By Your Side

By Your Side

Satu

Erika membuka dan membiarkan mimpi yang muncul itu pergi. Erika menoleh untuk menatap gaun pengantinnya yang tergantung anggun di seberang. Putih berenda dengan ujung-ujung halus menyapu lantai. Dua hari lagi dan ia akan mengenakannya. Setelah itu, Erika akan menyandang status sebagai Nyonya Hansel. Istri dari pria yang ia sukai.

Ia masih tidak mempercayai keberuntungannya sendiri. Erika datang ke Boston untuk mencari uang dan meninggalkan masa lalunya namun ia dipertemukan dengan seorang pria yang baik hati dan jatuh hati padanya.

Pertemuan pertamanya dengan Darel Hansel memang berbeda. Saat itu, Darel tidak tampak tertarik padanya namun seiring waktu pria itu mulai menjatuhkan hati padanya. Sikapnya yang dingin sekarang menghangat bagaikan musim semi yang indah. Darel sering memperhatikannya sampai pada akhirnya pria itu melamar Erika di kapal pesiar. Sungguh romantis.

Ketika turun untuk sarapan dan duduk bersama keluarga Hansel, Darel mengulurkan tangannya untuk meremas jemari Erika ketika ibunya bertanya tentang persiapan terakhir yang perlu mereka lakukan.

Darel menjelaskan bahwa persiapannya sudah 99% selesai. Ibunya terdengar puas dan segera mengangguk.

“Apakah kalian ingin ibu ikut bersama memeriksa pesanan bunga dan memastikan segalanya siap dikirim?”

“Bu, biarkan aku dan Erika menikmati waktu berdua. Ibu tidak harus menyelipkan diri diantara kami sepanjang waktu.”

Erika hanya tersenyum kecil tatkala mendengar protes dari Darel. Ia merindukan saat-saat seperti ini. Saat-saat berkumpul bersama keluarga. Saya ya sekali keluarganya sendiri tidak bisa hadir dalam pernikahannya dikarenakan jarak jauh beda benua dan negara.

“Sayang, kamu tidak apa-apa?” Tanya Darel saat melihat ekspresi sedih yang ditampilkan sekilas oleh Erika.

“Aku tidak apa-apa.”

“Kamu sakit?” Tanya Darel begitu khawatir.

“Tidak, aku baik-baik saja.”

“Erika jaga kondisimu. Jangan memikirkan hal yang tidak perlu.”

“Ya mom.”

...…...

Malamnya, Erika membuat makan malam bersama calon ibu mertuanya. Begitu selesai, ia memperhatikan ketidakhadiran Darel di kursinya. Ia mengernyit bingung.

“Erika dimana Darel?”

“Keluar bersama teman-temannya, merayakan hari terakhir kebebasannya.”

“Baiklah kita akan makan malam berdua, menghabiskan waktu bersama sebelum Darel merebutmu dari mom.”

Di tempat lain, Darel bersama teman-temannya memesan minum dan memesan tempat vip yang ada club itu. Darel mendeklarasikan bahwa dirinya akan menjadi suami dan ia bangga akan itu. Bahkan tak jarang Darel mengejek temannya yang sedang menjomlo.

“Apakah kamu begitu senang?” Tanya Vero.

“Tentu saja, kamu juga akan merasa senang jika jadi aku. Karena aku senang, aku mentraktir kalian satu botol martini, dua gelas Wine merah dan empat botol whiskey berukuran besar.”

“Wahhh Darel, sering-seringlah mentraktir kami,” ucap Nick.

“Aku dengar Arvaz akan mengembangkan bisnisnya ke Boston. Kamu mengundangnya?”

“Ya dan saat ini aku rasa dia akan datang.”

“Kamu mengundangnya ke sini?” Tanya Nick tidak percaya.

“Aku ke toilet sebentar,” ucap Darel dan pria itu berdiri.

Ketika ia membuka pintu, alisnya terangkat sebelah saat wine mengenai kemeja putihnya yang sialnya itu adalah favoritnya karena itu adalah kemeja yang dibelikan oleh Erika. Wine itu menimbulkan bekas merah yang cukup terlihat mengejutkan baginya.

“Beginikah caramu mempermalukan pelanggan?”

Sadar Darel menatapnya. Pramusaji itu ketakutan.

“Aku minta maaf, aku tidak sengaja,” ujar pramusaji itu sembari mulai membersihkan bekas-bekas pecahan botol yang berserakan di bawah.

Keadaan untuk saat ini benar-benar kacau. Semua minuman yang tadi dibawanya berserakan dimana-mana.

“Ada apa ini? Sambutan yang luar biasa,” suara berat yang baru saja datang membuat ketiga pria yang ada di sana menoleh ke sumber suara.

...…...

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

Begitu pertanyaan itu meluncur saat pintu dibuka dari luar. Seorang pria datang ke kamarnya, ekspresinya begitu tidak suka. Alis hitam tebal itu terangkat serentak.

Pertemuan pertama dan terakhir mereka adalah bencana dan Erika tidak pernah berharap untuk melihat pria itu lagi. Tapi, di sinilah dia sekarang berada. Saat kemunculan Arvaz, ruangan itu terasa sesak.

“Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di sini mengenakan gaun sialan itu?”

Erika benar-benar bertatap mata dengan Arvaz Benedict. Pria itu masih tidak berubah. Pria yang berusia 31 tahun, dua tahun lebih tua daripada Darel dan lebih tua lima tahun dari Erika. Namun pesonanya tidak perlu diragukan.

Pria itu masih sama dengan pesonanya. Sebenarnya Darel dan Arvaz memiliki kemiripan struktur, wajah aristokrat dan rambut gelap yang memikat tapi Darel lebih lembut sedangkan Arvaz adalah kebalikannya. Ibarat Darel adalah malaikat tampan maka Arvaz adalah iblis yang penuh pesona jahat.

“Hari ini aku akan menikah,” ucap Erika sedikit tergagap. Ia saat ini sulit untuk menyembunyikan keterkejutannya karena pria itu. Lidah Erika seolah terikat di langit-langit mulutnya dan jantungnya berdebar begitu keras. Ia begitu cemas.

Seringaian mengerikan itu muncul di wajah tampan Arvaz. Tapi setampan apa pun pria itu, itu tidak bisa mengalahkan sisi jahatnya. Seluruh sel pelindung di dalam diri Erika sudah menyerukan peringatan ketika langkah pria itu perlahan mendekatinya.

“Calon suamimu itu adalah temanku. Kamu meninggalkanku karena pecundang itu?”

Diam-diam Erika menghela napas panjang untuk memberi dirinya lebih kekuatan. Menghadapi Arvaz selalu membutuhkan tenaga ekstra yang terkadang tidak Erika miliki. Erika nyaris tidak mengeluarkan kata ketika pria itu nyaris sampai di hadapannya.

Ekspresi di wajah Arvaz berubah, pria itu tampak lebih mengerikan.

“Aku akan merebutmu darinya.”

Erika mengerjap bingung untuk sesaat. Kata-kata pria itu entah kenapa membuatnya tersentak. Panas terasa membakar pipinya ketika Erika bertatapan dengan bola mata tajam yang berkilat itu.

“Apakah kamu sudah gila?”

“Tinggalkan dia.”

Erika membeku ketika suara dingin itu menyerbu punggung Erika, membuat segan untuk berpaling dan menatap wajah pria itu. Erika tidak tahu apa yang harus kupikirkan atau apa yang aia katakan.

...…...

Setelah Erika sah menjadi istri Darel. Setelah itu malamnya mereka mengadakan pesta. Darel memperkenalkan pada teman-temannya. Erika menelan salivanya begitu ia ditarik ke arahnya oleh Darel. Ketika mereka mendekat, Erika baru menyadari bahwa Darel satu kepala lebih pendek daripada Arvaz.

Erika berpikir apakah ia perlu tetap berdiri di samping suaminya atau berbalik pergi untuk bersembunyi di suatu tempat.

“Selamat, Darel. Kamu berhasil memperistri wanita cantik.”

Ketika Arvaz mengalihkan perhatiannya dari Darel kepada Erika, ia merasa jantungnya berhenti untuk sesaat saat Arvaz mengulurkan tangan ke arah Erika. Ketika melihat wanita itu bersisian dengan Darel, sesuatu terasa ke dalaman dirinya. Tapi, ia menepikan kobaran kecil itu. Bersikap mencoba tenang.

“Selamat. Aku adalah teman Darel. Darel adalah pria yang beruntung.”

Terpopuler

Comments

Nenie desu

Nenie desu

Arvaz seram banget

2024-05-29

0

Catastrovhy

Catastrovhy

biasanya yang jahat-jahat lebih hot sih😭

2023-06-14

0

Catastrovhy

Catastrovhy

yampun sedihh :')

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!