Dendam Sang Gadis Bulan
Pagi yang lumayan cerah untuk memulai sebuah hari, seorang gadis sedang berjalan dengan riang di sebuah jalan kecil mengenakan seragam sekolah kebanggaannya. Sambil sesekali bersenandung kecil, gadis tersebut pun tiba di depan sebuah bangunan besar.
Berhenti sejenak menatap bangunan di hadapannya, "Huh, hari terakhir ujian,” ucapnya pelan, melanjutkan langkahnya masuk ke dalam bangunan tersebut.
Seperti biasa, orang-orang yang berada di sepanjang lorong selalu memperhatikannya. Tatapan mata tak suka, iri bahkan benci jelas terpancar dari beberapa di antara mereka. Tapi tak jarang juga ada yang menyapanya dengan senyum ramah dan bersikap biasa saja.
Bagi Aylin, ya Aylin Haashi Diexa adalah gadis yang sejak awal selalu menjadi pusat perhatian dimana pun dia berpijak. Ia pun terkadang merasa lelah jika harus menghadapi situasi yang sama tidak menyenangkannya setiap hari.
Sebenarnya Aylin memaklumi mengapa mereka dan orang-orang di sekitarnya selalu memberikan tatapan seperti itu, sudah pasti karena fisiknya yang sangat kontras perbedaannya dengan yang lainnya.
Rambut ikal panjang yang berwarna putih perak dan terakhir bola mata yang berwarna senada dengan rambutnya namun sedikit lebih ke abu-abu. Ingat hanya sedikit.
Jelas saja hampir semua orang selalu melemparkan berbagai tatapan aneh kepadanya, karena menjadi orang yang berbeda dengan yang ada di sekitarmu itu menyebalkan.
Hingga tiba-tiba seseorang menghadang langkahnya.
Aylin menatap heran pada gadis yang ada di hadapannya itu.
"Heh cewek pucat! Berani-beraninya deketin pacar gue!" serunya marah.
Aylin hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Kamu salah orang, aku ga kenal kamu bahkan pacar kamu,” sahutnya lelah menghadapi bal-hal seperti ini setiap hari.
"Halah ga usah sok gatau deh lo!" Gadis itu pun langsung menjambak Aylin secara tiba-tiba.
Aylin yang tak siap dengan serangan mendadak itu pun mau tak mau terhuyung dan melakukan perlawanan. Kareana beberapa orang nyg sedang menyaksikannya hanya menatap penasaran tanpa niat membantu sama sekali.
"Lepasin!" pekik Aylin kesal.
"Gak akan! Dasar cewek murahan!" ucap gadis bernama Maria yang sedang menjambak Aylin.
Merasa Maria tak akan mendengar ucapannya, Aylin membalas perbuatan Maria padanya. Ia menjambak balik Maria bahkan sampai beberapa helai rambutnya terlepas.
"Arghhh sialan lo! Lepasin gw!" ucap Maria kesakitan.
"Kamu dulu yang lepasin!" jawab Aylin kesal tak ingin melepaskan jambakannya sebelum Maria terlebih dahulu.
Maria yang semakin kesakitan pun melepaskan jambakannya pada Aylin, kemudian ia memegangi kepalanya yang terasa pening. Mengapa Kepalanya sangat sakit saat di jambak oleh gadis lemah seperti Aylin? Pikinya.
"Awas aja lo!" ucapnya kesal kemudian pergi dari sana.
Aylin yang melihat itu pun mendelik kesal dan merapikan kembali rambutnya yang berantakan akibat perkelahian tidak jelas tadi.
"Dasar cewek bar-bar!" ujarnya kesal kemudian melanjutkan langkah menuju kelas mengabaikan orang-orang yang sejak tadi memperhatikannya.
Aylin sampai di kelasnya, ia berjalan menuju tempat duduknya yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah.
Melupakan kejadian tadi, Aylin pun memilih menghabiskan waktu dengan membaca novel miliknya. Tenggelam dalam cerita dari novel yang dibacanya, Aylin tak menyadari seseorang sedari tadi sudah duduk di hadapannya sambil memandangnya lekat.
"Aylin!" panggilnya singkat, tapi cukup untuk mengalihkan fokus Aylin.
Aylin mengalihkan pandangannya pada Kyne,
"Kyne! Kamu baru datang?" tanya Aylin dengan nada santai sambil menutup novelnya.
"Iya, baru aja. Lo itu kalo udah baca novel kayak ga ada orang lain di dunia ini, asyik sendiri tau ga?" ucap Kyne mengejek.
"Kalau ga baca, aku harus ngapain lagi? Toh, ga ada kegiatan lain selain itu kan?" jawab Aylin dengan nada bertanya.
"Banyak loh kegiatan lain, misalkan lo ngobrol sama orang-orang di sini," balas Kyne
Aylin nampak seperti berpikir, sebelum membalas perkataan lawan bicaranya itu.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Kyne, hanya saja menurutnya itu sedikit sulit. Karena selama bersekolah di sini, hanya beberapa orang saja yang mau bicara dengannya seperti Kyne. Bahkan mungkin tidak mencapai 10 orang, karena satu dan lain halnya.
"Kalau mereka bisa biasa aja ke aku, mungkin itu bakalan bisa terjadi,” ucap Aylin pelan.
Terlihat sedikit kesuraman darinya saat mengatakan kalimat itu.
Aylin pun tentu saja ingin bisa bergaul dengan teman-temannya dan menjalani hidup sebagai siswa seperti yang lain. Tapi tak ada yang bisa ia harapkan dari semua itu.
"Yaudah, gapapa. Kan lo ada gue, semoga cukup deh sebagai teman buat lo!" Kyne mengucapkan kalimat dengan harapan Aylin tidak terlalu memikirkan soal teman. Toh, ini salahnya yang membicarakan soal itu kepada Aylin.
"Oh ya, lo udah belajar belom?" tanya Kyne mengalihkan pembicaraan.
"Udahlah, masa aku ga belajar haha. Lagipula hari ini hari terakhir ujian,” jawab Aylin seperti biasa.
"Semoga ga susah-susah banget deh, mumetnya ga nahan!" keluh Kyne tentang ujian yang menurutnya lumayan menyulitkan.
"Hmm, semoga,” balas Aylin singkat.
"Yaudah, gue mau ke anak-anak dulu deh. Bye!" Kyne pun bangkit dari duduknya, berjalan keluar kelas.
Aylin hanya memperhatikan punggung temannya itu, rasanya jika bukan Kyne yang memulai pertemanan dengannya mungkin dia tidak akan berbicara selama 3 tahun di sini. Ia lumayan bersyukur Kyne mau menjadi temannya semasa sekolah, karena setidaknya ia tidak perlu merasa sangat kesepian.
***
Sudah beberapa menit ujian berlangsung, Aylin tidak nampak kesulitan dengan ujiannya. Begitu pula dengan Kyne, yang terlihat santai. Padahal sebelumnya, ia terlihat seperti akan meledakkan isi bumi jika membahas tentang ujian.
Aylin melangkahkan kakinya ke depan kelas sambil membawa kertas jawaban miliknya dan meletakkannya di meja pengawas, sebelum akhirnya ia diperbolehkan keluar dari kelas dan pulang.
Saat keluar dari kelas, terlihat lorong sekolah yang sepi karena mungkin Aylin adalah yang pertama keluar kelas. Ia pun berjalan pelan, sambil sesekali memperhatikan sekitarnya. Menurutnya di sini tidak terlalu buruk, meskipun ada beberapa masalah baginya saat awal masuk sekolah dulu.
Setelah ini, ia akan jarang bahkan tidak akan pernah menginjakkan kakinya di sekolah lagi jika sudah lulus. Ya, kecuali jika ada keperluan.
***
Ketika menyusuri lorong, ia melihat seperti terbawa ke sebuah visual masa lalu. Tampilan lorong seketika berubah seperti sebuah bangunan jaman kerajaan. Aylin melihat sekelilingnya bingung, ia pun memilih menyusuri lorong itu dengan seksama.
"Hah? Apa ini? Kenapa tempatnya berubah?" tanyanya bingung akan perubahan tempat yang terjadi secara kilat.
Ia melihat ke sekitarnya, memilih untuk melangkahkan kaki dalam diam.
Hingga langkahnya terhenti di depan sebuah lukisan, di lukisan itu terlihat potret seorang gadis yang sangat mirip dengannya. Wajahnya menunjukkan aura yang luar biasa, bahkan terkesan misterius.
"Siapa gadis itu? Ia begitu mirip dengan ku!" ucapnya terkejut.
Aylin yang terkejut melihat lukisan itu pun memundurkan langkahnya, tanpa disadari ia masuk kedalam sebuah ruangan yang berada tepat di belakangnya.
"Aaa!!! Apa lagi ini! Mengapa aneh sekali!" gumamnya frustasi dengan apa yang sedang ia alami.
Ia pun mulai memperhatikan seluruh ruangan itu dengan seksama. Tampak seseorang yang sedang terbaring di sebuah kasur mewah yang ada di ruangan tersebut.
Aylin pun melangkahkan kakinya mendekat, saat hampir melihat wajah gadis yang terbaring itu i. Ia dikejutkan oleh suara teriakan di belakang tubuhnya.
"HENTIKAN, RATU!!" teriak suara misterius secara tiba-tiba.
Aylin yang kembali terkejut pun secara refleks membalikkan tubuhnya, tapi saat melihat ke belakang. Keadaan sekitarnya sudah kembali seperti semula, yaitu ia kini berada di lorong sekolah.
"Arghh! Apa itu! Aneh sekali,” ucapnya pelan, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Lama ia terdiam, sibuk dengar pemikirannya. Akhirnya Aylin menyerah
"Ah udahlah, lupain aja!" ucapnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments