Bab. 3

Ketika mengedarkan pandangan ke arah seluruh tempat ini, Bella menghela napas berulang kali. Ada sesak yang menyerang rongga dadanya. Ia seakan sulit bernapas.

Pernikahan. Tidak ada dalam bayangannya menikah dengan cara seperti ini. Matanya sedikit berkaca-kaca. Gigi Bella menggigit bibir dalamnya pelan. Ada rasa sakit di hatinya ketika melihat semua hal di depannya.

Masih jelas dalam ingatannya, ketika ayahnya tiba-tiba mengatakan ingin dia menikah. Ketika dia terpaksa menyetujui menjadi pelunas hutang milik perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut. Dia masih ingat itu karena baru terjadi beberapa waktu yang lalu.

.

.

.

Ketika itu langit menggelap karena sudah petang. Bella baru saja pulang kerja dan makan malam dengan ayahnya pada meja makan yang sama. Tidak ada pikiran buruk sebelumnya. Dia melakukan rutinitas seperti biasa. Namun ternyata dia akan mendapatkan kabar buruk dari ayahnya.

.

.

.

“Kamu harus menikah,” kata ayah tanpa menoleh. Saat ini beliau sedang makan malam dengan putrinya.

“Menikah?” tanya Bella terkejut. Dia yang hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, urung. Tangannya mengambang karena mendengar kalimat ayahnya yang memaksa dirinya menoleh dengan cepat.

“Ya,” jawab ayah sambil menghela napas berat. Bella menurunkan tangannya yang mengambang dan tidak jadi meneruskan makan.

“Tidak. Ayah pasti bercanda,” kata Bella mencoba menenangkan dirinya dengan menyangkal apa yang di terima oleh indra pendengarannya.

Beliau meletakkan sendok di tangannya dan menoleh pada Bella yang duduk di depannya. “Ayah tidak bercanda.” Wajah beliau terlihat serius saat mengatakannya. Bella tidak bisa menyangkal lagi ketika menemukan bahwa beliau benar-benar serius sekarang.

“Oke. Jika memang Ayah ingin aku menikah, kenapa tiba-tiba saja Ayah mengatakannya sekarang? Tepat di saat kita sedang makan malam.” Bola mata Bella bergerak menunjuk pada piring makannya dengan marah yang di tahan.

“Karena ini mendesak.”

“Mendesak? Ayah ingin menikah lagi? Jadi ayah ingin aku segera menikah hingga tidak membebani Ayah?” Bella langsung membombardir ayahnya dengan pertanyaan beruntun.

“Tidak dan bukan.”

“Lalu apa? Ayah sakit parah dan akan meninggalkan aku?” tanya Bella mengorek informasi dengan tidak sabar.

“Bukan.” Ayah menggelengkan kepalanya.

“Apa karena ayah sudah tua? Karena itu ayah ingin aku segera menikah?” desak Bella. Ayah diam. “Menikah juga bukan soal mudah, Ayah. Aku harus punya calon suami dan siap untuk menikahi. Harus punya biaya banyak untuk pesta. Juga masih banyak hal lain yang perlu dipikirkan ...”

“Kamu tidak perlu memikirkan soal calonnya,” potong Johan.

“Apa maksud Ayah?” tanya Bella mulai menegakkan punggungnya lagi. Alisnya menyatu dengan kening mengerut. “Bukankah yang terpenting dari menikah itu adalah harus ada calon pengantinnya.” Bella heran dengan kalimat ayahnya.

Di kursinya, ayah tampak gelisah. Ingin bicara, tapi urung. Seperti ada hal berat yang di simpannya. Bella makin heran.

“Kamu tidak perlu memikirkan calon. Karena ayah sudah memilihkan calon untukmu,” kata ayah dengan senyum yang di paksakan. “Dia putra Pragoya grup. Anak dari teman Ayah, Nugi namanya."

“Calon? Jadi ayah ingin menjodohkan aku?” Suara Bella mulai naik.

"Bella ... tolong Ayah, nak. Perusahaan ayah hampir bangkrut. Ayah harus melunasi semua hutang-hutang ayah yang belum terbayar. Kalau tidak ... ayah bisa masuk penjara, Bella," pinta Johan pada Bella dengan wajah memelas.

Bola mata Bella melebar. Dia bingung, berdebar, dan gelisah dalam satu waktu yang bersamaan.

“Hubungannya dengan aku harus menikah, apa?” tanya Bella mulai tidak tenang. Ada firasat buruk yang mulai ia rasakan.

“Ayah ingin kamu membantu ayah.”

"Kenapa harus dengan menikah? Itu tidak masuk akal, Ayah ...,” ujar Bella mencoba menahan tangis yang akan merebak membanjiri pipinya.

"Bella, kamu anak ayah satu-satunya. Jadi cuma kamu yang bisa ayah andalkan,” ujar pria paruh baya ini dengan mata penuh harap

"Dengan menjadikan aku jaminan atas hutang-hutang ayah pada keluarga Prayoga?!" tegas Bella seraya berteriak pada ayahnya. Dia berdiri dengan mata tajam ke arah pria yang menjadi orang tua tunggal itu.

Ayah Bella tertunduk lemas, ia tak mampu berkata apa-apa mendengar pertanyaan dari Bella putri semata wayangnya itu.

"Andai ibumu tahu, dia juga pasti akan bertanya seperti itu Bella, tapi ayah terpaksa melakukan ini semua demi perusahaan dan masa depan mu Bella," lirih ayah Bella dengan tertunduk. Seperti bicara pada dirinya sendiri.

“Masa depan? Masa depan apa yang ayah katakan?” Bersamaan dengan pertanyaan itu, Bella menjauh dari meja makan. “Aku tidak mau di jadikan jaminan pelunasan hutang Ayah. Aku tidak mau melakukan pernikahan dengan Adam anak dari pemilik Prayoga group itu!!" teriak Bella dengan wajah merah karena marah.

“Tunggu, Bella.” Johan bangkit dari duduknya dan berjalan mendekatinya. Lalu dengan perlahan mencegah langkah putrinya. "Bella ... kamu adalah anak ayah satu-satunya dan hanya kamu yang bisa ayah andalkan. Jadi ayah mohon dengan sangat kamu mau menikah dengan dia.”

Bella diam seribu bahasa. Ia tak bisa menjawab pertanyaan dari ayahnya, pikirannya kacau.

“Dalam perusahaan, ada banyak orang yang mengandalkan ayah. Mereka juga punya keluarga yang menantikan masa depan. Bagaimana akhirnya kalau perusahaan ayah akan hilang ...”

Bella menghela napas berat. Ia juga tidak tega melihat ayahnya menderita dan di penjara karena hutang-hutangnya yang tak terbayar. Pun tentang banyak keluarga yang akan kehilangan pekerjaan. Namun bagaimana dengan dirinya nanti?

Dengan menghela napas dalam-dalam Bella berkata pada ayahnya.

"Bella akan pikirkan lagi ayah," kata perempuan ini tanpa menoleh pada ayahnya.

"Terima kasih, Nak.”

“Jangan berterima kasih Ayah. Aku belum setuju.” Bella merasa mendapat beban berat saat ayah mengatakan terima kasih.

“Ayah yakin kamu bisa membantu ayah," ucap Johan_ayah Bella sambil tersenyum berharap. Bella menipiskan bibir dan berdecih dalam hati.

Tiba-tiba ponsel pak Johan berbunyi. Dengan tergesa, beliau mengangkatnya. Sekilas Bella menemukan wajah tegang ayahnya. Kakinya yang ingin melangkah pergi, urung. Dia ingin tahu apa yang di bicarakan ayahnya.

“Ya, Yoga,” sahut Johan.

“Bagaimana dengan penawaran ku?” tanya Yoga di seberang.

“Ya, itu ...” Johan kebingungan. Ia melirik ke arah lain. Seakan sulit untuk bicara.

“Kamu belum bisa meyakinkan putrimu?” tanya Yoga yang langsung bisa mengerti.

Johan mendesah lelah. “Ya.”

“Apa kamu merasa berat menikahkan mereka?”

“Tidak, tidak. Ini sungguh suatu keberuntungan untukku. Aku harus berterima kasih padamu. Karena kebaikan kamu, aku bisa tertolong.” Johan tampak bersyukur. Beliau tersenyum dan dengan badan sedikit membungkuk. Seakan menunjukkan sikap hormat pada orang di depannya.

Bella menipiskan bibir. Begitu hormat ayahnya pada keluarga temannya itu. Mungkin dari sana, ayah memaksakan keinginannya untuk menyerahkan dirinya pada keluarga temannya.

Kaki Bella melangkah pergi meninggalkan dari ruang makan. Dia tidak ingin meneruskan makan malamnya. Rasa lapar yang tadi menyerang karena lelah sepulang kerja, kini telah musnah. Dia hanya ingin kembali ke kamarnya. Menumpahkan kesal dan marah karena pembicaraan dengan ayahnya.

...______...

Terpopuler

Comments

✨rossy

✨rossy

suka aneh ya hati, kenapa ga mau dijodohin sama yg mendekati sempurna, kalaupun ada kekurangan coba deh tutupin atau sempurna kan dengan usaha😆😆😆😆😆

2023-05-17

2

✨rossy

✨rossy

nah tuh.. Adam

2023-05-17

0

✨rossy

✨rossy

khayra... lagi, kan bella

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!