Love Is Hurt (Poligami Pernikahan)
Selamat Membaca💝💝💝💝💝💝💝💝💝
"Pagi Sayang," sapa Mas Galvin sambil menghampiri meja makan.
Aku tengah menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan kedua anakku yang sudah duduk dibangku sekolah dasar.
"Pagi juga Mas," balas ku.
"Sarapan apa kita, Sayang?" tanya Mas Galvin menarik kursi lalu duduk. "Pagi kesayangan Papa." Dia mengusap kepala kedua anak kami secara bergantian.
"Nasi goreng seafood, Mas. Kamu suka 'kan?" Aku meletakkan semangkuk berukuran besar nasi yang baru selesai ku goreng.
"Wahh enak ini!" seru Mas Galvin dengan senyum sumringah nya.
Aku tersenyum, lalu ikut duduk dan mengambilkan makanan untuk ketiga orang yang begitu aku cintai.
"Terima kasih Mama," ucap Nara dan Naro secara bersamaan.
Aku mengangguk dan tersenyum. Beginilah kegiatan ku sehari-hari. Menjadi ibu rumah tangga, melayani suami dan anak.
Namaku Diandra, aku biasa dipanggil Ara. Usiaku sekarang memasuki 28 tahun. Aku termasuk menikah muda. Bahkan tidak sempat duduk dibangku kuliah. Selesai Sekolah Menengah Atas aku dan Mas Galvin memutuskan menikah. Sementara Mas Galvin lanjut kuliah dan aku hanya fokus mengurus suami dan anak saja.
Anak ku yang paling tua sekarang sudah duduk dibangku kelas 4 sekolah menengah dasar dan Naro masih duduk di kelas 2. Usia kedua anak ku hanya terpaut 2 tahun saja. Hingga tak heran jika mereka tampak seperti seusia.
"Ohh Sayang, besok Mas ada perjalanan bisnis di Samarinda sama Pak Deddy, jadi mungkin Mas akan menginap selama seminggu," jelas Mas Galvin. Pak Deddy itu atasan Mas Galvin yang menjabat sebagai senior manager.
"Kok lama Mas?" ucapku sedikit keberatan. Mas Galvin memang sering perjalanan bisnis keluar kota untuk meninjau lokasi bersama dengan para boss nya.
"Nama nya juga kerja, Sayang." Mas Galvin geleng-geleng kepala.
Jujur saja aku sedikit panik saat suamiku perjalanan dinas cukup jauh. Apalagi suamiku ini masih muda dan juga tampan, bagaimana nanti kalau ada wanita cantik yang menggodanya. Rasanya aku tidak siap hal itu terjadi. Diluar sana pasti banyak wanita yang lebih cantik dan terawat. Tidak seperti aku yang lusuh dan tak terurus.
"Sudah siap anak Papa?" Mas Galvin berdiri dari duduknya.
"Sudah Pa," jawab kedua anakku serentak.
Setelah berpamitan padaku, ketiga orang itu langsung berangkat. Setiap pagi Mas Galvin mengantar Nara dan Naro ke sekolah karena jarak kantor Mas Galvin dan sekolah kedua anakku berdekatan.
Aku membereskan piring bekas makanan kami. Aku mencintai profesiku sebagai seorang ibu rumah tangga. Mengambil alih sepenuhnya atas rumah sudah menjadi kewajiban ku.
Aku bahagia dengan pernikahan ini. Aku bersyukur memiliki suami pengertian seperti Mas Galvin yang selalu memperhatikan aku dan juga anak-anak. Aku juga yang mengelola keuangan keluarga. Aku yang mengatur segala pengeluaran dan pemasukan. Hingga tak heran meski suamiku bekerja seorang diri namun, kehidupan kami tercukupi. Aku juga tak lupa menabung untuk persiapan masa depan anak-anak. Aku tak mau anak-anak ku nanti malah kekurangan pendidikan jika aku lengah tak menyiapkan sedari dini.
"Ehhh ini apa? Kok ada bekas lipstik di kemejanya Mas Galvin?" Aku terkejut saat melihat ada bekas lipstik dengan warna merah menyala di kemeja putih Mas Galvin.
"Ini punya siapa ya?" tanya ku sembari bergumam.
Pikiran ku mulai tak tenang. Jujur saja rasa cemburu dan takut jika suamiku bermain bermain perempuan selalu saja menghantui ku. Istri mana yang takkan takut jika suaminya berpoligami. Apalagi Mas Galvin masih tampan dan juga memiliki jabatan.
"Sudahlah, paling ini lipstik ku dikamar." Aku berusaha menepis segala prasangka buruk yang ada dipikiran ku.
Aku percaya Mas Galvin adalah pria yang setia dan begitu mencintai aku dan anak-anak.
Setelah selesai mencuci pakaian. Aku segera menjemur nya. Beres-beres rumah adalah rutinitas ku setiap hari. Mas Galvin sering memintaku mencari asisten rumah tangga. Tapi aku menolak karena aku merasa kewajiban ku seorang istri adalah melayani suami dan anak. Aku tak mau keluarga ku tumbuh tanpa campur tangan ku.
"Ini apa lagi?" Aku menemukan dua tiket bioskop di jas kerja suami ku. "Tiket?" Aku membolak-balik tiket tersebut.
Aku duduk dibibir ranjang. Perasaan ku mulai gelisah.
"Tenang, Ra. Tenang. Mas Galvin tidak mungkin macam-macam dibelakang kamu," ucap ku berusaha menenangkan diri sendiri dengan perasaan yang gelisah dan menentu.
Tak mau membuat pikiran ku pusing. Aku kembali melanjutkan pekerjaan ku. Mencuci pakaian, mengepel lantai dan seluruh ruangan serta membereskan kamar dan meja belajar anak-anak ku.
.
.
.
"Kenapa muka kamu, Ra?" tanya Henny. Teman dekatku.
"Tidak," kilahku menggeleng dan menghela nafas panjang.
Seperti biasa, setelah selesai beres-beres Henny akan bermain ke rumah ku untuk sekedar bercerita dan curhat-curhatan.
Henny menikah dengan seorang mantan tentara Angkatan Laut, nama nya Reza. Menurut isu yang beredar, Reza pernah bercerai dengan mantan istrinya yang sekarang menikah dengan pemilik Husada Hospital Rumkit, salah satu rumah sakit tentara.
"Ayo cerita lah. Siapa tahu aku bisa bantu," ucap Henny.
Aku terdiam sejenak lalu menghela nafas panjang. Jujur saja, pikiranku sekarang benar-benar kacau. Aku tak bisa lepas dari bekas lipstik dan tiket bioskop yang aku temukan tadi. Di tiket itu terlihat jelas tanggal dan jam nya. Apa mungkin suamiku menonton dengan rekan kerjanya? Tapi kenapa hanya dua? Rekan kerja Mas Galvin cukup banyak..
"Tadi aku tidak sengaja melihat bekas lipstik di kemejanya Mas Galvin. Terus aku juga menemukan tiket di jas nya," jelas ku.
Henny tampak terkejut lalu dia menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Kamu tidak curiga?" tanya Henny. Henny ini tipikal orang yang kalau bicara suka blak-blakan dan asal keluar begitu saja.
"Curiga apa?" tanya ku ketus. Sebenarnya bukan nya aku tak curiga. Aku hanya tidak ingin merusak kepercayaan yang telah kami sepakati bersama.
Pernikahan ku dan Mas Galvin tidak di setujui oleh orang tua nya. Lantaran aku yang terlahir dari keluarga miskin. Orang tua ku hanya petani dan tinggal dikampung. Sedangkan aku menetap di Pontianak, karena ikut dengan Mas Galvin.
Kedua orang tua Mas Galvin adalah Pegawai Negeri Sipil. Ayah nya seorang mantan kepala sekolah sedangkan ibu mertua mantan bidan di sebuah rumah sakit dan sekarang sudah pensiun.
"Ya siapa tahu suami kamu selingkuh," jawab Henny.
Deg.
Aku langsung terdiam. Membayangkan Mas Galvin selingkuh membuat dadaku sesak. Bagaimana kalau hal itu benar-benar akan terjadi. Aku tidak akan sanggup berpoligami.
"Tidak mungkinlah. Aku percaya Mas Galvin orang nya setia," sergah ku membantah ucapan Henny. Suamiku tak mungkin selingkuh.
"Ya siapa tahu saja Ra. Apalagi suami mu masih tampan dan banyak duit. Pasti di kantornya banyak wanita genit yang suka menggoda suami mu," jelas Henny.
**Bersambung...**
Welcome to my new novel...
Kali ini bukan CEO lagi wkwkwk..
Jangan lupa selalu dukungannya guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Endang Supriati
y cuma lulusan sma bisa di bilang otak pas2, pengalaman nol gelibding
2024-01-20
0
Endang Supriati
mental babu ternyata
2024-01-20
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-10-01
0