SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BUDIDAYA LIKE YAA YA GUYS..........
CEKIDOT......
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Aku keukeh untuk tak mengalah dan pergi dari kamar. Tapi ucapan Ibu benar-benar membuatku emosi dan naik darah. Aku tidak mau Nara dan Naro malah mendengar perdebatan kami.
"Baik. Silahkan ambil kamar itu," ucapku berdiri dari duduk ku.
"Bagus kalau kamu mengalah," ucap Ibu menatapku sinis. Kadang aku bertanya, apa yang membuat Ibu begitu membenci ku. Apa karena aku tidak memiliki pendidikan seperti Lusia?
"Mas, sampai bertemu dipengadilan," ucapku menatap Mas Galvin.
Mas Galvin menatapku tak percaya. Lalu lelaki yang berstatus suamiku itu tampak menggelengkan kepalanya. Dia seperti menolak berpisah dengan ku.
"Lusia, Ve masuk ke dalam kamar dan istirahat!" suruh Mas Galvin pada istri tercinta nya itu.
"Iya Mas," jawab Lusia menunduk, membuat wajahnya selugu mungkin.
Darahku seperti mendidih saat melihat Lusia masuk ke dalam kami. Kamar adalah privasi yang tidak boleh di masuki oleh sembarangan orang. Bahkan Nara dan Naro juga jarang masuk kedalam kamar ini karena menghargai aku sebagai Mama nya, apalagi mereka sudah besar.
"Bu, pulang lah!" pinta Mas Galvin.
"Kamu mengusir Ibu?" tanya Ibu sinis. Tapi tatapan nya tertuju padaku dengan mengejek.
"Tidak Bu. Ini sudah malam. Ibu harus istirahat, nanti Ayah mencari," ucap Mas Galvin lembut.
Sejak dulu Mas Galvin selalu menurut pada ucapan Ibu. Kadang saat kami bertengkar tak kala Ibu ikut campur dalam hubungan kami.
Ibu melenggang pergi. Tak lupa dia menatap ku dengan mengejek seolah dia telah memenangkan pertandingan ini.
"Ra," panggil Mas Galvin.
Aku tetap duduk tenang di sofa. Mendengar panggilan Mas Galvin membuatku muak saja. Lelaki ini yang sudah menyebabkan keretakan rumah tangga kami. Dia tidak punya hati sama sekali.
"Ra, Mas tidak mau pisah sama kamu. Mas cinta sama kamu Ra," ucapnya lirih sambil mengenggam tangan ku.
Ku tatap Mas Galvin dengan tajam. Entahlah, aku tak menemukan getaran lagi ketika bola mataku dan bola matanya saling bertemu satu sama lain. Biasanya jantungku selalu berdebar, ketika menatap mata teduh yang menyejukkan hati.
"Didalam cinta tidak ada jenuh dan bosan, Mas," jawabku. "Mas sudah tidak mencintaiku lagi karena jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan mengkhianati ku," sahutku lancang.
"Mas mi_"
"Aku punya hati Mas. Kamu tega menyuruh ketiga masuk ke dalam kamar yang menjadi saksi cinta kita. Kamu selalu minta maaf tapi tidak pernah memahami hati aku, Mas," sial aku menangis lagi.
"Ra,"
"Sudahlah Mas, aku minta kita pisah. Aku melepaskan kamu bersama Lusia. Ikuti kata Ibu, Ibu adalah wanita yang harus kamu hormati. Tidak apa-apa, aku menjadi yang terbuang. Aku akan baik-baik saja bersama anak-anak," ucapku menyeka air mataku dengan kasar. Tak mudah terlihat kuat didepan orang yang sudah memberikan luka. Perasaan sakit dulunya tak pernah terbayangkan kini benar-benar menyiksa Sukma.
"Ra, tolong kamu pikirkan anak-anak, kalau kita pisah mereka pasti terluka," jelas Mas Galvin berusaha memberi pengertian padaku.
"Mereka akan mengerti setelah Mama nya disakiti oleh Papa nya," jawabku tanpa melihat Mas Galvin.
"Mas tidak mau pisah sama kamu, Ra. Tolong jangan tinggalkan, Mas," dia berlutut di depanku sambil mengenggam tangan ku.
Benar-benar egois. Untuk apa dia mempertahankan aku jika ada wanita lain di hidupnya. Aku bukan wanita bodoh yang bisa di manfaatkan seperti ini. Aku takkan biarkan harga diriku di injak-injak.
"Aku tidak punya alasan untuk bertahan Mas. Jika kamu ingin aku bertahan, lepaskan Lusia. Mari kita perbaiki hubungan kita," ajakku. Sebenarnya ini hanya menguji, aku tidak mungkin meminta Mas Galvin memilihku. Apalagi anak nya baru berusia beberapa bulan itu masih begitu butuh figure seorang ayah. Tidak apa-apa Naro dan Nara tak memiliki Papa, aku bisa menjalani dua peran sekaligus.
Mas Galvin menggeleng, "Maaf Ra, Mas tidak bisa. Mas juga mencintai Lusia," jawabnya
Deg
Kenapa rasanya sakit sekali ketika mendengar seseorang yang begitu dicintai mencintai wanita lain? Dadaku lagi-lagi sesak. Semudah itu Mas Galvin berbagi cinta dengan perempuan lain. Selama ini aku pikir telah menjadi satu-satunya ternyata hanya salah satu nya.
"Jika begitu, mati kita pisah, Mas. Jangan tahan aku untuk pergi. Aku juga ingin bahagia dengan caraku sendiri. Dengan atau tidak ada nya kamu, aku bisa hidup seperti biasa." Aku melepaskan tangan Mas Galvin dan berdiri dari duduknya. "Aku punya hati. Aku punya perasaan. Jangan biarkan hati ku mati karena perbuatan kamu, Mas,"
"Ra," Mas Galvin ikut berdiri
"Kenapa lagi, Mas?" tanya ku
Kulihat lelehan bening lolos dipelupuk mata Mas Galvin. Kenapa dia yang menangis? Harusnya aku yang menangis hebat karena sudah di sakiti seperti ini.
"Tolong, jangan pergi," pinta nya.
Akh menggeleng. Keputusan ku sudah bulat. Aku tak bisa bertahan disini. Lama-lama batin ku bisa tersiksa melihat kemesraan Mas Galvin dan Lusia setiap hari. Hatiku tak sekuat baja yang mampu menghalangi segala beban. Aku wanita biasa. Aku hanya punya hati dan perasaan.
Aku melenggang pergi meninggalkan Mas Galvin. Aku akan segera mengurus surat cerai dipengadilan dan pergi menjauh dari kehidupan Mas Galvin. Aku tak bisa terus bertahan jika hatiku di buah dengan paksa oleh keadaan. Wanita seperti ku terlihat kuat dan tegas di luar. Tapi didalam hati, aku adalah wanita rapuh yang kini butuh sandaran untuk sekedar berpelukan. Sayang tak ada tubuh kekar lagi yang bisa kupeluk ketika lelah menyerang.
Aku masuk kedalam kamar Nara dan Naro, anakku memang tidur dalam kamar yang sama namun berbeda ranjang. Aku berjalan kearah ranjang Nara, anak perempuan ku yang satu ini begitu dekat dengan Papa-nya. Dia sangat menyayangi Mas Galvin. Aku tidak bisa bayangkan, bagaimana ekspresi Nara saat mengetahui bahwa kedua orang tua nya akan berpisah. Dia pasti akan sangat terluka.
"Maafkan Mama, Sayang," ku kecup kening anakku dengan sayang. "Bukan Mama tidak memikirkan kebahagiaan mu. Tapi kamu juga akan terluka jika tahu Papa yang selama ini kamu sayangi, memiliki wanita lain selain Mama," ucapku lirih.
Bukannya aku egois atau hanya memikirkan perasaan ku sendiri. Tapi aku juga tidak mau hidup dalam tekanan. Aku percaya, suatu saat Nara dan Naro akan paham ketika mereka sudah dewasa. Papa dan Mama nya tidak bisa lagi bersatu disebabkan oleh orang ketiga.
Aku tahu kenyataan ini akan melukai hati mereka. Ini hanya masalah waktu. Mereka hanya terbiasa dengan Papa nya terutama Nara. Namun, nanti perlahan semua akan berjalan seperti biasa. Dan masa Galvin hanya orang yang akan menjadi kenangan dikehidupan kami bertiga.
**bersambung....**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
langkah yg terbaik dan tepat kui Ra 👍🙏🙏🙏
2023-10-17
0
Sukliang
betul, minta cersi
2023-06-20
1
cinta semu
bulatkan tekad u Diandra jgn oleng...tak ada yg pantas di pertahankan ...pergi cari kebahagiaan u bersama anak2 u ...
2023-06-03
0