Penjelajah Alam Semesta
"Dimana ini?"
Seorang pria paruh baya, berambut gondrong, brewokan, dan berpakaian set training warna hijau berdiri di sebuah ruangan yang sangat luas dan serba putih.
Dia merasa sangat bingung karena secara tiba-tiba berada di ruangan serba putih yang tidak diketahui berapa luasnya itu karena sepanjang mata memandang tidak ada dinding sama sekali.
"Selamat datang wahai calon penerus penjelajah alam semesta."
Secara tiba-tiba suara muncul di belakang pria itu sehingga dia segera berbalik dan melihat seorang pria berambut pendek warna pirang, bermata biru, wajahnya yang bersih tanpa noda sedikitpun, postur tubuhnya yang sangat dipastikan akan disukai oleh para kaum wanita.
Intinya, yang dilihat oleh pria paruh baya itu adalah seorang pria yang sangat berkebalikan dengan dirinya.
"Siapa kamu? Ini dimana?" Tanya pria paruh baya itu.
"Tenang, jangan takut, aku bukan orang jahat ... mari kita duduk sambil minum agar lebih enak ngobrolnya." Ucap pria tampan itu sambil mengarahkan tangannya menuju ke sebuah meja dengan dua kursi yang saling berhadapan.
Tepat di atas meja yang dibalut dengan taplak meja warna putih, sudah ada dua cangkir putih, satu teko putih, dan beberapa hidangan kue kering berwarna warni.
Pria paruh baya hanya menatap dengan pandangan terkejut karena sebelumnya di ruangan tersebut tidak ada apapun dan sekarang ada meja, kursi dan bahkan hidangannya.
"Bagaimana cara kamu melakukannya? Apa ini semacam magic? Ah! Aku tahu, aku pasti sedang bermimpi akibat kecapean setelah ngojol hampir satu hari penuh." Ujar pria paruh baya itu dengan penuh keheranan atas apa yang terjadi padanya saat ini.
Pria tampan itu hanya tertawa kecil dan kemudian memandu pria paruh baya itu untuk duduk di salah satu kursi tersebut.
Meskipun pria paruh baya itu merasa sangat bingung, tapi dia tetap menerima ajakan pria tampan itu.
Dia duduk di salah satu kursi dan pria tampan itu duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Pria tampan itu kemudian mengangkat teko untuk menuangkan minuman.
"Kopi, teh, soda, air mineral?" Tanya pria tampan itu sebelum menuangkan minuman yang ada di dalam teko ke cangkir.
"Kenapa dia bertanya seperti itu? Memang kalau aku mengatakan soda, dalam teko itu keluar air minum bersoda?" Tanya pria paruh baya itu dalam pikirannya.
"Teh." Jawab pria paruh baya itu.
"Panas, hangat atau dingin?" Tanya pria tampan itu lagi.
"Hangat." Jawab pria paruh baya itu tanpa berpikir panjang.
Pria tampan itu hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian menuangkan air yang ada dalam teko ke cangkir putih, tepat di hadapan pria paruh baya itu.
Sebuah asap mengepul keluar saat air yang ada dalam teko itu mengisi cangkir putih tersebut.
Setelah hampir penuh, pria tampan itu menarik tekonya untuk menuangkan air ke dalam cangkir yang secara tiba-tiba berubah menjadi sebuah gelas bening dan air yang tadinya teh berubah menjadi air bersoda.
"Apa, tidak mungkin, bagaimana bisa?" Tanya pria paruh baya itu dengan terkejut saat melihat keajaiban tersebut.
"Silahkan diminum." Ujar pria tampan itu.
"Oh, iya, terima kasih." Jawab pria paruh baya itu yang tidak tahu harus berkata apa lagi.
Dia sudah merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi padanya saat ini.
Sebelumnya dia, seingatnya, dirinya sedang beristirahat di atas kasur yang gak ada rasa empuk-empuknya lagi akibat kecapean ngojek hampir satu hari penuh, dari jam 5 dini hari sampai setengah 12 malam.
Saat dia membuka matanya, dia sudah berada di ruangan serba putih yang cukup luas, sampai tidak terlihat ujungnya.
Setelah itu, muncul seorang pria tampan yang bisa melakukan magic seperti pesulap-pesulap yang pernah dia lihat dalam sebuah acara TV.
"Sepertinya Anda sudah tenang, mari kita bicara." Ujar pria tampan itu.
Pria paruh baya itu hanya menganggukkan kepalanya, meskipun sebenarnya dalam dirinya masih belum tenang.
Dia masih merasa bingung atas semua yang terjadi saat ini. Tapi karena dia tidak akan mendapatkan jawaban sama sekali bila dia membantah perkataan pria tampan itu sehingga hanya bisa menuruti apapun yang dikatakan oleh pria tampan itu agar bisa mendapatkan jawaban atas semua yang terjadi saat ini.
"Perkenalkan aku adalah Zerf Arvent, seorang penjelajah alam semesta saat ini yang diwariskan oleh penjelajah alam semesta sebelumnya, Qory Debra." Ucap Zerf.
"Master Qory Debra datang ke alam semesta aku yang bernama tortor dan memilih aku untuk menjadi penerusnya." Lanjutnya.
"Tempat ini bernama ruang serbaguna, ruang yang dijadikan oleh para penjelajah alam semesta untuk bisa pergi ke seluruh alam semesta." Jelas Zerf.
Pria paruh baya itu masih memproses setiap kalimat yang diucapkan oleh Zerf sampai akhirnya dia bertanya.
"Lalu apa hubungannya dengan aku? Mengapa kamu membawa aku kesini?"
"Tentu saja aku membawa kamu kesini karena kamu adalah calon penjelajah alam semesta yang aku pilih, Tanaka Syahputra." Jawab Zerf.
Pria paruh baya yang bernama Tanaka Syahputra itu terkejut karena Zerf mengetahui namanya. Padahal dia belum memperkenalkan diri pada pria tampan itu.
"Bagaimana kamu bisa mengetahui namaku?" Tanya Tanaka.
"Tentu saja aku harus mengetahui calon penerusku, aku mengetahui semuanya tentang kamu, kehidupan yang kamu jalani selama ini, baik dalam maupun luar, bahkan aku tahu ada tanda lahir berbentuk petir di bagian pantat sebelah kananmu." Jelas Zerf.
Mendengar itu, Tanaka langsung berdiri sampai membuat kursinya terjatuh ke belakang.
"Bagaimana bisa kamu tahu akan hal itu? Apa kamu seorang pria mesum?" Tanya Tanaka dengan pandangan terkejut sekaligus merasa jijik.
"Hahaha, aku bukan orang mesum, kamu tidak usah khawatir, mari duduk lagi." Ajak Zerf dengan santai tidak terlihat risih dengan tuduhan Tanaka tersebut.
Tanaka berpikir sejenak dan kemudian dia duduk kembali dengan mengembalikan kursinya yang jatuh ke dalam posisi sebelumnya.
"Lalu kenapa aku? Apa yang membuat kamu memilih aku untuk menjadi penerus kamu?" Tanya pria paruh baya itu.
"Tidak ada hal khusus, aku hanya merasa kalau kamu memang pantas untuk menjadi penerusku, itu saja." Jawab Zerf dengan santainya.
"Apa? Bagaimana bisa kamu memilih seorang penerus hanya dengan 'ah, baiklah aku memilihnya karena aku merasa dia pantas', seharusnya ada penilaian yang lebih dari hal tersebut." Jelas Tanaka.
Zerf dengan santainya meminum air soda dan kemudian berkata, "Memang seperti itulah yang terjadi, bahkan pendahuluku memilih aku karena dia menyukai lelucon yang aku buat."
"Apa-apaan ini, bagaimana bisa hal seperti ini terjadi? Tunggu dulu, apa kelebihan dari penjelajah alam semesta itu?" Tanya Tanaka.
"Tentu saja, pertama bisa menjelajah ke berbagai alam semesta, hidupnya akan abadi, tubuhnya akan berhenti berkembang, dan yang terakhir penjelajah alam semesta akan diberikan satu kekuatan istimewa." Jelas Zerf.
"Apa maksudnya 'Tubuhnya akan berhenti berkembang?" Tanya Tanaka.
"Oh, tubuh dari penjelajah alam semesta akan tetap sama, tidak akan pernah berubah, bila kamu menerima menjadi penerusku maka bentuk tubuhmu akan terus sama seperti saat ini, tidak akan berubah." Jelas Zerf.
Tanaka menganggukkan kepalanya dan kemudian bertanya lagi. "Lalu hidup abadi? Jadi aku tidak akan bisa mati?"
Zerf menganggukkan kepalanya, "Ya, tapi kamu akan tetap merasakan sakit bila ada sesuatu yang melukai tubuhmu."
"Bagaimana kalau ada anggota tubuhku yang terpotong atau organ aku yang hancur?" Tanya Tanaka.
"Tenang saja, semuanya akan kembali seperti semula dengan sendirinya, itu karena kelebihan dari tubuh penjelajah alam semesta adalah tidak akan pernah berubah dari awal." Jelas Zerf.
Tanaka menganggukkan kepalanya dan merasa senang akan hal itu.
"Lalu bagaimana kalau aku menolak untuk menerima menjadi penerus kamu?" Tanya Tanaka.
"Kalau begitu, sungguh sangat disayangkan, aku harus mencari penerus aku lagi dan kamu akan menjalani aktivitas kehidupan kamu seperti biasanya tanpa mengingat sama sekali akan hal ini." Jelas Zerf dengan santainya.
"Bukankah itu terdengar sangat biasa saja?" Tanya Tanaka.
"Ya. apa yang bisa aku lakukan? Satu-satunya syarat untuk menjadi penerus penjelajah alam semesta adalah calon penerus harus menerima dengan sukarela tanpa ada paksaan sama sekali." Jelas Zerf yang kemudian meminum air soda kembali.
Tanaka berpikir sejenak dan kemudian dia bertanya untuk terakhir sebelum dia memutuskan apa yang menjadi pilihannya.
"Kalau aku menerimanya, apa yang terjadi padamu?"
"Aku akan mati." Jawab Zerf dengan santainya.
"Mati? Bukankah penjelajah alam semesta itu hidup abadi?" Tanya Tanaka.
"Ya, tapi hanya harus ada satu yang menjadi penjelajah alam semesta tidak bisa ada dua, tiga, empat dan seterusnya penjelajah alam semesta, hanya ada satu." Tegas Zerf.
"Itulah satu-satunya cara penjelajah alam semesta untuk mengakhiri penjelajahannya." Ujar Zerf.
Tanaka menganggukkan kepalanya dan mendapatkan kesimpulan kalau Zerf memang ingin mengakhiri hidupnya.
"Mengapa kamu ingin mengakhiri hidupmu? Bukankah hidup abadi itu merupakan impian semua makhluk hidup?" Tanya Tanaka.
Zerf memberikan tatapan yang kosong dan tersenyum.
"Memang, hidup abadi adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua makhluk hidup, itu karena mereka belum menjalani hidup abadi sehingga mereka tidak tahu bertapa ... Sudahlah kamu akan tahu sendiri bagaimana rasanya hidup abadi itu." Jelas Zerf.
Tanaka kembali berpikir, apakah dia menerima menjadi penerus penjelajah alam semesta atau tidak.
Selama mendengar penjelasan dari Zerf tidak ada kerugian sama sekali yang akan dia dapatkan bila menerima tawaran dari Zerf tesebut, kecuali masalah hidup abadi tersebut.
"Baiklah, aku menerimanya, aku akan menjadi penjelajah alam semesta selanjutnya." Ujar Tanaka dengan tegas.
Zerf tersenyum dan kemudian berkata, "oke, mari kita lakukan acara seremonial nya."
Tanaka terkejut mendengar itu. Dia tidak menyangka kalau akan dilakukan proses seremonial nya saat ini juga.
"Tunggu dulu, kamu harus menjelaskan lebih rinci tentang penjelajah alam semesta seperti bagaimana cara kerjanya." Pinta Tanaka.
"Oh, itu sangat gampang, kamu tinggal ucapkan atau pikirkan alam semesta atau planet yang ingin kamu datangi dan wushhh, secara langsung kamu akan tiba disana, lebih bagus lagi bila kamu menjelaskan secara rinci tempat yang akan kamu datangi." Jelas Zerf.
"Segampang itukah?" Tanya Tanaka.
"Ya, segampang itu, oh, ya, untuk melakukannya kamu harus berada di ruangan ini terlebih dahulu, kamu tidak akan bisa berpindah alam semesta bila tidak melalui ruangan ini." Jelas Zerf.
"Kamu juga bisa mengubah bentuk ruangan ini seperti yang kamu mau, bahkan namanya juga bisa kamu ubah." Jelas Zerf lagi.
"Caranya?" Tanya Tanaka.
"Cukup bayangkan bentuknya dalam pikiranmu dan untuk namanya, itu hanya bisa diubah sekali saja karena kamu harus menyebutkan nama ruangan ini untuk bisa masuk, anggap saja itu sebuah kode sandi untuk membuka pintunya, meskipun hanya kamu yang bisa masuk, cara masuknya sama seperti kamu ingin pergi ke berbagai alam semesta." Jelas Zerf.
Tanaka menganggukkan kepalanya dan Zerf kemudian berdiri sambil mengajak Tanaka untuk berdiri juga dan mendekatinya.
Zerf memberitahu hal yang harus dilakukan Tanaka agar dia diakui sebagai penerus penjelajah alam semesta yang baru menggantikan Zerf.
"Baiklah, Tanaka kamu sudah siap?" Tanya Zerf yang berdiri di hadapan pria paruh baya itu.
"Y ... Tunggu dulu, aku ingin mengubah penampilan wajahku, tidak mungkin aku akan seperti ini untuk selamanya." Ucap Tanaka yang khawatir tentang hal itu.
"Hahaha, tenang saja, hanya bentuk tubuhmu yang berhenti berkembang, selain itu, semuanya akan normal" ujar Zerf.
Mendengar itu membuat Tanaka merasa lega karena dia berpikiran kalau dirinya akan seperti saat ini untuk selamanya.
"Kalau memang seperti itu, maka aku siap." Ujar Tanaka dengan tegas.
"Oke, kita mulai." Ucap Zerf yang mulai berekspresi serius.
Dia mengulurkan tangan kanan untuk berjabat tangan pada Tanaka.
"Aku, Zerf Arvent, penjelajah alam semesta akan mewariskan hal ini pada Tanaka Syahputra dengan atas ijin dan kehendak dari Yang Maha Kuasa." Ujar Zerf yang mengucapkan kata seremonial pewarisan tersebut.
"Aku, Tanaka Syahputra, menerima warisan penjelajah alam semesta dari Zerf Arvent dengan sukarela tanpa ada paksaan dari apapun dan pewarisan ini berdasarkan atas ijin dan kehendak Yang Maha Kuasa" ujar Tanaka dengan sangat lugas.
Secara tiba-tiba tubuh Zerf bercahaya dan cahaya itu membuat tubuh Zerf pecah menjadi partikel-partikel cahaya kecil.
Zerf tersenyum dan merasa lega karena dia akhirnya bisa mengakhiri hidupnya yang sudah dia jalani berjuta-juta triliun tahun lamanya.
"Terima kasih Tanaka, semoga kamu mendapatkan petulangan yang hebat." Ujar Zerf sebelum dirinya hilang secara penuh menjadi cahaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Zeon
jadi ingat kata cecil
2023-06-04
3
Nur Tini
Hidup abadi dgn segala fasilitas yg memuaskan dan semua yg kita inginkan serta butuhkan tersedia dgn mudah.. Bagaikan disurga..
2023-05-29
0
Vioraa.
Hidup abadi itu adalah sebuah kutukan
2023-05-21
3