Reno merawat Mba Kunti dengan telaten, dari sini pemuda keterbelakangan mental tersebut tampak terlihat sangat dewasa di mata Mba Kunti.
Benih-benih cinta yang tadinya hanya sekedar lewat, kini mulai tumbuh di hati hantu wanita tersebut.
"Mba Kunti istirahat saja dulu, jangan berangkat kerja," tukasnya bijaksana.
"Terimakasih Ren," ucap Hantu wanita itu lembut.
Reno tersenyum. "Sama-sama Mba, Reno sudah biasa merawat nenek kalau lagi sakit, tapi Reno gak tahu obat untuk luka Mba Kunti. Biasanya tubuh Nenek kalau lagi sakit panas, tapi Mba Kunti dingin banget, jadi Reno gak tahu obatnya," ucap pemuda tersebut polos.
Mba Kunti semakin gemas dengan sikap Reno yang begitu apa adanya, ia hanya tersenyum menatap pria tersebut. Setidaknya walaupun sekarang dirinya hantu, bisa mendapatkan perhatian dari pemuda keterbelakangan mental tersebut juga sudah berarti untuknya.
Hari-hari Reno merawat hantu yang sedang sakit tersebut. Walaupun hantu tapi karena ia sebenarnya masih hidup jadi kondisinya akan sama seperti tubuhnya.
Perlahan luka bakar tersebut membaik, begitu juga dengan yang ada di tubuh Elisa. Berbagai dokter dipanggil untuk mengobati kulit melepuh Elisa, hingga akhirnya bisa sembuh walaupun tidak sembuh total.
"Mba sudah baikan?" tanya Reno ketika baru pulang dari ladang, melihat Mba Kunti yang sedang menunggunya di ruang tamu sederhana rumah tersebut.
"Ya, aku sudah baikan," jawabnya sambil tersenyum simpul.
"Syukurlah, aku mandi dulu yah Mba," jawab pria tersebut yang semakin hari menurut Mba Kunti semakin dewasa saja.
Para warga yang mulai curiga dengan Reno, mereka terus mengawasi gerak-geriknya. Bahkan pembicaraan mereka barusan ada yang mendengarnya.
Terlihat tiga orang pencuri yang sudah diberi pelajaran Mba Kunti yang sedang mencaritahu kenapa Reno sekarang berbeda. Setelah mendengar pembicaraan Reno dengan seseorang didalam rumah, mereka yakin kalau pria yang mereka anggap idiot tersebut memelihara mahluk halus.
Mereka bertiga bergegas pergi dari sana untuk memberitahu semua warga, tentang kebenaran tersebut. Tentu saja dibumbui embel-embel kebohongan agar para warga semuanya percaya.
"Kalian yakin?!" tanya Warno pejabat kampung Seronok yang ingin memiliki tanah Reno.
"Buat apa kami bohong Pak Warno, tanya saja mereka berdua," jawab Darno yakin.
"Benar Pak, kami juga mendengarnya!" jawab mereka berdua serempak.
Warno menyeringai, dalam hati ia sangat senang, dengan cara menghasut semua warga ia yakin bisa memiliki seluruh tanah milik Reno.
"Kalau begitu kalian sebarkan masalah ini kepada seluruh warga, biarkan mereka yang memutuskan untuk menghukum orang bodoh yang berani memelihara jin!" perintahnya mantap.
"Siap Pak!" jawab mereka bertiga kompak.
Baru saja kehidupan Reno mulai membaik ketika bersama dengan Mba Kunti, kini ada masalah yang mulai di timbulkan para pembencinya lagi.
Sementara itu ditempat Reno berada, terlihat Mba Kunti yang sedang menemani Reno makan sambil senyum-senyum sendiri.
"Ren, aku nanti mau pergi sebentar yah," ucapnya tiba-tiba.
"Mau kemana Mba?" tanya pria itu sambil menyantap makanannya.
"Bertemu teman-teman Mba, sudah lama juga Mba tidak menemui mereka," jawabnya santai karena ia yakin kalau Reno akan percaya padanya.
Benar saja, Reno hanya menganggukkan kepalanya, tanpa bertanya apa-apa lagi. Ia pikir urusan Mba Kunti masalah orang dewasa, karena itulah Reno tidak perduli sama sekali.
Mba Kunti pun pamit kepada Reno, ia pergi dari rumah sederhana tersebut dan kembali ke rumahnya, mengingat sejak kejadian waktu itu, ia tidak bisa kesana lagi karena tubuhnya terasa sangat tidak enak.
...***...
Sosok tersebut sampai dikediaman keluarga Sanjaya, dugaannya benar ketika siang hari gerbang tersebut terbuka. Namun, ia juga perlahan-lahan menyentuh area sekitar gerbang.
Anjing penjaga mulai menggonggong, membuat Mba Kunti sedikit terkejut. Namun, ia hanya tersenyum melihat anjing-anjing tersebut, seketika kedua anjing itu terdiam, karena familiar dengan senyum Mba Kunti.
Mba Kunti perlahan melangkahkan kakinya masuk kedalam gerbang, ternyata benar tidak ada pagar gaib lagi, ia pun bernapas lega dan bergegas masuk kedalam.
Sosok hantu tersebut dengan hati-hati masuk kedalam rumah, tapi baru saja berdiri didepan pintu, potongan ingatan demi ingatan mulai muncul di pikirannya, sehingga ia terkejut karena perlahan tahu siapa jati dirinya itu.
"Jadi ini benar-benar rumahku?" gumamnya lirih.
Sosok tersebut menghirup napas dalam-dalam kemudian mulai menerobos masuk kedalam pintu.
Baru saja ia masuk kedalam pintu, Pak Sunardi sudah menangkapnya menggunakan tali pengekang hantu.
"Apa-apaan ini, lepaskan aku!" berontak Mba Kunti marah.
Pak Sunardi, Herman dan Sulastri muncul dihadapan Mba Kunti. Hantu tersebut seketika langsung menangis.
"Ayah, Ibu lepaskan aku," rengeknya.
Sayangnya kedua orang tuanya tidak bisa melihat sosoknya, hanya Pak Sunardi dan bawahannya yang bisa melihat dirinya.
Pak Sunardi menghela napas. "Ternyata dugaanku benar, ternyata roh Nona terlepas dari tubuhnya, kenapa Nona tidak langsung pulang ke rumah?" tanyanya penasaran.
"Lepaskan dulu ini, sakit!" keluh Mba Kunti.
Pak Sunardi mengangguk. "Lepaskan dia!" perintahnya kepada bawahan yang memegangi tali pengekang hantu.
Mba Kunti terlepas dari tali tersebut, ia bergegas berlari untuk memeluk kedua orangtuanya, tapi ia hanyalah roh akhirnya hanya bisa menembus mereka berdua tanpa menyentuhnya sama sekali.
"Nona Elisa, lebih baik anda tenangkan diri dulu," ucap Pak Sunardi.
Kedua orang tua Elisa tentu saja bingung, karena mereka berdua tidak bisa melihat siapa-siapa, sementara Pak Sunardi memanggil nama anaknya.
"Pak Sunardi, apa benar roh Elisa ada di sini?" tanya Herman penasaran.
Pak Sunardi mengangguk. "Ya, tampaknya ia juga merindukan kalian," jawabnya enteng.
"Pak, tolong biarkan aku bicara dengan kedua orang tuaku," mohon Mba Kunti.
Pak Sunardi mengangguk. "Lebih baik Nona masuk dulu ke tubuh Nona, nanti aku bantu."
"Eh... aku masih hidup?" tanya Mba Kunti menunjuk dirinya sendiri.
Pak Sunardi tidak banyak bicara, ia membawa Mba Kunti ke tubuhnya. Hantu wanita itu menutup mulutnya tidak percaya saat melihat tubuhnya yang tergeletak tidak berdaya di ranjang dengan berbagai alat bantu penopang kehidupan.
"Nona sudah koma selama empat bulan, masuklah ke tubuh Nona, jika ada kesulitan nanti aku bantu," ucap Pak Sunardi.
Roh penasaran tersebut yang sangat senang, ia tanpa ragu masuk ke dalam tubuhnya lagi, tanpa ia sadari kalau keputusan yang di ambilnya akan menjadi penyesalan untuk dirinya.
Roh tersebut masuk kedalam tubuhnya, seketika tubuh Elisa bergerak-gerak, perlahan mata Elisa terbuka.
Bersamaan dengan Elisa yang sudah kembali ke tubuhnya, di kampung Seronok, para warga kampung tersebut sedang menuju ke rumah Reno.
Mereka semua yang dihasut oleh Warno dan antek-anteknya, berniat mengusir Pemuda keterbelakangan tersebut dari kampung halaman dan rumah satu-satunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Santiago Munezz
bagus cerita y
2023-06-12
1
Red Ant
👍👍👍lanjut thor👍👍👍
2023-05-16
1
Edi Porwanto
harus q akui semua karyamu emang luar biasa...
2023-05-16
2