Kayla meronta agar tubuhnya diturunkan ke lantai kembali. Namun, Kenzo tak mau sebab kesal terhadap sikap cuek gadis itu.
Setelah memohon terus-menerus, akhirnya tubuh mungil tersebut diturunkan dengan catatan bahwa Kayla harus berjanji menuruti perintah Kenzo.
Kayla mendesah kasar sembari menghentakkan kakinya. Ia melipat kedua tangan di dada dengan wajah berpaling ke samping sebagai bentuk aksi protesnya. Padahal, biasanya Kayla memukul atau menendang orang yang suka menjahilinya.
Entah kenapa jika berurusan dengan Kenzo, gadis itu tak bisa berkutik sama sekali.
Kenzo yang melihat tingkah Kayla tersebut lantas tersenyum sekilas, kemudian berjalan ke arah toko pakaian. Tanpa diminta lagi, Kayla mengekor dengan setianya sambil cemberut.
Seorang pelayan datang menghampiri dengan sopan serta ramah. "Selamat datang, Kakak! Silahkan!"
Kayla tersenyum ramah, sedangkan Kenzo terlihat cuek. Ia berjalan angkuh memasuki toko pakaian tersebut.
Kaki jenjangnya melangkah berkeliling di toko tersebut dengan mata yang terus menatap satu-persatu pakaian yang terpajang apik.
Kenzo mengambil salah satu dress cantik berwarna biru laut, lalu menyerahkannya pada Kayla. Tanpa ekspresi apapun ia berkata, "Cobalah!" singkatnya.
"Hah!" Kayla melongo menatap dress biru laut tersebut. "Ma-maksudnya?"
Kenzo mendesah pendek. "Gue bilang ... cobain dress ini!" titahnya penuh penekanan.
"Kenapa harus di cobain? Emangnya aku mau beli?!" ketus Kayla.
Kembali. Emosi Kenzo seperti sedang dipermainkan oleh gadis itu hingga ia mengeram kesal. Tanpa berkata, ia mengambil beberapa dress lagi dengan warna berbeda, lalu menarik tangan Kayla ke ruangan ganti.
Gadis itu memekik, namun tak dipedulikan oleh Kenzo, dan para pelayan hanya menatap tanpa berniat menolong.
Untuk apa ikut campur urusan sepasang kekasih, pikir mereka menerka.
Tapi, mereka tak tahu jika kedua insan tersebut adalah sepasang musuh yang kerjanya bertengkar setiap hari. Walaupun teman sebangku, itu tak membuat keduanya akur bagaikan sahabat kepompong. Justru mereka sering kali terlibat keributan, entah itu masalah besar atau kecil.
"Lepasin tangan aku, Ken! Sakit," desis Kayla meronta dari cengkraman Kenzo.
Tapi, pemuda itu tetap tak menghiraukan rengekan Kayla sampai masuk ke dalam ruang ganti. Ia mendorong tubuh Kayla dan melemparkan beberapa dress yang tadi diambilnya ke wajah Kayla. "Coba semuanya dan liatin sama gue! Buruan!"
"Aku gak mau," ucapnya sinis. Tatapan mata Kayla seperti menantang pemuda di hadapannya tersebut.
Kenzo memicingkan mata dengan bibir menyeringai. "Owh, lu gak mau! Oke!" kedua tangan terangkat ke atas dengan kepala mengangguk.
Namun, tindakannya tak sesuai ucapan. Kenzo mendekati Kayla yang masih memalingkan wajah ke samping, lalu mengurungnya dengan tangan satu mencengkram kedua tangan Kayla, dan tangan satunya ia gunakan untuk membuka kancing seragam gadis tersebut.
"Hemh! A-apa yang kamu lakuin?" pekik Kayla sembari terus berusaha memberontak, namun cengkraman Kenzo terlalu kuat hingga ia tak bisa melawan. "Ba-baiklah! Aku akan memakainya," putusnya pasrah.
Dengan perlahan tangan Kenzo terlepas diiringi seringai menakutkan bagi Kayla. Pemuda itu melipat kedua tangan di dada sembari menatap penuh arti. "Pake depan gue!"
Sontak mata Kayla melotot. "Apa? Kamu gila? Enggak mau!" tolaknya lagi. "Lebih baik kamu cekik aku sampe mati, dari pada aku harus ganti baju depan kamu!" teriaknya penuh emosi.
Kenzo mendekat, lalu berbisik di telinga Kayla. Ia membisikkan kata-kata ancaman yang bisa membungkam gadis itu hingga dengan suka rela melakukan apapun perintahnya.
Setelah melakukan kesepakatan, Kenzo pun keluar dari ruang ganti dan menunggu Kayla untuk mengenakan dress yang ia pilih tadi.
Kayla mengeram kesal atas perlakuan Kenzo padanya. Namun, ia tak bisa melakukan apapun selain menurut.
Setelah cukup lama berdiam di ruang ganti, akhirnya Kayla keluar dengan salah satu dress tadi.
Betapa terkejutnya Kenzo ketika melihat penampilan gadis jutek yang selalu ditindasnya itu, kini menjelma menjadi seorang putri.
"Waaah, Kakaknya cantik!" puji para pelayan toko yang sedari tadi menyaksikan dan mendengar drama keduanya.
"Benar! Dress itu cocok sekali dikenakan oleh gadis cantik seperti Kakak ini," timpal yang lain.
Entah itu benar pujian, atau mereka hanya menjilat agar Kenzo membeli barang di toko tersebut. Yang pasti, Kayla tak tersentuh atau tersipu sedikitpun dengan pujian mereka. Itu salah satu trik untuk menarik pelanggan, batin Kayla.
Berbeda dengan pikiran Kenzo. Pemuda itu terlihat terpesona ketika Kayla baru keluar dari ruang ganti dan berjalan ke arahnya. Sesungguhnya ia sedang mengagumi ciptaan Tuhan paling seksi tersebut. Namun, rasa ego mengalahkannya hingga dirinya hanya berdecih sembari berkata, "biasa aja!" ujarnya.
Kayla menatap datar pemuda tersebut, lalu berjalan mendekatinya. "Udah 'kan? Kamu puas? Sekarang aku mau pulang!" ketusnya sembari berbalik ke arah ruang ganti lagi.
Namun, belum sempat kakinya melangkah, Kenzo menarik tangannya hingga tubuh Kayla refleks berbalik bahkan jatuh ke pelukannya.
Kedua netra saling beradu pandang dengan tangan saling berpegangan. Kayla buru-buru mendorong tubuh kekar Kenzo setelah beberapa detik saling memandang. Ia tersadar akan bahayanya bila terus menatap wajah tampan namun tengil di hadapannya itu.
"A-aku ganti baju dulu,"
"Gosah! Dah gitu aja," pungkas Kenzo.
"Tapi ..." belum sempat Kayla mengutarakan aksi protes, Kenzo terlebih dulu menatapnya tajam hingga Kayla hanya bisa menurut dengan cemberut.
Kenzo tersenyum sekilas, kemudian menoleh ke arah pelayan. "Bungkus yang tadi gue ambil," ujarnya seraya berjalan menjauh.
Para pelayan membungkuk girang. "Baik, Kakak!"
Lima dress cantik yang diambil Kenzo tadi segera dibungkus, dan diserahkan kepada Kayla. Walaupun ragu dan tak mengerti maksud pemberian Kenzo, tapi Kayla tetap menerimanya. "Ken. Bayar!"
Kenzo menoleh, lalu menyerahkan kartu kreditnya. "Nih!" Kayla hanya melongo menatap black card tersebut tanpa berniat mengambilnya. "Ambil!" ujarnya membuyarkan lamunan Kayla.
"Ah, iya!" dengan segera Kayla mengambil kartu kredit tersebut, lalu menyerahkan kepada kasir.
Kasir yang terdiri dari dua wanita cantik itu saling menatap sambil tersenyum. Cowoknya tajir banget sih, batin keduanya. "Silahkan masukan pin-nya!" pinta si mbak kasir.
Kayla melirik Kenzo yang asyik memainkan ponsel. Ia menarik sedikit ujung jaket yang dikenakan pemuda itu hingga si empunya menoleh. "Pin," singkatnya.
Kenzo pun langsung menekan nomor enam digit di sana, lalu kembali fokus dengan ponselnya.
"Terima kasih! Semoga harinya menyenangkan kakak!" ucap kedua mbak kasir sopan seraya menyerahkan kembali kartu kredit milik pelanggan tersebut.
Kenzo menerimanya tanpa ekspresi. "Ayo, kita pulang!" ajaknya pada Kayla kemudian.
Mendengar ajakan Kenzo, Kayla melotot. "Kita? Aku harus balik ke rumah, Ken. Kalo telat pulang, Pamanku bisa marah," cetusnya.
Namun, bukan Kenzo namanya kalau tidak menyebalkan. Pemuda itu berjalan cuek meninggalkan Kayla yang masih menggerutu di belakang.
Dengan santainya ia memakai helm, lalu duduk di atas motor sportnya.
Kayla menghentakkan kaki melihat dirinya ditinggalkan begitu saja saat sedang protes. Sungguh bukan ide yang bagus mengikuti kemana perginya pemuda itu. Dia takut jika sesuatu akan terjadi kepadanya, suatu saat nanti.
"Lelet banget kek keong!" ejek Kenzo ketika Kayla sampai dekatnya.
Tanpa memperdulikan ejekan Kenzo, Kayla berkata. "Aku pulang ya," ujarnya memelas.
"Gak boleh!" tolak Kenzo langsung.
"Tapi ... tapi." Kayla tak bisa protes lagi saat helm dimasukan ke kepalanya oleh Kenzo. Ia hanya bisa mendengus kesal karena Kenzo tak mau mendengar apapun perkataannya.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Rita Riau
kasihan Kayla ga si Rania Kenzo juga bikn susah hidup Kayla
sabar ya Kay ,,,
2023-11-06
1
Elisabeth Ratna Susanti
seru nih
2023-05-23
0
Laskar Pelangi
gak bisa ngebantah
2023-05-22
0