Suddenly Married

Suddenly Married

Bab. 1

Seorang perempuan berumur sekitar 21 tahun duduk di salah satu sofa di sebuah restoran di lantai 5. Tangannya memegang cangkir berisi cokelat hangat yang ia pesan tadi. Kepalanya menoleh ke arah dinding kaca di sebelah kanannya. Menatap ke arah jalanan yang ada di bawah sana.

Rambut panjangnya tampak di ikat dengan rapi ke atas menjadi satu ikatan. Dia, Bella. Saat ini dia bukan sedang berkencan. Kedatangannya ke restoran ini karena keinginan Ayahnya.

Pria paruh baya itu ingin dia bertemu dengan putra keluarga Prayoga untuk pertama kalinya. Waktu dan tempat sudah di tentukan dari pihak sana. Jadi Bella tinggal muncul saja sesuai waktu yang di tetapkan.

Bella sengaja datang lebih awal. Sebenarnya dia ingin datang terlambat dari jam yang di janjikan. Namun kemudian dia berpikir, lebih baik muncul lebih dulu hingga mengurangi canggung ketika bertemu dengan pria yang belum pernah di kenalnya itu.

Sudah hampir satu jam Bella menunggu. Namun pria itu belum muncul di resto yang sudah di tentukan sebagai tempat pertemuan mereka.

"Hhh ... Sungguh menyebalkan harus menunggu. Jika bukan karena ayah, aku memilih tidur daripada harus ke sini," geram Bella.

Saat itu ada seorang pria yang muncul di pintu resto. Dia tampak tidak asing. Bella menyipitkan mata mencoba mengingat dimana ia pernah bertemu pria itu. Langkah pria itu berhenti tepat di depannya.

“Putri Om Johan?” tanya pria itu menyebut nama ayahnya. Bola mata wanita ini mengerjap. Sedikit terkejut bahwa pria itu ternyata tahu nama ayahnya.

Bella mengangguk. Ia masih menatap laki-laki yang mulai duduk di hadapannya itu dengan seksama.

“Aku Nugi. Kamu pasti tahu tentang aku dari keluarga mu,” kata pria itu dengan rasa malas yang kentara. Bella masih belum mengeluarkan kata-kata apapun. Dia mengalihkan pandangan sekejap guna menyamarkan rasa terkejut yang dirasakannya tadi.

Ternyata dia pria yang di jodohkan dengan ku. Pria di cafe waktu itu. Dugaan ku benar. Dia pria yang bernama Nugi. laki-laki yang duduk bersama wanita di meja sebelahku di cafe waktu itu, batin Bella.

**

Sebenarnya rasa terkejut ini bukan hanya di alami Bella, pria ini juga merasakannya. Ketika itu Nugi berjalan masuk ke restoran. Dia berdiri mencari sosok yang duduk sendiri dan terlihat sedang menunggu seseorang. Karena terlihat kebingungan, seorang pelayan mendekati Nugi.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan.

"Aku sudah reservasi atas nama Nugi."

"Oh, ya. Tamu Anda sudah datang sejak tadi. Silakan," ujar pelayan itu ingin mengantarkan.

"Tunjukkan saja dimana tamu ku. Kamu tidak perlu mengantarkan aku." Nugi tersenyum ramah.

"Baik. Tamu Anda ..." Pelayan itu menunjukkan meja tempat Bella berada. Pria ini melangkah mendekat. Sesaat dia merasa tidak asing. Namun dia mencoba mengabaikan. Perlahan langkahnya makin dekat dengan kursi itu.

“Putri Om Johan?” tanya Nugi. Perempuan itu mengerjap. Mungkin terkejut saat nama ayahnya di sebut. Dari dekat seperti ini, Nugi sedikit terkejut karena dia ingat dengan wajah yang sedang menatapnya ini. Masih segar dalam ingatan tentang pertemuan mereka kala itu.

Bibir perempuan itu masih bungkam dan memperhatikannya sampai Nugi duduk.

"Kenapa melihatku seperti itu? Kamu terkejut kalau ternyata calon suami mu ini sesuai dengan kriteria mu?” Sudut bibir Nugi naik. Dia sengaja mencemooh.

Kurang ajar, umpat Bella kesal. Dia merasa di perlakukan seperti belum pernah bertemu dengan pria tampan. Bibir Bella tersenyum tipis seraya melihat lurus-lurus ke arah pria ini.

“Kita bertemu bukan untuk basa-basi. Silakan bicara hal penting saja,” ucap Bella langsung pada intinya. Dia yakin pria ini punya rencana. Tampaknya sikap Bella membuat pria itu juga geram padanya.

Nugi melipat tangan sambil menatap perempuan ini kesal. Pria ini tidak menduga bahwa Bella bisa bersikap dingin seperti ini. Ternyata dia bukan gadis penakut seperti yang terlihat di wajahnya.

“Ini.” Tiba-tiba pria ini mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Kamu baca dengan teliti dan setelah itu kamu tanda tangani surat perjanjian ini," ucap laki-laki itu sambil meletakkan setumpuk kertas yang ia pegang di atas meja.

Bella mengerutkan alisnya sambil menatap kertas yang ada di hadapannya itu, lalu ia mengambil kertas itu dan mulai membacanya sekilas.

“Jadi kamu menawarkan ini padaku?” tanya Bella. "Pernikahan kontrak?" Kening Bella mengerut samar. Dia melirik kertas yang ternyata adalah surat pernikahan kontrak antara dirinya dengan pria itu.

“Ya. Apa kamu berpikir kalau aku setuju untuk menikah dengan mu?” tanya Nugi seakan mencela Bella. Perempuan ini menatap lurus-lurus pria yang baru saja di kenalnya ini dengan kesal.

“Tidak.” Bella membuang muka sambil mendengus. “Aku juga sebenarnya tidak setuju menikah denganmu, meski kamu adalah anak dari pemilik Prayoga Grup.” Ada nada mencela juga di sana. Bella membalasnya.

Dia membalas cibiran ku, desis Nugi di dalam hati.

“Kenapa tidak langsung saja menolak perjodohan ini pada keluarga mu? Bukannya kamu punya kekasih? Wanita di cafe itu.” Bella mengingatkan kalau mereka pernah bertemu.

“Ow, kamu masih ingat pertemuan pertama kita rupanya. Aku pikir aku tidak harus menunjukkan bahwa aku ingat dengan mu di cafe itu. Ternyata kamu sendiri mengungkapnya," kata Nugi. Tentu ia masih ingat dengannya.

Bella mendengus. Dia bukan ingin menunjukkan bahwa dia ingat pada pria ini Dia hanya ingin mengingatkan lagi, bahwa pria ini bisa menolaknya dengan mudah lewat jalan mengatakan bahwa dia punya kekasih.

"Jika semudah itu, aku tidak akan muncul di sini dan bertemu denganmu,” kata Nugi dengan setengah mendesis kesal. "Oke. Tanda tangani surat perjanjian itu.” Nugi menunjuk surat perjanjian yang sudah ia buat.

“Jangan terburu-buru. Aku harus membacanya dengan teliti.” Bella tidak mau gegabah. Dia mencoba membaca satu persatu.

“Apa yang perlu di pikirkan lagi ...” desah Nugi kesal. Merasa sikap hati-hati Bella tidak penting.

“Banyak. Bisa saja ini merugikan ku.” Bella tidak mau kalah. Ia membaca ketikan itu dengan seksama. Rupanya pria ini sudah menuangkan segala hal ke dalam perjanjian.

Tangannya mengambil pulpen di atas meja dan mencoret-coretnya di beberapa bagian.

Nugi terkejut.

“Hei, apa yang kau lakukan pada perjanjian itu?” tegur Nugi dengan wajah marah. Dia langsung merampas surat itu dari tangan Bella.

“Aku hanya membuang yang tidak penting,” sahut Bella malas.

Lalu Nugi melihat lagi surat perjanjian yang sudah ia buat. “Poin tidak boleh mencampuri urusan masing-masing adalah yang terpenting.” Nugi mendongak seraya memberi tekanan pada kalimatnya.

Bella diam tidak merespon.

“Kenapa kamu mencoretnya?" tegur Nugi geram. Dia mencoba menahan diri untuk tidak marah besar. "Apa ... Kamu ingin tahu apapun yang aku lakukan?” tanya Nugi seakan Bella punya keinginan berbanding terbalik dengannya. Seakan Bella ingin tahu lebih dalam tentang pria bernama Nugi ini. Pandangan mata pria itu menggoda, sekaligus mencela dan meremehkan.

...____...

Terpopuler

Comments

JandaQueen

JandaQueen

start reading

2024-01-01

2

Anjelie Sharma

Anjelie Sharma

mampir ah kyk nya cerita nya seru

2023-09-07

1

%ER%

%ER%

baru baca dah suka ceritanya...

2023-05-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!