Bertemu Teman Lama

"Apa yang sebenarnya terjadi pada dunia ini?" Pikirnya. Sembari bersantai disebuah batang pohon besar yang ada disana.

Hingga tiba-tiba terdengar suara orang meminta tolong dari kejauhan, Aylin yang mendengarnya pun segera menghampiri suara tersebut. Ia menatap gadis yang terlihat sedang terluka parah, berhadapan dengan seekor harimau putih.

Tampak gadis itu membuat sang harimau marah.

Aylin hanya menyaksikan kejadian itu, belum berniat membantu.

Ia hendak melihat kemampuan gadis berambut pirang yang terasa familiar baginya.

"To..loonngggg!" Pekiknya tersendat karena ketakutan.

Harimau didepannya tampak begitu kesal dengan teriakan gadis itu. Ia pun mengeram marah.

Melihat gadis itu tak mampu melakukan perlawanan, Aylin pun turun dari pohon, berdiri tepat diantara harimau dan gadis pirang tersebut.

Melihat seseorang mengganggunya, harimau itu pun marah. Tapi ia kemudian menundukkan kepalanya, begitu melihat siapa yang ada didepannya.

"Mohon maaf, tuan." Ucap sang harimau melalui pikiran pada Aylin.

"Pergilah." Ujar Aylin singkat.

Harimau itu pun pergi meninggalkan Aylin dan gadis itu.

Aylin kemudian menghadap kebelakang untuk melihat kondisi gadis yang terluka parah itu.

Tapi bukannya berterima kasih, gadis itu justru melemparkan belati kearah Aylin. Untungnya Aylin dapat menghindar dengan cepat, sehingga belati tersebut tidak menggores wajahnya.

"Si...siapa kau!!" Ucap gadis itu takut, karna ia melihat harimau tadi menunduk pada Aylin.

Menurutnya Aylin adalah orang yang memerintahkan harimau itu agar menyerangnya.

"Tenanglah, aku tidak berniat melukai mu." Ucap Aylin datar.

Ia merasa sedikit kesal pada gadis dihadapannya ini.

"Mengapa harimau itu takut pada mu? Apakah kau tuannya?" Tanya sang gadis masih menjaga jaraknya.

"Tidak, aku seorang pengelana." Jawab Aylin.

Gadis itu pun berpikir sejenak, kemudian memperhatikan penampilan Aylin yang berbeda dari wilayah sekitar sini. Ia pun mempercayai perkataan Aylin.

"Baiklah, terima kasih sudah menolong ku." Ucap gadis itu berterima kasih.

"Namamu?" Tanya Aylin datar.

"Namaku Zevania, Zevania Arshavin. Kau?" Jawab gadis yang bernama Zevania itu.

Aylin yang mendengar namanya pun tertegun sejenak, ia kemudian mengerti mengapa ia merasa familiar pada gadis itu.

Zevania adalah teman masa kecilnya dulu, gadis itu selalu muncul disaat ia membutuhkan bantuan. Aylin pun tersenyum kecil, ternyata temannya itu selamat dari kejadian dulu.

"Aleara." Ucap Aylin singkat.

Aylin kemudian mendekat dan meletakkan tangannya di dahi gadis itu. Sebuah cahaya kemudian menyinari beberapa bagian tubuhnya yang terluka.

Seketika luka-luka yang dideritanya menghilang begitu saja.

Zevania yang melihat itu merasa terkejut luar biasa.

Ia kemudian membungkuk, dan berterima kasih pada Aylin a.ka Aleara.

"Terimakasih sekali lagi sudah membantu dan menyelamatkan ku, maaf karena aku tadi menyerang mu secara mendadak." Ucap Zevania.

"Sudahlah, tidak perlu berlebihan." Ujar Aylin datar.

Zevania kemudian menawarkan agar Aylin ikut kerumahnya, ketika mengingat Aylin a.k.a Aleara adalah seorang pengelana.

"Bagaimana mana jika Anda ikut kerumah saya? Sebagai ucapan terimakasih saya ingin menjamu anda." Ajak Zevania mendadak menggunakan bahasa baku.

Aylin yang mendengarnya pun tersenyum kecil.

"Tidak usah terlalu formal, aku suka percakapan santai. Ayo, aku ikut." Ucap Aylin santai dengan ekspresi wajah yang datar.

Zevania yang melihatnya pun berpikir, apakah gadis itu tidak bisa mengekspresikan perasaan nya?.

"Ayo.." Ajak Zevania.

Aylin pun hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.

Aylin yang sejak tadi mengikuti Zevania dari belakang, sesekali melihat keadaan sekitarnya. Ia pun mulai menyadari bahwa keadaan hutan sudah jauh berbeda. Bahkan energi alam yang ada di sekitarnya berubah, tidak sekuat dulu. Walaupun masih ada.

Setelah berjalan beberapa menit, mereka sampai disebuah desa yang ada dipinggiran hujan. Mereka pun tiba didepan sebuah rumah yang terlihat sederhana, tampak suasana sekitar desa yang terlihat ramai. Berbagai kegiatan terjadi disekitarnya pun tak luput dari perhatian Aylin.

"Ayo masuk, ini rumahku." Ajak Zevania. Aylin pun memasuki rumah Zevania.

Terasa sepi seperti rumahnya.

"Silahkan duduk, aku ke dalam sebentar." Ucap Zevania, kemudian masuk kedalam tanpa menunggu respon dari Aylin.

Aylin pun memperhatikan rumah Zevania, rumah sederhana hanya terdiri dari ruang tamu kecil dan sebuah kamar serta dapur.

"Sepertinya hanya dia sendiri yang selamat." Pikir Aylin.

Tak lama Zevania muncul membawa dua gelas minuman ditangannya. Ia pun meletakkan gelas dihadapan Aylin dan mempersilahkan Aylin untuk minum.

"Silahkan diminum, hmmm Aleara.." ucapnya kaki, tak enak memanggil nama dari penyelamatnya.

Aylin pun mengangguk dan meminum sedikit teh yang tersaji.

"Terimakasih." Ucap Aylin.

"Harusnya aku yang berterima kasih, karna kamu sudah menyelamatkan diriku." Balas Zevania tak enak hati.

"Santai saja, sudah seharusnya kita saling membantu sebagai sesama makhluk hidup." Ucap Aylin tak mengubah ekspresinya.

"Kalau aku boleh tau, kamu ingin pergi kemana?" Tanya Zevania sopan.

"Aku berencana untuk pergi ke ibukota." Jawab Aylin.

"Benarkah? Kebetulan sekali, aku juga ingin ke ibukota dalam beberapa hari ini. Apakah boleh jika aku pergi bersamamu?" Tanya Zevania semangat, pasti menyenangkan jika pergi bersama seorang teman.

Aylin berpikir sejenak, menurut tak apa jika pergi bersama Zevania. Mungkin saja Zevania akan mendapatkan bahaya diperjalanan.

"Baiklah, aku akan berangkat besok pagi. Apa kamu bersedia?" Tanya Aylin memastikan.

Zevania yang mendengarnya pun tersenyum senang, hingga tak sadar ia sudah memeluk Aylin erat.

"Ekhm." Dehem Aylin.

Zevania yang tersadar pun segera melepaskan pelukannya.

"Ehh, maaf aku hanya terlalu senang." Ucapnya kaki, sembari menggaruk keningnya yang tak gatal.

"Baiklah, aku permisi. Besok pagi aku akan menjemputmu." Ucap Aylin kemudian pergi begitu saja dari rumah Zevania.

Zevania yang melihatnya pun tak habis pikir, mengapa gadis secantik Aleara a.k.a Aylin harus berwajah kaku seperti patung kristal. Dengan semangat, ia pun mulai menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk perjalanannya esok.

Sedangkan Aylin yang berbeda ditengah desa, memperhatikan penampilan orang-orang disekitarnya.

"Sepertinya aku perlu membeli pakaian rakyat biasa." Pikirnya sembari memperhatikan penampilannya yang terlihat berkelas.

Pantas saja sejak tiba didesa, beberapa orang terlihat memperhatikannya.

Ia pun berjalan menuju sebuah bangunan yang terlihat menjual berbagai jenis pakaian. Melihat-lihat pakaian yang cocok untuknya. Aylin pun menuju ke kasir dengan membawa beberapa pasang pakaian berwarna hitam. Tentu saja dengan berbagai macam model, yahh tetap saja warna hitam semua.

Kasir yang melayani pembelian Aylin pun tersenyum aneh, pasalnya gadis-gadis seusia Aylin tentu saja lebih menyukai gaun berwarna cerah.

Selesai dengan kegiatannya, Aylin pun keluar dari toko tadi. Tepat saat ia menginjakkan kaki di luar toko, terlihat beberapa orang pria sedang sibuk menarik paksa seorang gadis.

Gadis itu meronta-ronta tapi tidak dipedulikan oleh para pria biadab dihadapannya.

Aylin melihat sekitarnya, semua orang bahkan tidak ada yang berinisiatif untuk menolong sang gadis.

Ia menghela nafas berat, sebelum menjentikkan jarinya. Seketika para pria tadi berteriak keras, memegangi ******** mereka. Tampak darah mengalir hingga menembus keluar celana, melihat kejadian itu. Orang-orang yang menyaksikan itu menjadi penasaran, apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Karna tidak ada satu pun yang melihat serangan atau apapun yang melukai mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!