Kabar Buruk

Hari sudah semakin malam dan kali ini benar-benar sunyi bagi Aylin yang sedang menghabiskan waktunya dengan membaca novel, suasana malam ini sedikit mencekam tak seperti biasanya.

Ia pun larut dalam bacaannya sampai terdengar suara ketukan pintu di depan rumah.

"Siapa ya? Malam-malam begini tumben ada tamu,” gumamnya bangkit dari duduk dan berjalan menuju pintu depan.

tok tok tok

"Iya sebentar," sahutnya nyaring.

Pintu pun dibuka. Aylin merasa aneh melihat tamunya, yaitu Liam sang tetangga sekaligus temannya. Penasaran dengan apa yang membawa Liam kemari, Aylin pun bertanya.

"Loh, tumben kamu ke sini malam-malam? Ada apa?" tanya Aylin penasaran

Liam yang berdiri di hadapannya hanya terpaku menatap Aylin dengan pandangan yang sulit diartikan. Merasa Liam tak menjawab pertanyaannya, Aylin kembali bertanya.

"Liam! Kamu kenapa sih? Kok diam aja! Bikin merinding tau ga?" ujar Aylin kesal karena Liam tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Hening beberapa detik, hingga Liam pun membuka suara tentang kedatangannya yang tidak tau waktu.

“Ay, kamu jangan panik ya? Inget ada aku yang bakal nemenin kamu. Kamu harus kuat, apapun yang terjadi kamu harus tabah." ucap Liam pelan, yang membuat Aylin justru semakin penasaran dan sedikit deg-deg an.

"Aneh kamu, emangnya ada apa sih? Coba kasi tau aku, jangan bikin penasaran deh." tanya Aylin lagi.

"Maaf, Ay," ucap Liam lirih, takut membuat teman baiknya terguncang dengan kabar yang dibawanya.

"Kenapa sih? Cepetan dong!" seru Aylin kesal, karena lawan bicaranya sedari tadi hanya berucap lirih dan tidak jelas.

"Orang tua kamu kecelakaan, Ay. sekarang mereka lagi di bawa ke rumah sakit," ucap Liam cepat, sambil menunggu reaksi gadis di depannya ini.

Aylin terdiam mematung mendengar ucapan Liam, rasanya ia ingin mendengar kata bercanda diucapkan oleh teman baiknya itu. Atau mungkin telinganya rusak hingga ia salah dengar?

"Kamu ngomong apa? Kamu bercanda kan?" lirih Aylin, ingin memastikan perkataan Liam berharap pendengarannya salah.

"Aku serius, orang tua kamu kecelakaan. Sekarang orang tua aku dalam perjalanan pulang ke sini buat jemput kita. Kamu ganti baju dulu ya?" kata Liam pelan, berusaha mengatakan segalanya dengan pelan dan dapat di terima oleh Aylin.

Aylin hanya terdiam setelah mendengar perkataan Liam dengan jelas, matanya menatap jauh entah ke mana. Pikirannya kacau, berbagai kemungkinan buruk berkeliaran di kepalanya secara bergantian.

"Ay!" Panggil Liam, berusaha mengembalikan kesadaran Aylin.

Aylin tak menjawab, ia pun kemudian berbalik pelan.

"Aku ganti baju dulu,” ucapnya lirih nyaris tak terdengar oleh Liam.

Ia berjalan ke arah kamarnya, mengganti pakaian serta tak lupa memasuki kamar kedua orang tuanya. Membawa beberapa keperluan yang mungkin dibutuhkan oleh mereka nanti.

Berusaha tegar dan tidak ingin memperkeruh suasana yang sudah berkabut. Aylin menahan dirinya agar tidak menangis, karena ia yakin tidak akan terjadi apa-apa pada orang tuanya.

Ia pun melangkah ke ruang tamu perlahan sembari kedua tangannya membawa tas berisi keperluan orang tuanya. Di sana sudah ada Om Zian dan tante Eliza yang sedang menunggunya berserta Liam.

Begitu melihat anak semata wayang dari sahabatnya, Eliza segera menghampiri dan memeluk Aylin. Berusaha menyalurkan energi positif padanya, agar tidak terlalu memikirkan hal ini.

Aylin pun membalas pelukan dari sahabat ibunya itu dengan pelan, berusaha keras agar tidak menangis sekarang.

"Aylin sabar ya? Orang tua kamu pasti gapapa, mereka pasti bisa ngelewatin semuanya,” ucap Eliza sambil menangis pada Aylin.

Di tatapnya sayang, anak dari sahabatnya Karina. Hatinya teriris melihat Aylin berusaha menahan tangisnya, kedua mata Aylin tampak memerah.

"Yaudah, kita pergi sekarang ya. Ayo,” ucap Zian ayahnya Liam, sambil mengambil kedua tas yang di bawa Aylin.

Liam menatap Aylin dalam diam, berusaha memberi kekuatan pada temannya itu. Melihat Aylin yang diam seperti ini, rasanya sangat menyakitkan baginya. Mungkin lebih baik jika Aylin menunjukkan kerisauannya dari pada diam menahan semuanya.

Suasana di dalam mobil begitu suram, sesekali terdengar ucapan Eliza yang khawatir dengan sahabatnya dan isak tangisnya.

Aylin diam dengan tatapan kosong, entah apa yang ia pikirkan sekarang. Rasanya terlalu banyak hal yang masuk ke otaknya secara mendadak, ingin sekali ia memecahkan kepalanya agar merasa lebih baik.

Dadanya terasa seperti ada bongkahan batu besar yang membuatnya merasa sesak sepanjang perjalanan. Perasaan aneh seperti ini, baru kali ini ia merasakan perasaan yang begitu menyesakkan.

Beberapa jam menempuh perjalanan menuju rumah sakit, akhirnya mereka pun tiba di tempat tujuan.

Aylin beserta Liam dan kedua orang tuanya bergegas menuju ke dalam rumah sakit dan menanyakan keberadaan orang tua Aylin.

"Maaf, korban kecelakaan jl.A ada diruang mana ya?" tanya Zian selaku laki-laki dewasa disana.

"Sebentar saya cek dulu ya,” ucap petugas yang sedang berjaga di depan.

Setelah beberapa saat, akhirnya sang petugas bersuara.

"Korban kecelakaan jl.A saat ini sedang ditangani diruang operasi, silahkan lurus saja sampai ujung lorong,” ujar sang petugas sambil memberi arahan pada rombongan Aylin.

Usai mengucapkan terima kasih, mereka pun segera pergi menuju tempat yang dimaksud oleh petugas tadi.

Melihat ruang operasi di depan mereka masih tertutup, Aylin mendudukkan dirinya dalam diam sambil menatap ke arah pintu yang tertutup di hadapannya. Pikirannya selalu melayang jauh ke berbagai kemungkinan terburuk yang akan dihadapinya, rasa takut yang tak pernah dirasakan olehnya merayap dengan cepat ke seluruh tubuhnya. Aylin benar-benar kalut dalam kediamannya.

Sedangkan Liam yang duduk di sebelahnya, menatap gadis itu dengan tatapan khawatir. Karena Aylin sejak tadi hanya diam dengan tatapan menerawang, mau tak mau membuatnya cemas. Ia hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja dan Aylin dapat kembali seperti biasa. Sakit rasanya melihat gadis yang menjadi temannya sejak kecil harus menghadapi situasi seperti ini, Lebih baik ia melihat Aylin yang cerewet daripada diam dan terlihat begitu menyedihkan.

Beberapa menit berlalu dengan sangat lambat, hingga akhirnya pintu ruang operasi terbuka.

Aylin beserta yang lainnya segera bangkit dari duduknya menghampiri sang dokter yang baru saja keluar dari ruang tersebut.

"Keluarga Pak Hendra dan Ibu Karina?" tanya Dokter memastikan hal yang bersangkutan.

"Bagaimana keadaan orang tua saya dok?" tanya Aylin cemas.

Dokter pun segera menjelaskan kondisi kedua pasiennya pada Aylin.

"Pasien saat ini sedang menjalani masa kritisnya, untuk beberapa hal yang mendesak jadi pihak rumah sakit melakukan operasi ini secara mendadak tanpa persetujuan keluarga demi kebaikan pasien. Karena pendarahan yang dialami oleh keduanya tergolong parah dan beberapa organ tubuh yang patah dan rusak. untuk saat ini kami tidak bisa memberikan harapan apapun, sebaiknya keluarga mendoakan saja agar pasien segera melewati masa kritisnya. Saya permisi,” jelas dokter tersebut kemudian kembali masuk ke dalam ruangan.

Aylin yang mendengar penjelasan dokter merasa seluruh tubuhnya lemas tak berdaya, ia pun luruh ke lantai. tak bisa berkata apapun saat ini.

Liam yang melihat itu pun segera menuju Aylin dan membantunya berdiri, kemudian mendudukkan Aylin ke kursi tunggu.

Zian dan Eliza yang melihat Aylin seperti itu hanya bisa menghela nafas sedih, karena tak menyangka kondisinya akan seburuk itu.

Eliza pun memberikan pelukan pada Aylin berharap dapat mengurangi kesedihan yang sedang ia rasakan.

"Ayah sama bunda ga bakal kenapa-kenapa kan tante?" tanya Aylin pelan pada Eliza.

Sakit rasanya bagi Eliza melihat Aylin yang sudah ia anggap seperti putrinya bertanya seperti itu.

"Kita berdoa ya sayang? Semoga ayah bunda kamu gapapa ya!" ujar Eliza pelan sambil mengeratkan pelukannya pada Aylin.

Aylin yang mendengar jawaban dari Eliza hanya bisa menghela nafas pelan.

Pintu ruang operasi kini terbuka lagi, terlihat beberapa perawat mendorong bangkar rumah sakit yang berisi kedua orang tuanya. Aylin menahan nafas melihat tubuh orang tuanya dihiasi berbagai macam alat penunjang kehidupan.

Masih berusaha menahan agar tidak menangis, Aylin beserta Liam dan kedua orang tuanya mengikuti perawat dalam diam. Hingga tiba di depan sebuah ruangan khusus yang sudah di urus oleh Zian ayah Liam, agar Aylin tak perlu kesulitan menjaga kedua orang tuanya sekaligus.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!