Mba Kunti & Mas Koplak
Reno Mubarok, atau biasa di sebut Koplak. Pemuda tersebut sedang berjalan gontai dengan air mata berlinangan seperti anak kecil.
"Koplak gila...."
"Koplak gila...."
Ejekan anak-anak kampung Seronok tempat tinggal Reno, dengan di iringi tepukan tangan membuat Reno semakin menangis menjadi-jadi.
Reno berlari layaknya anak kecil yang sedang dirundung oleh temannya, pemuda itu bergegas berlari ke kuburan, dimana makam Neneknya berada.
Tangis Reno semakin kencang ketika sampai di makam neneknya itu yang belum genap empat puluh hari.
"Nek, kenapa ini terjadi kepada ku? Kenapa Nenek mati dulu, lihatlah Nek, Reno selalu di ejek teman-teman, katanya Reno orang gila," adu pemuda keterbelakangan mental itu pada Neneknya sambil menangis.
"Nek, jawab dong! Reno kesepian setelah Nenek pergi," ucap pemuda itu lagi yang mengeluarkan kata-kata ambigu.
Pemuda tersebut terus menangis di makam Neneknya, tidak ada seorangpun yang menghiburnya, ia benar-benar sendirian tidak memiliki siapapun di kehidupannya yang sekarang.
...***...
Reno Mubarok, usianya sudah menginjak 21 tahun, tapi sifatnya masih seperti anak-anak. Karena ia cacat, lebih tepatnya memiliki keterbelakangan mental.
Ibu Reno mengandungnya tanpa seorang Ayah. Ia hamil sebelum menikah, entah siapa Ayah dari pemuda malang tersebut. Karena itu juga Ibu Reno mencoba untuk menggugurkannya beberapa kali, tapi tuhan berkehendak lain, Reno tetap lahir menjadi seorang anak yang cukup tampan.
Sayangnya kebencian Ibu Reno membuat wanita itu sering sekali melukai anaknya, jika tidak ada Neneknya mungkin Reno sudah dibunuh Ibunya sendiri.
Puncaknya penyiksaan Reno ketika ia berumur empat tahun meminta jajan kepada sang Ibu, bukannya memberikan uang wanita tersebut malah dengan tega mendorong anaknya hingga jatuh, kepalanya terbentur di sebuah batu yang ada dijalan.
Reno sebenarnya dilahirkan dengan sempurna tidak memiliki cacat apapun, tapi semenjak kejadian tersebut, pertumbuhan otaknya berhenti hingga ia mengalami keterbelakangan mental karena tidak dapat mencerna apapun yang dilihat dan didengarnya efek ada saraf yang menurut dokter rusak.
lebih kejamnya lagi, Ibu Reno meninggalkan nya ketika ia sedang terbaring lemah di rumah sakit. Neneknya sudah mencoba untuk menahan Ibunya, tapi sayang wanita itu kekeh pergi meninggalkan Reno begitu saja tanpa adanya rasa bersalah sama sekali.
Hingga akhirnya Reno hidup berdua dengan Nenek nya, pemuda itu membantu wanita renta tersebut di ladang peninggalan almarhum kakeknya setiap hari untuk melanjutkan hidup mereka.
Rindu dengan seorang Ibu? Tentu saja Reno sangat rindu, apa lagi ketika ia melihat teman sebayanya jalan bersama orang tuanya. Namun, apa daya pemuda itu memang dilahirkan untuk menjalani kisah hidup yang teramat pahit.
Hingga akhirnya ketika usianya genap 21 tahun, sang Nenek menghembuskan napas terakhir. Pemuda tersebut sangat sedih, sekarang ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini.
...***...
Reno masih menangis di kuburan Neneknya seorang diri, ia yang setiap harinya di ejek anak-anak kecil tidak bisa apa-apa, karena ia tidak pernah berpikir untuk membalas mereka sama sekali.
"Gila, sudah bangkotan nangis kayak anak ingusan!" celetuk sebuah suara yang menginterupsi tangis Reno.
Reno reflek menoleh, ia mengusap air mata dan ingusnya menggunakan lengan bajunya. "Kamu siapa?" tanya pemuda itu pongah.
"Eh... kamu bisa melihatku?" tanya seorang wanita yang tidak lain Mba Kunti dengan kaget.
"Memangnya di sini ada orang lagi?" tanya Reno lagi dengan sesenggukan.
"Astaga, astaga, ini seriusan? Kamu bisa melihatku?" Mba Kunti yang tadinya sedang duduk di atas ranting pohon dekat kuburan Nenek Reno mendekat.
Mba Kunti bergegas menghampiri Reno, ia memutari pemuda tersebut sambil memerhatikan nya dengan seksama. Ia penasaran kenapa Reno bisa melihatnya, padahal dirinya tidak bermaksud untuk muncul dihadapan Reno.
"Jangan berputar-putar terus, aku pusing," keluh Reno.
Mba Kunti tersenyum, ia duduk di samping Reno. "Kamu tidak takut denganku?" tanyanya memastikan.
Reno menggelengkan kepalanya. "Tidak," jawabnya singkat.
"Serius? Kamu tidak takut denganku?" tanya Mba Kunti memastikan.
Reno menggembungkan pipinya. "Apa kamu juga sedang mengejekku? Mentang-mentang aku bodoh?" rajuk nya manja.
Mba Kunti mengerutkan keningnya, ia heran dengan sikap Reno, padahal sudah dewasa, tapi tingkahnya seperti anak kecil.
Mba Kunti mengulurkan tangannya untuk memegang bahu Reno. Ketika tangannya berhasil memegang bahu pemuda tersebut, ia terkejut bukan main.
"Apa pegang-pegang!" bentak Reno sambil memegang tangan Mba Kunti dan menyingkirkan dari bahunya.
Mba Kunti semakin terkejut, bukan hanya bisa melihatnya, tapi Reno juga bisa menyentuhnya, di tambah dirinya juga bisa berinteraksi dengan pemuda tersebut.
siapa sebenarnya pemuda ini? Kenapa dia bisa melihat dan menyentuhku? Apakah ini takdir untuk mengetahui kenapa aku bisa berada di sini?
Mba Kunti membatin, ia pikir kalau pertemuannya dengan Reno bukan sebuah kebetulan. Sosok Hantu wanita tersebut sangat yakin kalau itu semua sebuah takdir untuk dirinya yang ingin tahu kenapa ia bisa mati dan rohnya penasaran seperti itu.
Mba Kunti menghela napas panjang. "Siapa nama kamu?" tanyanya lembut.
Reno langsung menoleh. "Reno Mubarok, apa kamu mau menjadi temanku?" tanyanya penuh dengan semangat, ekspresi Reno langsung berubah seketika.
"Teman?" Mba Kunti tampak bingung.
Reno mengerucutkan bibirnya. "Sudah aku duga, pasti kamu juga sama seperti yang lainnya, tidak mau menjadi temanku!" gerutunya sambil mendengus kesal.
Mba Kunti yang melihat ekspresi Reno, ia hanya bisa tersenyum kecut, pasalnya sikap Reno tidak menunjukkan seorang pria sama sekali.
"Iya, iya, aku mau menjadi teman kamu," jawabnya enteng.
Reno langsung menoleh dengan wajah sumringah. "Benarkah? Siapa nama kamu?" tanyanya pongah.
"Panggil saja Kunti," jawabnya lembut.
"Oke, Mba Kunti sekarang kamu menjadi teman pertamaku!" Reno langsung berbalik ke makam Neneknya. "Nek, lihatlah, Reno sekarang punya teman, mulai hari ini Reno tidak akan kesepian lagi," ucapnya bersemangat.
Mba Kunti tersenyum kecut, ternyata daritadi dugaannya benar, kalau Reno keterbelakangan mental, karena itulah sifatnya seperti anak kecil.
Reno bercerita panjang lebar kepada Mba Kunti hingga hari pun menjelang petang, membuat Hantu itu cemas.
"Reno, sebaiknya kamu pulang sekarang yah," perintah Mba Kunti lembut.
"Yah, tapi aku masih mau cerita banyak dengan kamu," jawab pemuda itu lugu.
"Besok, kamu kesini lagi, sekarang kamu pulang dulu, ini sudah mau malam," ucapnya lembut.
Reno menghela napas. "Iya deh, tapi besok ketemu di sini lagi yah."
Mba Kunti mengangguk, Reno langsung beranjak dari duduknya. "Dadah Mba Kunti," ucapnya sambil melambaikan tangan dan berlari layaknya anak kecil yang sangat senang.
Mba Kunti menghela napas panjang. "Ternyata dia memang memiliki kelainan, pantas tidak takut denganku," gumamnya lirih.
Mba Kunti kemudian kembali ketempat biasanya dia nongkrong, di ranting pohon dekat makam Nenek Reno.
Hantu penasaran tersebut melihat sosok hantu-hantu lain yang mulai bermunculan ketika hari semakin gelap. Ia yang sudah terbiasa melihat hal tersebut, jadi ia tidak heran sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
Reno punya kelebihan
2023-11-07
0
ayu nuraini maulina
miris 🥲🥲
2023-11-07
0
ayu nuraini maulina
setiap manusia pasti punya kkrngn n kelebihan nya masing2
2023-11-07
0