Modalin Aku Dong, Mas

Modalin Aku Dong, Mas

Modal 1

Sinar mentari masih malu-malu untuk menunjukan sinarnya, udara dinginpun masih terasa menusuk di kulit, namun seorang wanita muda dengan daster lusuh dan rambut yang hanya dikuncir sederhana sudah sibuk berkutat di dapur. Menyiapkan sarapan untuk suami dan ibu juga mertuanya.

Tepat pukul enam pagi, nasi goreng seafood lengkap dengan telur mata sapi sudah terhidang di meja makan. Arum segera menaiki anak tangga menuju ke kamar untuk membangunkan sang suami.

"Mas, bangun. Sudah jam enam," ucap Lembut wanita itu sembari menggoyangkan pelan bahu sang suami.

Perlahan Arka membuka matanya, lelaki itu melangkah ke kamar mandi tanpa membalas senyuman dari sang suami. Arum tak mengambil hati akan tingkah sang suami yang sudah biasa ia dapatkan selama setahun belakangan ini, wanita itu memilih untuk menyiapkan setelan kantor sang suami dan kembali ke meja makan. Di sana sudah duduk seorang wanita paruh baya yang menatap remeh ke arahnya.

"Selamat pagi, Bu," sapa Arum pada ibu mertuanya.

"Bikinin saya teh, sekalian kopi buat suami kamu," perintah Bu Kanti tanpa membalas sapaan sang menantu.

Arum hanya mengulas senyum kemudian memutar badanya untuk kembali ke dapur. Wanita itu kembali dengan membawa secangkir teh untuk ibu mertua dan secangkir kopi untuk sang suami.

"Silahkan, Bu. Ini tehnya," ucap Arum sembari meletakan secangkir teh di atas meja.

Bu Kanti tak menjawab, wanita paruh baya itu hanya melirik sekilas kemudian menyesap tehnya. Beberapa menit kemudian Arka turun dengan pakaian yang sudah rapi dan langsung menghenyak di salah satu kursi. Dengan sigap, Arum mengambilkan makanan untuk sang suami baru kemudian mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Tak ada suara selain piring yang beradu dengan sendok dan garpu.

"Arum," panggil Arka setelah menghabiskan sarapanya.

"Iya, Mas?" jawab Arum dengan lembut

"Kamu bisa nggak sih, sekali aja rapiin penampilan kamu. Bosan aku tiap hari lihat wajah kusam, daster lusuh dan sekarang tambah lagi itu rol rambut ngapain masih kamu pakai ke mana-mana?"

Mata Arum membola mendengar ocehan sang suami, sedari tadi pagi wanita itu tak menyadari jika dirinya belum melepas rol rambut yang bertengger di kepalanya sejak semalam. Perlahan wanita itu meraba puncak kepalanya sendiri dan mengambil rol rambut yang sudah berhasil membuat kesal sang suami.

"I- ini tadi aku lupa copot karena aku bangun kesiangan dan buru-buru mau masak buat sarapan, Mas," ujar Arum membela dirinya.

"Halah, alasan aja kamu. Mana tiap malem bau balsem, tiap pagi bau bawang ditambah penampilan acak-acakan begini. Malas aku lihatnya, nanti malam aku pulang telat. Aku mau nongkrong sama teman-temanku biar nggak suntuk lihat wajahmu terus," omel Arka yang langsung berlalu meninggalkan meja makan tanpa pamit pada dirinya, beberapa menit kemudian terdengar suara mobil Arka yang menjauh.

"Makanya jadi perempuan itu harus bisa ngerawat diri donk, masa belum punya anak aja penampilan udah kayak gini. Gimana nanti kalau udah punya anak, bisa makin jelek kaya genderuwo kamu." Kini giliran Bu Kanti yang mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk Arum.

Wanita muda itu tak membalas, Arum memilih untuk membereskan piring-piring kotor bekas sarapan mereka tadi karena enggan untuk berdebat dengan ibu mertuanya. Bagi Arum cemoohan dari suami dan mertuanya sudah menjadi makanan sehari-hari semenjak dirinya berhenti bekerja.

"Aruuummm!" Baru saja Arum selesai mencuci piring, sudah terdengar suara teriakan Bu Kanti dari dalam kamarnya.

Wanita muda itu berlari tergopoh menuju kamar ibu mertuanya.

"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Arum setelah tiba di depan pintu kamar Bu Kanti.

Wanita paruh baya itu menghampiri sang menantu dengan membawa beberapa baju yang nampaknya masih baru, wajah Arum berbinar karena mengira baju-baju itu akan diberikan Bu Kanti untuk dirinya agar bisa tampil lebih menarik di depan sang suami.

"Nih, nanti kamu cuci. Jangan pakai mesin cuci karena itu masih baru dan harganya mahal. Awas kalau sampai rusak," perintah Bu Kanti sembari melemparkan baju-baju mahalnya ke wajah Arum.

Arum hanya mengangguk dan memutar badan hendak mencuci baju ibu mertuanya.

"Arum, Tunggu!" Suara menggelegar Bu Kanti kembali membuat Arum menoleh.

"Nanti jam tiga sore ada arisan sosialita di rumah ini. Kamu belanja ke pasar dan masak yang enak. Satu lagi, jangan sampai nanti kamu malu-maluin saya di depan teman-teman saya dengan penampilan kamu yang kayak gembel begini!" Lagi-lagi ucapan Bu Kanti membuat hati Arum terasa nyeri, wanita muda itu mengangguk dan segera berlalu dari hadapan ibu mertuanya.

Dengan langkah gontai Arum menuju ke ruang laundry dan mencuci baju-baju itu dengan tangan. Setelah selesai dengan urusan baju-baju mahal itu, Arum bergegas pergi ke pasar dengan menaiki sepeda motor matic.

"Gimana mau keliatan cantik dan terawat, wong kerjaanya aja tiap hari kayak babu. Duit belanja aja seringnya habis buat masak-masak di acara arisan ibu mertua. Kalau mau aku cantik ya harusnya dimodalin, bukan malah ngomel melulu tiap hari," monolog Arum sembari melajukan sepeda motornya.

Wanita itu membeli beberapa bahan makanan untuk membuat cemilan sebagai suguhan arisan ibu mertuanya. Arum memilih untuk membuat risol mayo dan brownies kukus hari ini. Badanya yang lelah membuatnya ingin buru-buru pulang setelah selesai belanja.

Saat tiba di rumah nampak pintu yang telah terkunci, beruntung wanita itu membawa kunci cadangan di dalam saku dasternya.

"Pasti lagi shopping nih ibu, tapi syukur deh. Jadi nggak perlu ribet bikinin makan siang, mending aku buat mi instan aja terus makan," oceh Arum sembari menyimpan barang-barang belanjaanya.

Arum memasak sebungkus mi instan dengan dua butir telur sebagai menu makan siangnya kemudian beristirahat sejenak dan membuat cemilan pesanan ibu mertuanya.

Tepat pukul setengah tiga sore Arum telah selesai menata cemilan yang dibuatnya di meja makan. Wanita itu memutuskan untuk segera mandi dan mengganti daster lusuhnya sebelum Bu Kanti pulang bersama rombongan sosialitanya.

Ting tong, Arum menghembuskan napas kasar mendengar bunyi bel pintu yang sudah pasti dipencet oleh ibu mertuanya. Dengan buru-buru Arum berlari untuk membukakan pintu. Dan benar saja Bu Kanti tengah menatap tajam kepada dirinya. Sedangkan emak-emak sosialita yang berdiri di belakang sang mertua tengah menelisik penampilan Arum dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Dari mana aja kamu, bukain pintu aja lama bener," ketus Bu Kanti tanpa peduli sedang ada banyak orang yang melihat.

Arum menarik napasnya panjang dan menghembuskanya secara perlahan, berusaha untuk menetralkan emosinya agar tak meledak.

"Maaf, Bu. Arum baru saja selesai bikin cemilan untuk acara arisan ibu dan tadi Arum mau mandi," balas Arum dengan selembut mungkin meski hatinya terasa sakit.

"Ya sudah sana mandi." Arum mengangguk dan segera menuju ke kamar untuk membersihkan diri.

"Ya ampun, Jeng. Itu menantumu penampilanya kok kayak pembantu gitu sih, mana bau banget lagi." Arum tak lagi memperdulikan cemoohan yang terdengar di telinganya.

Wanita itu memilih masuk ke kamar mandi dan menangis tanpa suara di sana untuk meluapkan kesedihanya. Lima belas menit kemudian Arum keluar dari kamar mandi dan hendak berganti pakaian.

"Aruuummm!"

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

pergi saja Arum daripada terseksa batin mu

2023-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!