SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BUDIDAYA LIKE YAA YA GUYS..........
CEKIDOT......
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Aku dan anak-anak sudah berkumpul makan malam bersama. Masalah rumah memang akh mengurus sendiri, apalagi yang bersangkutan dengan makanan anak-anak.
"Malam anak-anak Papa," Mas Galvin itu bergantung bersama kami.
"Malam Papa," balas Nara dan Naro bersamaan.
"Malam Sayang," Mas Galvin menatap ku penuh cinta
"Malam juga Mas," jawabku.
Aku tetap berusaha tenang dan biasa saja. Sebenarnya aku bukan orang sabar, ingin rasanya ku cecar Mas Galvin dengan berbagai pertanyaan. Namun, aku tidak mau gegabah apalagi langsung menyerang dan marah-marah.
"Makan Mas," aku mengambilkan nya makanan.
"Mama mau ayam goreng," pinta Nara.
Kalau Naro, ia tak banyak bicara saat makan. Dia memang tipe anak yang selalu diam. Naro ini tak Banyan permintaan seperti anak-anak pada umumnya. Kadang juga aku sendiri yang berinisiatif memberinya sesuatu tanpa ia meminta.
Kami berempat makan malam seperti biasa sambil diselingi obrolan hangat. Aku akan dan Mas Galvin memiliki kebiasaan untuk membicarakan kegiatan hari-hari ini bersama anak-anak. Jika ada masalah kami akan diskusi kan bersama.
"Tadi aku ke mall sama Henny, Mas. Belj kebutuhan anak-anak," ucap ku. Tak lupa ku lirih wajah suami ku.
Mas Galvin tampak gugup, "Di mall yang mana Sayang?" tanya nya seperti memastikan.
"Mall yang biasa kita kunjungi lho, Mas," jelas ku teras simpul. "Kita sering bawa anak-anak disana," jelas ku tetap tenang.
"Mama tidak mau bilang ingin ke mall. Kan Nara ingin ikut," protes Nara. Anakku ini berusia 10 tahun dan dia duduk dibangku kelas 5 SD.
"Kan tadi kalian sekolah, Nak," jawabku tersenyum.
Mas Galvin tiba-tiba terdiam. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Kamu ketemu siapa disana?" tanya nya berusaha tenang dan santai, supaya aku tak menangkap wajah gugup nya.
"Ketemu Divta, Mas. Mas masih ingat Divta? Dia ketua OSIS kita dulu," jelas ku.
Mas Galvin dan Divta tidak akrab tapi mereka saling kenal karena kami satu kelas dan sama-sama mengambil jurusan sains.
"Masih," jawab Mas Galvin.
"Aku sama Henny, tidak sengaja....," ucapku menggantung lalu menghela nafas panjang.
"Tidak sengaja apa, Sayang?" tanya Mas Galvin was-was dia seperti penasaran mendengar kelanjutan dari ucapanku.
"Melihat....," aku tersenyum melihat wajah gugup suamiku, tak baik di elakkan lagi jika yang berpelukan dengan wanita kemarin, adalah dia.
"Tas-tas yang bagus, Mas," jawab ku. Jika Mas Galvin bisa bermain cantik, kenapa aku tidak?
Kami melanjutkan makan. Sejak tadi wajah Mas Galvin tak tenang dia gugup dan juga panik, hal itu tak lepas dari tatapan mataku yang tajam. Bukan, aku bukan istri yang lemah dan suka menangis saat tahu jika suami ku mulai mencoba memasukkan racun dalam hubungan rumah tangga kami. Aku akan menghadapi nya dengan tenang dan santai.
Setelah makan, Mas Galvin membantuku membereskan piring-piring yang kotor. Dia memang ringan tangan dan suka membantu segala pekerjaan rumah yang aku kerjakan. Bisa di katakan suamiku ini pria sempurna, tak hanya secara fisik tapi juga sifat. Namun, seperti nya kesempurnaan itu sebentar lagi ternodai dengan ketidakjujuran Mas Galvin padaku.
"Mas, kemarin aku menemukan dua tiket bioskop di saku jas nya, Mas. Mas pergi menonton dengan Pak Deddy?" cecar ku.
"T-tiket?" ulang Mas Galvin. Kali ini ia benar-benar tak bisa menyembunyikan wajah gugupnya.
"Iya Mas tiket," jawabku. "Kalian menonton film apa, Mas? Seru seperti nya," tuturku sambil tanganku sibuk mencuci di wastafel.
"Film Dungeons and Dragons; Honor Among Thieves," sahut Mas Galvin menyebut nama film tersebut.
"Sudah main ya Mas? Padahal aku juga ingin menonton film itu, sekalian mengajak anak-anak," imbuhku.
"Kapan-kapan aku akan mengajak kalian," sahutnya. "Ya sudah Mas keruang kerja dulu. Masih banyak pekerjaan Mas yang belum selesai," ucap Mas Galvin berpamitan tak lupa dia mengecup ujung kepala ku dengan sayang.
"Iya Mas," aku memaksa senyum.
Kutatap punggung Mas Galvin yang menjauh dari ku. Pipi ku benar-benar menahan air mata. Bayangan Mas Galvin merangkul bahu wanita itu masih saja terngiang dikepalaku. Aku bahkan tak bisa mengusir bayangan itu sedikitpun. Kenapa Mas Galvin tega mengkhianati ku, meski aku belum tahu kebenaran nya?
"Tidak Ra. Kamu harus kuat. Ingat demi Naro dan Nara, kamu tidak boleh lemah," ucap ku menguatkan diri sendiri.
Setelah mencuci piring dan menyusun nya kembali ke rak nya. Aku segera menuju kamar dan istirahat. Jika boleh jujur, aku sangat lelah dengan masalah ku hari ini. Tidak ada tempat mengadu aku sekedar bercerita. Ayah dan ibu sampai sekarang masih kecewa karena keputusan ku yang menikah muda.
Aku berbaring diranjang dan membayangkan masa-masa indah yang aku lewati bersama suamiku. Masa-masa yang membuatku menjadi wanita paling bahagia di dunia. Namun, siapa yang bisa menyangka jika pernikahan sempurna ini mulai diracuni dengan kehadiran orang ketiga. Semoga pikiran ku tidak benar.
Ku dengar Mas Galvin masuk kedalam kamar. Aku pura-pura terpejam. Aku masih enggan untuk berbicara. Sebenarnya aku marah dan ingin sekali bertanya, apa hubungannya dengan wanita yang ada di mall tadi? Tapi entah kenapa hatiku mengatakan jangan, aku ingin mencari tahu sendiri. Apa yang Mas Galvin lakukan di belakangku?
Aku melirik Mas Galvin yang sedang sibuk dengan ponselnya. Dia tersenyum ketika melihat layar pipih ditangannya. Entah dengan siapa dia bertukar pesan malam-malam seperti ini.
Aku secepatnya memejamkan mata saat kulihat dia menyimpan ponselnya diatas nakas. Mas Galvin berbaring dan memunggiku. Hal yang mulai berbeda dari sifat Mas Galvin. Biasanya dia akan tidur dengan memelukku dan tak lupa ucapan selamat tidur.
Tapi mulai malam ini, seperti nya ucapan itu akan menghilang perlahan.
'Kenapa kamu tidak hilang jika sudah bosan sama aku Mas? Kenapa kamu mencoba menyakiti hatiku dengan seperti ini? Tidak bisakah kamu jujur saja, jika kamu lelah dengan rumah tangga kita?' ucapku dalam hati
Aku menoleh saat kudengar dengkuran halus keluar dari mulut suami ku. Aku tatap wajahnya yang entah sejak kapan menghadapku.
Wajah ini adalah penguat dari segala resah yang menghantam dadaku. Sesulit apapun masalah yang aku hadapi jika melihat wajah tenang nya, hatiku akan membaik. Tapi kali ini tidak. Wajah ini sangat asing dan ketika melihatnya hatiku tergores dan sakit.
"Mas, kamu tahu? Kamu adalah orang pertama yang paling aku cintai setelah Ayah. Tapi kamu juga orang pertama yang membuatku terluka Mas," lirihku.
Aku tak sekuat yang ku kira. Nyatanya lelehan yang tak seharusnya keluar ini membasahi pipiku. Aku tak bisa bayangkan jika hubungan pernikahan yang berjalan hampir 11 tahun ini harus kandas ditengah jalan.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Endang Supriati
itulahn klu peremouan cuma lulus sma lemah secara ekonomi.
lebih bagus hancurkan mereka dgn pasal pernikahan tanpa izin .
itu pidana loh. ha ..diandara mana faham hukum! org bodoh tdk sekolah penggaguran ydk bisa apa2 cuma bisa jd babuuuu
2024-01-20
0
Dewa Dewi
thor bikin ceritanya yg konsisten dong , knp di tiap bab kelas Nara berubah2? di bab 1 dibilangnya Nara kelas 4, di bab 2 dibilangnya Nara kelas 3 , di bab ini Nara kelas 5 ......Jadi bingung bacanya klo begini.....Sebenernya tuh Nara kelas brp?
2023-08-18
3
Hanipah Fitri
Galvin sdh punya belahan jiwa yg lain maka istri yg ada didekatnya diabaikan
2023-05-20
0