Mimpi Aneh

Memilih mengabaikan kilas balik tadi, dari pada membuatnya pusing tidak jelas.

Ia pun melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Sampai di ujung lorong, Aylin sepertinya melihat seseorang yang familiar baginya. Langkahnya pun mulai cepat, hendak menyapa orang yang di lihatnya.

"Liam!" panggil Aylin saat Liam sudah di hadapannya.

Liam yang merasa terpanggil pun menoleh dan melihat Aylin berjalan ke arahnya.

Sambil tersenyum ia menunggu gadis berambut putih itu berhenti di hadapannya.

"Kamu udah selesai?" tanya Liam pada Aylin yang memanggilnya tadi.

"Udah, kamu udah? Kayanya kamu selesai lebih dulu?" balas Aylin.

"Ngga, aku baru selesai kok. Mau pulang bareng?" ajak Liam.

Aylin hanya mengangguk setuju.

Mereka pun berjalan beriringan sambil sesekali bercengkrama selayaknya teman yang sudah mengenal lama.

Liam Merfe Malice, teman Aylin sedari kecil. Karena orang tua mereka berteman, memungkinkan keduanya menjadi akrab. Rumah keduanya pun berada di satu komplek yang sama, hanya berbeda beberapa rumah saja.

Bagi Aylin, Liam sudah seperti kakak dan sahabatnya. Karena menurutnya hanya Liam yang sejak dulu tidak pernah memandangnya aneh dan bersedia menjadi temannya tanpa syarat apapun. Liam bahkan selalu ada di saat-saat yang buruk dalam hidupnya.

Mereka melangkahkan kaki bersama keluar sekolah, karena jarak sekolah dan rumah mereka tidak jauh. Terkadang baik Liam maupun Aylin memilih berjalan kaki ke sekolah dari pada memakai kendaraan. Hari ini secara kebetulan mereka sama-sama tidak membawa kendaraan, dengan tujuan yang sama. Yaitu ingin menikmati hari-hari terakhir sekolah, dengan berjalan kaki.

Sepanjang perjalanan keduanya saling melempar canda an tawa.

"Habis lulus, kamu mau lanjut kemana?" tanya Aylin tiba-tiba.

"Aku? Mungkin aku bakal lanjut kuliah keluar negeri, kalau kamu?" balas Liam sambil menatap Aylin yang berjalan di sampingnya.

"Aku belum tau sih, mungkin ngikut kamu aja biar ada temen," ucap Aylin santai, sambil tertawa kecil.

"Kaya beneran aja kamu, emangnya orang tua kamu ngizinin?" tanya Liam santai, karena tau Aylin tak mungkin pergi jauh dari kedua orang tuanya.

"Hmm, bener juga. Yaudah deh, aku di sini aja kayaknya. Toh kalau keluar negeri aku juga gatau mau ngambil kuliah apa," jawab Aylin sambil berpikir tentang ucapannya.

Menurutnya kuliah keluar negeri itu tidak mungkin, apalagi kalau harus jauh dari orang tuanya. Dengan posisinya sebagai anak tunggal, mana mungkin orang tuanya rela melepaskan putri mereka satu-satunya ke negeri orang.

Aylin pun sampai di rumahnya setelah Liam pulang lebih dulu.

"Aku pulang!" ucapnya sembari melangkahkan kaki ke dalam rumah.

Rumah terasa sepi dan menurut Aylin hal itu terasa tidak biasa. Karena biasanya Karina atau ibu Aylin pasti akan menyambut anak semata wayangnya saat pulang sekolah.

Aylin pergi ke dapur untuk mengecek ibunya, mungkin ibunya sedang memasak makan siang hingga tak mendengar suara Aylin ketika pulang.

"Bunda!! Bunda dimana?" panggil Aylin dengan nada nyaring, berharap sang ibu mendengarnya. Namun, tak ada sahutan, memikirkan hal itu Aylin pun menyerah. Mungkin ibu Aylin sedang pergi keluar.

Puas berkeliling rumah mencari keberadaan ibunya, Aylin pun memilih menuju kamar dan beristirahat sejenak.

"Huh! Capek juga, padahal cuma sekolah sebentar," ucapnya begitu memasuki kamar.

Meletakkan tas dan berganti baju, kini Aylin memilih merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangan.

"Bunda kemana ya? Tumben ga ada dirumah,” ucapnya bermonolog.

Karena penasaran dengan ibunya yang pergi entah ke mana, Aylin pun mengaktifkan ponsel berniat menghubungi Karina ibunya.

Belum sempat ia menelpon Karina, ponselnya lebih dulu berbunyikan notifikasi pesan dari kedua orang tuanya.

"Sayang, hari ini bunda pergi keluar kota nemenin ayah kamu mendadak. Maaf ya bunda ga kasi tau, mungkin besok siang bunda pulang. Kamu hati-hati ya dirumah!"

"Aylin, ayah sama bunda ada urusan mendadak keluar kota, kamu hatihati dirumah! Kalau ada apa-apa, minta tolong sama Liam ya!"

Helaan nafas terdengar begitu Aylin selesai membaca pesan dari orang tuanya. Ya mau bagaimana lagi, orang tuanya sudah berangkat sejak tadi. Mau tidak mau ia harus sendirian hari ini.

"Yaudah deh, mending tidur siang dulu. Ngantuk banget,” ucap Aylin.

Aylin memilih tidur siang dari pada makan siang, karena merasa sangat mengantuk. Padahal ini belum masuk jam tidur siang, tapi rasanya sudah sangat mengantuk bagi Aylin. Ia pun mulai terlelap secara perlahan.

Aylin menatap sekelilingnya ngeri, mayat-mayat bergelimpangan sejauh matanya melihat, jalanan dan tanah bahkan menjadi semerah darah, langit yang gelap gulita dipenuhi petir yang menyambar-nyambar, sedangkan dari kejauhan ia mendengar suara ledakan yang sangat kuat.

Ia pun berjalan ke arah suara tersebut dengan langkah perlahan hingga tampak seorang gadis yang mirip dengannya sedang berdiri dengan penuh amarah menatap seseorang di hadapannya.

"Dasar manusia tidak tau diri! Beraninya kau membunuh mereka hanya karena tahta dan kekuatan gelap itu!"uUcap gadis berambut putih itu dengan amarah yang sudah tak terbendung lagi.

Rambut serta gaunnya melayang-layang tertiup angin kencang yang mungkin akibat dari amarahnya.

"HA HA HA! Memangnya kau tau apa? Gadis lemah yang mendadak menjadi putri kekaisaran sepertimu tidak pantas mempertanyakan perbuatanku!" ujar sang pria dengan tatapan remeh seakan tidak bersalah.

"Aku membunuh mereka karena kau! Kehadiranmu menghalangi semua rencana yang sudah ku susun rapi selama ini!" lanjutnya kini dengan amarah.

"Seharusnya kau yang mati, tapi mengapa semua orang selalu melindungi mu gadis rendahan!" cercanya pada gadis berambut perak itu.

Sang gadis yang semakin marah setelah mendengar ucapan si pria, menyerang pria tersebut secara membabi buta.

Tanpa menyadari tak satu pun dari serangannya mengenai sang pria, karena amarah dan benci terlalu membutakannya.

"Lihatlah, gadis lemah seperti mu tidak mungkin mampu membunuhku. Haha,” ejek sang pria sengaja memancing kemarahan gadis berambut perak.

Serangan demi serangan ia lancarkan untuk membunuh si pria jahat itu, tapi bukannya mengenai sang pria justru kekuatannya mulai habis.

"Apa yang terjadi!" ucap sang gadis pada diri sendiri.

Belum sempat ia memikirkan tentang kekuatannya yang mendadak berkurang bahkan hampir habis, sebuah serangan mengenainya hingga membuatnya terpental.

Aylin yang menyaksikan itu ingin menghampiri sang gadis tapi entah sejak kapan tubuhnya tidak bisa digerakkan, terpaksa ia hanya bisa menyaksikan semuanya.

"Uhuk!" Sang gadis bahkan sampai memuntahkan darah akbit serangan itu.

"Bajingan!" pekiknya menatap marah pada sang pria yang menyerang saat ia lengah.

Pria itu berjalan ke arah sang gadis dengan senyum iblisnya.

"Bukan kah sudah ku bilang sebelumnya? Kau tidak akan menang melawanku,” ucapnya angkuh.

"Dasar bajingan! Aku tidak akan memaafkanmu, aku akan menyiksamu hingga kau memohon untuk kematianmu sendiri!" geram sang gadis pada pria itu.

"Ha ha ha ha.” Ia pun tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan orang sekarat di hadapannya itu.

"Sadarlah nona, kau bahkan tidak bisa bangun setelah menerima satu seranganku. Mengapa kau begitu sombong? Aku bahkan akan membunuhmu sebentar lagi!" ujarnya bengis.

"Aku akan membalas semua perbuatanmu bajingan!" ucapnya marah sambil merasakan sakit yang luar biasa akibat serangan pria itu.

Lalu tanpa basa basi sang pria mengarahkan pedangnya pada leher sang gadis.

"Selamat tinggal gadis pengganggu!" ucapnya cepat dan

Krashh, kepala sang gadis pun terlepas dari tubuhnya hingga darahnya mengucur deras.

Aylin yang menyaksikan hal itu pun berteriak histeris tak menyangka.

"AAAaaa....hah hah hah!" Aylin tersadar dari mimpi buruknya dengan terengah-engah.

Ia memegangi lehernya ngeri, rasanya seperti ia yang di penggal dan kemarahan sang gadis bahkan bisa ia rasakan.

Sejenak ia memikirkan sesuatu, ini bukan pertama kalinya ia memimpikan tentang gadis yang mirip dengannya itu. Beberapa minggu belakangan ia sering memimpikan hal yang sama dan berkaitan satu sama lain, karena tak seperti mimpi biasanya yang akan mudah terlupakan begitu bangun.

Mimpi tentang gadis itu malah seperti menyatu dengan ingatannya, ia semakin heran. Tapi semakin dipikirkan justru semakin bingung, bahkan ditambah dengan kejadian di lorong sekolah tadi. Mau tak mau membuatnya harus memikirkan hal itu, walaupun pada akhirnya ia menyerah karena tidak paham.

"Huhhh, yaudahlah. Semoga gadis itu bisa hidup kembali dan membalas dendamnya!" ucap Aylin yang entah sejak kapan ia merasa marah pada pria yang tak ia ketahui itu.

Pria itu benar-benar jahat, ia tanpa sadar ikut membencinya.

Ia pun melangkah ke kamar mandi, berniat membersihkan diri sebelum membuat makan malam untuknya sendiri. Bergegas mandi dan berpakaian seadanya.

Aylin menuju ke dapur untuk mengisi perutnya yang keroncongan, karena hari sudah gelap ketika ia bangun tadi.

"Gini deh kalau ga ada Bunda, jadi bingung mau makan apa,” gerutunya sembari melihat-lihat isi kulkas.

Ia mulai mengeluarkan bahan-bahan masakan yang diperlukannya dari kulkas dan mulai memasak makan malam untuk disantapnya.

Karena tak ingin ribet, Aylin memilih masakan sederhana saja untuk dibuatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!