata karena kelelahan. Namun, ia harus kembali terjaga setelah mendengar suara benda jatuh.
Prang
Kenzo terperanjat kaget. Suara yang berasal dari dapurnya menyita perhatian hingga ia pun melangkah dengan lebar.
Ketika sampai di sana, dahinya mengerut saat melihat bayangan sosok berambut panjang itu tengah menunduk di kegelapan. Sepertinya dia sedang memungut sesuatu.
Siapa dia? Apa dia maling atau hantu?
Ah, tidak mungkin! Mana ada hantu di dunia ini, Kenzo menampik pikiran konyolnya.
Pemuda itu mendadak lupa jika Kayla masih berada di rumahnya.
Antara takut dan juga penasaran, akhirnya kaki jenjang itu melangkah menghampiri lebih mendekat. Ia harus memasang mata lebar-lebar untuk melihat dengan jelas dan mempersiapkan mental saat menangkap basah sosok berambut panjang itu.
Perlahan tapi pasti, kakinya melangkah dengan mengendap-endap layaknya maling yang takut ketahuan, Kenzo terus mendekati sosok tersebut yang mulai berdiri.
Tangannya terulur_siap menyergap sosok tersebut agar tak bisa kabur darinya.
Hampir dekat ... lebih dekat ... dan ...
"Aarrrgghh!" Kenzo berteriak kesakitan karena kakinya tertusuk pecahan beling.
Sosok tersebut yang ternyata adalah Kayla. Gadis itu refleks menoleh ketika mendengar jeritan seseorang di belakangnya. "Kenzo? Kamu kenapa?" bertanya kebingungan.
"Kayla? Ngapain lu di sini?" ia malah balik bertanya.
"Aku kehausan tadi, makanya cari minum. Pas mau ambil air, eh gelasnya kesenggol dan pecah deh!" sahutnya menjelaskan.
Dengan terpincang, Kenzo berjalan dan menyalakan lampu dapur. Matanya membelalak sempurna ketika melihat pemandangan di depan sana. Kayla pun sama. Ia terkejut melihat darah berceceran di lantai dan itu berasal dari telapak kaki Kenzo.
"Astaga, Ken!" bergegas Kayla menghampiri. "Tuh kan, kamu nginjek beling. Aduh, itu pasti sakit ya." wajahnya mendadak cemas karena melihat darah yang terus menetes dari telapak kaki Kenzo. "Sini Ken, aku bantu bersihin!" ujarnya seraya memapah tubuh jangkung itu.
Kayla merasa bersalah kepada pemuda itu karena kecerobohannya kini Kenzo terluka. Sedangkan Kenzo? Jangan ditanya! Pemuda tengil itu memanfaatkan kecemasan Kayla demi kepentingannya sendiri. Dirinya harus bisa mengerjai gadis itu hingga ia tak bisa berkata jutek atau menolak keinginannya.
Walaupun lukanya cukup dalam, tapi sebenarnya itu tak membuatnya kesakitan. Tapi, demi bisa menjahili gadis di hadapannya itu, Kenzo pun mulai berakting dengan memasang wajah menyedihkan karena kesakitan.
"Ssttt ... A-aargh, kaki gue." lirihnya kesakitan. Kakinya yang terluka sengaja ia angkat dan memperlihatkannya kepada Kayla bahwa ia benar-benar terluka cukup parah.
Mendengar desis kesakitan Kenzo, Kayla sontak menunduk mengamati lukanya yang terus mengeluarkan darah.
Setelah memapah Kenzo untuk duduk, dengan cepat Kayla mengambil air hangat untuk membersihkan luka serta mencari kotak P3K untuk mengobatinya.
Pecahan beling itu segera dicabutnya, lalu ia membersihkan dengan kain yang dicelupkan air hangat. Setelah itu, Kayla meneteskan antiseptik agar tidak infeksi.
Terlihat Kenzo mengerang kesakitan hingga Kayla meniup luka tersebut. "Tahan dikit napa. Kamu 'kan cowok," ejeknya kesal.
Walaupun terlihat kesal, namun Kayla tetap memberikan perhatian kecil dengan terus mengusap dan meniup luka tersebut.
Tanpa sadar bibir Kenzo melengkung menyunggingkan senyum manisnya. Ia terlihat bahagia ketika mendapatkan perhatian kecil tersebut, karena Kayla melakukannya dengan tulus bukan untuk sekedar mencari perhatian dari Kenzo saja.
Tak ada protes dari pemuda itu, Kayla lantas mendongakkan wajahnya namun bergegas Kenzo mengubah ekspresinya seperti sedang meringis menahan sakit. Bibir bawahnya digigit sedikit dengan mata sedikit menyipit. "Dih, jeleknya!" ejek Kayla lagi.
"Ini sakit woi!" pekiknya tertahan. Kayla hanya mencibir lewat gerakan bibirnya. "Monyong-monyong gitu gue cium juga lu!"
"Hei! Enak aja,"
"Lagian sih, ngejek gue mulu! Lu rasain nih kalo ketusuk beling kek gue gini sakit apa kagak?!" ketus Kenzo.
Kayla hanya menghela nafas sembari memutar bola matanya jengah. "Aku pernah lebih dari itu, Ken. Aku sering dihukum Paman dengan menyayat silet ke punggung, gegara Rania nangis. Huh, rasanya itu sakit bercampur perih." tutur Kayla keceplosan.
Kenzo sontak membulatkan mata mendengar pernyataan Kayla yang mendapatkan hukuman begitu kejam dari pamannya. "Apa?" Ia syok karena ternyata dibalik juteknya sikap gadis itu ternyata kehidupannya begitu menderita.
Tanpa berkata, Kenzo membalikan tubuh Kayla hingga membelakanginya. Pemuda itu langsung menurunkan resleting dress yang dikenakan Kayla sampai membuat gadis itu memekik terkejut.
"Hei, apa yang kamu lakukan?" Kayla memberontak namun Kenzo tetap menahannya. Sepertinya ia tak percaya sebelum membuktikannya.
Ketika resleting dress itu turun, Kenzo membelalakkan mata melihat pemandangan tersebut. Kulit putih itu ternodai dengan bekas luka sayatan serta sabetan pecut. Noda tersebut memang sudah memudar, hingga hanya terlihat garis hitam memenuhi punggungnya. Kenzo yakin luka itu didapat Kayla sejak kecil.
"Brengsek," pekik Kayla memberontak lalu memukul dada Kenzo, tapi pemuda itu tak membalasnya. Ia hanya menatap nanar dengan keterkejutannya.
"Sejak kapan lu dapet luka itu?"
"Apa urusan kamu!" Kayla membenahi resletingnya sembari beranjak menjauhi Kenzo. "Kamu udah bersikap kurang ajar sama aku, Ken!" hardiknya sembari melayangkan tendangannya, tapi Kenzo sangat gesit menangkap kaki Kayla.
Wajahnya memerah menahan amarah. "Sejak kapan elu dapet luka itu?" ulangnya dengan nada tinggi hingga Kayla terjingkit takut.
"Se-sejak kecil," sahutnya lirih sembari menunduk.
"Orang tua lu gak marah saat Paman lu itu melakukan kekerasan?"
Wajah Kayla mendongak, kemudian menunduk lebih dalam. Terlihat kesedihan di sana dengan mata yang mulai berembun. "Mungkin mereka akan marah," sahutnya menahan tangis. Kenzo mendongak menatap gadis di hadapannya yang sedang menunduk itu. "Orang tua mana sih yang gak akan marah jika anaknya disiksa?!" suaranya makin lirih bahkan sedikit serak. Kenzo yakin gadis itu sebentar lagi menangis.
Pemuda itu lantas berdiri dan menghampiri, lalu memeluk tubuh Kayla dengan erat. "Menangislah! Gue siap jadi tempat curhat buat lu," cetusnya lembut.
Namun Kenzo salah, karena Kayla tak secengeng itu. Gadis itu meninju perut Kenzo dengan keras dan menunjukan wajah garangnya. "Air mataku udah lama mengering, Ken. Jangan pernah membuatnya jatuh lagi!"
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
kadek15
tragis kali nasib kayla
2023-11-06
1
Selena Agustin
kayla gadis tangguh👍👍
2023-06-01
0
Elisabeth Ratna Susanti
next 👍
2023-05-29
0