SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BUDIDAYA LIKE YAA YA GUYS..........
CEKIDOT......
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Setiap keputusan yang ku ambil sudah kupikirkan dengan matang. Terkadang aku adalah tipe wanita keras yang lebih berpikir rasional dari pada perasaan.
Aku duduk didalam mobil yang terparkir didepan sekolah kedua anakku. Aku sedang mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan apa sebenarnya yang terjadi pada mereka berdua. Aku harus menghadapi sifat cenggeng Nara yang pasti akan menolak jika berpisah dengan ayah nya.
Dada ku lagi-lagi sesak rasanya mengingat penghianatan Mas Galvin terhadap ku. Aku masih ingat obrolan terakhir kami, dia mengatakan jenuh dan bosan dengan hubungan rumah tangga ini. Apa yang salah? Selama ini aku sudah berusaha menjadi istri terbaik untuk nya. Berusaha melayani suami dan anak serta melakukan peranku sebaik mungkin. Akan tetapi, kenapa Mas Galvin masih mencari wanita lain diluar sana? Aku tak habis pikir, apa sebenarnya yang ada dipikiran suami ku itu.
"Tidak. Aku harus bangkit. Aku tidak boleh lemah. Aku harus bisa tanpa Mas Galvin," ucap ku menyeka air mataku dengan kasar.
Aku segera keluar dari mobil saat kulihat Nara dan Naro keluar dari gerbang sekolah. Kedua malaikat kecil itu adalah penyemangat saat aku lemah seperti ini.
Ternyata benar kata Ibu menjadi wanita itu harus serba bisa terutama mencari uang. Karena suami tidak akan selamanya bisa bersama. Entah dia pulang karena dipanggil Tuhan, atau hilang dia ambil orang lain.
"Mama." Nara melambaikan tangan nya.
"Jangan menyebrang, tunggu Mama disana," teriakku dari jauh. Sebab mobil ku terparkir diujung jalan.
Nara dan Naro tak mendengar teriakkan ku. Mobil berlalu lalang didepan sekolah Nara dan Naro, para orang tua sibuk menjemput anak-anak nya. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi ada juga yang naik angkutan umum atau memakai jas ojek online.
"Naro, awassssss,"
Brakkkkkkkkkkkkkk
Brukkkkkkkkkkkkk
Aku mematung di tempatku. Saat ku saksikan sendiri, mobil itu menghantam tubuh Nara dan Naro. Entah kenapa anggota tubuh ku seketika tak bisa bergerak. Jiwaku seolah terlepas dari raga.
Banyak mobil yang berhenti menghampiri tubuh kedua anakku yang terpental diaspal.
"Bu Ara," Bu Dessy menepuk bahu ku. Bu Dessy adalah wali kelas Nara, jadi dia sangat mengenal ku.
Aku langsung tersadar dari keterkejutan ku.
"Nara. Naro,"
Aku berlari menghampiri anak-anak ku yang sudah bersimbah darah di aspal. Tuhan aku mohon, selamatkan mereka. Tidak apa aku terluka, tapi jangan anak-anak ku.
"NARA. NARO," aku memangku kepala mereka berdua. Keduanya sudah tak sadarkan diri.
"Tolong anak saya Pak. Bu. Tolong," tangisku pecah. Baju ku juga bersimbah dengan darah yang keluar dari kepala Nara dan Naro.
"Baik Bu. Kami sudah pesan ambulance," jawab Pak Ali, kepala sekolah tempat kedua anak ku mengemban ilmu.
Tangis ku kian pecah sambil memeluk kedua anakku. Sekarang bukan hanya hatiku yang hancur tapi juga hidupku. Jantung hatiku dan semua hal tentang hidupku, hancur seketika.
"Nara. Naro, bangun, Nak. Bangun," panggil ku mengguncang tubuh mereka berdua.
Tangan Nara dan Naro masih saling bergandengan. Seolah saling menguatkan lewat genggaman tangan itu.
.
.
.
Aku berjalan mondar-mandir di depan ruang pemeriksaan. Sudah lebih dari satu jam tapi dokter yang berada didalam sana belum juga keluar. Apa anak-anak ku baik-baik saja?
"Tuhan aku mohon, jangan ambil mereka dariku. Hanya mereka saat ini yang ku punya. Mereka adalah alasan kenapa aku masih bertahan hingga saat ini," gumamku
"Ra," panggil Henny.
Kulihat Henny dan Mas Reza berjalan kearah ku dengan langkah tergesa-gesa. Aku baru saja mengabari Henny bahwa anak-anak ku kecelakaan.
"Ara," Kak Dea dan Mas Bayu juga berjalan kearah ku.
"Hen." Aku berhambur memeluk Henny sambil menangis terisak.
Henny membalas pelukan ku. Tangannya mengusap punggung ku berusaha meredakan tangis yang sudah pecah sejak tadi. Aku tak peduli lagi dengan penampilan ku yang berantakan. Saat ini, aku hanya ingin anak-anak ku sembuh. Aku takut kehilangan mereka. Aku tidak sanggup tanpa mereka. Mereka adalah harta paling berharga dalam hidupku. Jika mereka meninggalkanku, bagaimana caranya aku hidup. Aku takkan sanggup. Aku takkan bisa.
"Ra, bagaimana keadaan Nara dan Naro?" tanya Kak Dea terlihat panik.
"Dokter masih memeriksa nya, Kak," jawabku.
Aku memeluk Kak Dea. Saat ini aku benar-benar tidak tahu kehidupan ku selanjutnya jika sampai terjadi sesuatu pada kedua anakku.
"Kamu tenang saja. Mereka akan baik-baik saja," ucap Kak Dea.
"Sayang, aku keluar sebentar. Aku akan cari siapa yang menabrak Nara dan Naro," pamit Mas Bayu.
"Iya Sayang, kamu hati-hati. Kalau ada informasi segera hubungi aku," sahut Kak Dea sambil memelukku.
Kak Dea melepaskan pelukan ku. Dia menyeka air mata yang membasahi pipiku. Padahal baru tadi aku mengadu pada mereka tentang hubungan rumah tanggaku dan sekarang, ada masalah yang lebih berat dan membuat jiwa ku semakin rapuh.
"Kenapa bisa seperti ini? Kenapa Nara dan Naro sampai kecelakaan?" cecar Kak Dea.
"Aku juga tidak tahu Kak. Tadi pas mereka mau menyebrang tiba-tiba ada mobil lewat dengan kecepatan tinggi, lalu menabrak Nara dan Naro," jawabku menangis segugukan.
Henny juga mengusap bahu ku. Henny adalah sahabat yang selalu ada untukku ketika aku butuhkan. Meski aku tak sepenuhnya bisa terbuka pada Henny. Aku memang tidak terlalu suka menceritakan masalah ku pada orang lain.
Tidak lama kemudian dokter keluar bersama beberapa perawat dari ruangan pemeriksaan. Tampak mereka seperti berbincang-bincang dengan kertas yang ada ditangan sang perawat.
"Dokter bagaimana keadaan anak-anak saya?" tanya ku tak sabar.
"Anak lelaki Anda kekurangan banyak darah, Bu. Kita harus cepat mencari pendonor darah. Sedangkan yang perempuan, beberapa tulang nya patah,"
Deg
Pompa darah dari dalam jantung ku seolah berhenti. Aku mendengar tak percaya penjelasan dokter didepan ku.
"Kami sudah meminta di bank darah, tetapi golongan darah anak Ibu O- yang untuk sekarang stok nya masih kosong. Mungkin dari keluarga Ibu ada yang memiliki golongan darah tersebut, agar segera mengambil darahnya untuk di donorkan," jelas dokter lagi.
Aku hampir saja jatuh ke lantai jika bukan Kak Dea dan Henny yang menangkap tubuhku. Belum, belum selesai masalah rumah tangga ku. Kenapa sekarang kedua anakku harus merasakan sakit seperti ini? Tidak adakah rasa kasihan Tuhan padaku.
"Baik Dok. Kami akan segera mencari pendonor," jawab Kak Dea mewakili.
Kak Dea dan Henny menuntun ku duduk di kursi tunggu. Aku menangis histeris sambil memanggil nama kedua anakku.
"Nara. Naro," kedua malaikat kecilku kini terbaring tak berdaya diatas brangkar rumah sakit. Apa yang harus aku lakukan? Tolong aku, jalan mana yang akan ku tempuh setelah ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
cinta semu
biasa ny di gerbang sekolah selalu ada satpam sekolah ...biasa ny membantu para wali murid menjemput anak ny kembali pulang ..nah ini satpam ny kemana ya ..cuti apa memang sengaja ada yg menabrak Nara n naro
2023-06-03
1
Hanipah Fitri
Thor.... tega banget kamu bikin aku 😭😭😭 kenapa Nara dan naro dibuat celaka.
Thor jangan biarkan iya meninggal ya...
kalau bisa si Gavin aja yg .sengsara dan bini mudanya biar hancur mereka
2023-05-23
0