Bab. 18

Meskipun di tolak, Reynand tetap berada di sana.

"Kamu bisa mengerjakan pekerjaan mu, dan aku akan duduk-duduk di kursi itu saja sambil menunggu kamu selesai," ujar Reynand memutuskan. Bella tidak membantah. Ini lebih baik daripada dia harus di bantu oleh Pak Reynand.

Bella menghadap komputer lagi. Mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Ponselnya bergetar. Nugi ingin menjemputnya. Bella menolak. Ia meraih ponsel dan mengetikkan balasan.

"Aku lembur. Bilang saja pada mama aku akan pulang sendiri." Klik. Bella mengirim pesan itu dan meletakkannya lagi pada meja. Dari kursi di samping, Reynand memperhatikannya.

"Bapak gak capek nungguin saya selesai?" tanya Bella akhirnya.

"Tidak Bella. Kerjakan pekerjaan mu dengan tenang," sahut Reynand. Bella menghela napas. Tiba-tiba Reynand berdiri dan berjalan keluar.

"Mau kemana Pak Reynand?" gumam Bella. Pria itu pergi tanpa pamit. "Terserah. Aku lebih tenang jika sendiri." Bella mengabaikan.

Dia melanjutkan menyelesaikan pekerjaannya yang tadi

***

"Sebaiknya kamu hentikan dulu perkejaan mu, Bella. Kita makan dulu," ujar Pak Reynand yang tiba-tiba muncul. Rupanya pria ini bukan pergi tanpa pamit. Tangannya sekarang membawa paper bag besar yang berisi dengan makanan dan minuman. Sepertinya tadi sengaja pergi untuk membeli itu.

"Saya tidak ..."

"Jangan membantah Bella. Aku sudah bersusah payah memesan ini untukmu," ujar Reynand dengan sedikit bercanda.

"Baiklah, Pak." Bella menutup laman pekerjaan. Dia menghampiri Pak Reynand yang duduk di sofa. Ternyata itu makanan cepat saji.

"Apa kamu menyukai ini?" tanya Reynand.

"Saya menyukai makanan apapun Pak," sahut Bella.

"Syukurlah. Ayo makan. Jadi kamu bisa segera menyelesaikan pekerjaan dan bisa pulang."

"Jadi tujuan makanan ini begitu, Pak? Agar Bapak bisa cepat pulang juga?" tanya Bella dengan gurauan.

"Hahaha ... Tidak, tidak. Aku lebih senang berlama-lama denganmu," ujar Pak Reynand. Lagi. Itu aneh. Bella melirik pria di sebelahnya. Di luar dugaan, Pak Reynand ternyata juga sedang menatapnya. Bella mengalihkan perhatian pada minuman di depannya.

"Ini punya saya, Pak?" tanya Bella tanpa menoleh.

"Ya," sahut Pak Reynand. Bella langsung meneguk minuman yang ternyata berisi cola itu. Ini membuatnya tersedak. "Uhuk! Uhuk!"

"Bella!" Pak Reynand panik. Dia langsung mengambil air di dispenser di ruangan ini. Lalu kembali dan menyodorkan pada Bella. "Ini cepat minumlah." Bella menerima gelas dan langsung meminumnya. Batuk Bella mulai reda. Tenggorokannya tidak sakit lagi. "Sudah tidak apa-apa?" tanya Reynand.

"Ya." Bella mengangguk.

"Hhh ... Kamu bikin aku cemas." Reynand menghela napas. Bella mengusap bibirnya dengan tisu. Suasana hening sesaat karena Bella masih menenangkan dirinya dari tersedak tadi.

"Bella, ada yang ingin aku katakan padamu," kata Pak Reynand memecah keheningan lebih dulu.

"Bapak katakan saja," ujar Bella tanpa terpikir apapun. Namun beberapa saat ia merasakan sesuatu. Pak Reynand tampak gugup. Bola matanya menatapnya dengan dalam. Ada apa ini?

"Bella, sebenarnya ... aku mencintai kamu," ucap Reynand tanpa basa-basi menunjukkan kalau dirinya adalah laki-laki sejati.

"A-apa?" tanya Bella terkejut. Dia tertegun mendengar pengakuan ini. Tubuhnya membeku sesaat. "Saya ... tidak salah dengar ini?" tanya Bella tersendat saking terkejutnya sambil menatap pria yang menjadi atasannya ini.

"Iya Bella. Kamu tidak salah dengar. Aku mencintai mu," ungkap Reynand mengulangi pengakuannya tadi. Bella terdiam lagi. Kalimat pertama sudah membuat Bella syok. Pak Reynand menambahi lagi dengan kalimat kedua yang membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Indra pendengarannya tidak salah. Dia memang mendengar pria ini menyatakan perasaannya.

"Pak Reynand." Bella mengambil napas dulu. Seakan-akan dia mau bicara yang panjang dan lebar. Perempuan ini berusaha tetap terkendali di balik rasa terkejutnya. "Saya ini hanyalah perempuan biasa. Saya tidak pantas untuk di cintai orang selevel Bapak. Pak Reynand seharusnya memilih wanita yang berkelas sama seperti Bapak juga. Bukan dengan karyawan seperti saya," ujar Bella.

"Bella, jabatan tidak penting. Buatku yang terpenting adalah ketulusan dan kesederhanaan. Aku bukan tipe pria seperti yang kamu katakan tadi," ujar Reynand seperti tersinggung dengan ucapan Bella tadi. "Aku merasa nyaman dengan mu."

"Maaf pak, kalau kata-kata saya menyinggung perasaan pak Reynand. Saya rasa Anda salah mengartikan rasa nyaman itu sebagai cinta."

"Tidak. Aku tidak salah," tegas Reynand. Bella menatap pria ini. Bola mata itu tampak tidak ragu. Dia bersungguh-sungguh.

"Saya bukan perempuan yang seperti Pak Reynand pikir. Mungkin di depan Bapak, saya perempuan yang baik, tapi mungkin saja saya adalah perempuan yang buruk di belakang Bapak," ujar Bella meyakinkan Reynand.

"Bella. Orang tidak akan mengatakan dirinya sendiri buruk. Aku justru salut kamu bisa mengatakan itu tanpa ragu. Itu membuat ku ingin tahu lebih banyak tentang mu. Jadi aku tidak peduli akan hal itu. Aku tahu kamu tipe wanita yang setia dan menghormati pasangan," ujar Reynand pantang mundur.

Bella menghela napas dalam-dalam seolah ingin mengeluarkan beban beratnya kali ini. Ingin mendorong pria ini menjauh darinya sekarang.

"Begini saja Bella. Aku akan beri kamu kesempatan untuk memikirkan hal ini."

"Tidak Pak. Jangan memberi kesempatan pada saya," tolak Bella terang-terangan.

"Maaf, tapi sepertinya aku harus memaksa," ujar Pak Reynand dengan senyum penuh cinta padanya. "Aku sudah terlanjur cinta sama kamu. Jadi aku akan menunggu mu," ujar Reynand sambil meraih tangan Bella dan menggenggam nya dengan erat.

Bella hanya diam. "Akan saya coba."

"Terima kasih, Bella. Kamu bisa makan makanannya sekarang," ujar Reynand mempersilakan.

"Sepertinya saya tidak bisa makan dengan nyaman sekarang," canda Bella membuat Reynand tertawa.

"Kamu juga lucu ternyata," ujar Reynand dengan tatapan penuh cinta. Bella tidak tahu lagi. Dia tidak bisa berkata-kata. Pikirannya kacau.

****

Sementara itu Nugi sudah tiba di rumahnya.

"Loh Bella mana? Kok kamu pulang sendiri lagi, Nugi?" tanya Bu Yola yang melihat kepulangan putranya tanpa istri.

"Bella masih ada pekerjaan Ma. Jadi dia pulang agak telat," sahut Nugi.

"Kamu tidak berbohong lagi pada Mama?" tanya beliau curiga. Ingatan soal Nugi yang berbohong soal Bella yang lembur masih ada.

"Nugi enggak bohong, Ma. Ada riwayat chat kami berdua." Nugi memang tidak berbohong. "Nugi mau ke kamar Ma. Gerah ini mau mandi dulu," kata Nugi menghindari mamanya bertanya yang macam-macam lagi.

"Ya sudah kamu cepetan mandi gih sana." Mama melepaskan putranya karena beliau percaya kali ini Nugi tidak berbohong. Kemudian Nugi berjalan meninggalkan mamanya dan berjalan menuju ke kamarnya.

Setelah selesai mandi, Nugi menonton acara televisi yang entah kenapa begitu membosankan. Bola matanya melirik pada sofa, yang berubah menjadi fungsi menjadi ranjang untuk Bella.

..._______...

Terpopuler

Comments

Yanti dian Nurhasyanti

Yanti dian Nurhasyanti

bella terus terang aja sama pk rey tentang masalah kehidupan kamu biar kamu bisa terbebas dari c nugi..

2023-07-30

1

iis

iis

yes bnget pak rey Semoga nugi panas

2023-06-16

0

%ER%

%ER%

bella yg di tembak kok aku yah yg deg deg serrr

2023-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!