Suara benturan antara mobil Draco dan sebuah mobil lain yang tiba-tiba melaju ke arah mereka, hingga Draco tak sempat mengelak.
Aylin yang tak siap pun membentur dashboard dengan kencang hingga hilang kesadaran, sedangkan Draco yang menyetir tidak apa-apa.
Melihat kondisi Aylin yang tak sadarkan diri dengan kening yang berdarah, Draco pun merasa panik dan sangat marah. Ia segera keluar dari mobil, menghampiri mobil yang menabraknya. Namun tak ada siapa pun didalamnya. Ia pun mencoba merasakan aura didalam mobil itu, dan benar saja. Terasa sisa-sisa penggunaan sihir didalamnya.
Ia mengepalkan tangannya marah.
"Tungga saja pembalasanku." Ucapnya penuh dendam.
Ia berbalik meunuju pintu disisi Aylin dan mengeluarkannya dari sana. Tampak asap mulai keluar dari bagian mesin mobilnya yang hancur, akibat tabrakan yang terjadi.
Draco pun segera memindahkan dirinya dengan Aylin yang berada digendongannya, menjauh dari sana. Tepat saat ia muncul ditempat yang tak jauh dari mobilnya, terdengar suara ledakan besar dari arah tempat kecelakaan.
"Dasar biadap, aku tidak akan mengampuni kalian." Ujarnya kemudian menghilang dari sana.
Draco muncul tepat didepan pintu rumahnya, ia masuk kedalam dan membawa Aylin kedalam kamar khusus yang ada dirumahnya.
Dengan telaten ia membersihkan wajah Aylin yang dialiri darah.
Selesai dengan pekerjaannya, Draco pun meninggalkan Aylin sendiri agar lebih tenang.
Ia menunggu Aylin diruang pribadinya.
***
Liam dan Eliza yang sekarang berada didepan rumah Aylin merasa panik, karna sejak tadi Aylin tak kunjung membuka pintunya.
"Va, Aylin kok ga buka pintunya?" Tanya Eliza bimbang.
"Tenang Ma, Mungkin Aylin lagi tidur." Jawab Liam, menenangkan sang ibu.
"Kalau terjadi apa-apa sama Aylin gimana, Va?" Ujar Eliza khawatir.
"Udah mama tenang aja, kita pulang dulu yuk? Nanti malam kita kesini lagi. Mungkin Aylin lagi pengen sendiri" Ajak Liam pada ibunya
"Yaudah deh, smoga aja Aylin beneran lagi tidur." Ujar Eliza pasrah, karna tak mungkin ia harus mendobrak pintu rumah Aylin secara paksa.
Mereka pun kembali pulang kerumah dengan rasa khawatir.
Sedangkan tak jauh dari rumah Aylin seseorang tampak tersenyum sinis melihat Eliza dan Liam.
"Dasar penghianat." ucapnya pelan, kemudian pergi dari sana.
Liam merasa ada yang memperhatikannya, ia melihat kebelakang. Tapi tak ada siapapun disana.
"Kenapa Va?" Tanya Eliza pada Liam yang menoleh secara mendadak.
"Gapapa kok ma, yok!" Jawabnya.
***
"Ughh.." Rintih Aylin begitu sadar dari pingsannya.
Ia memegangi kepalanya yang terasa berat, sembari mengingat semua hal yang muncul dalam ingatannya lagi. Jika kemarin ia mengingat tentang kehidupan masa lalunya, kni ia mendapat sebuah visi mengnenai apa yang akan terjadi dimasa depan.
Sebuah bencana besar sedang menantinya dan seluruh kehidupan didunianya. Aylin menyadari, ia tak bisa berdiam diri lebih lama lagi. Ia harus segera kembali ke alamnya dan menyelesaikan segalanya. Entah itu harus mengorbankan hidupnya lagi atau tidak, Ia tak peduli.
Sibuk berpikir tentang cara kembali ke dunianya, Aylin tak menyadari dimana ia berada.
Ia pun mulai melihat sekelilingnya, dan sadar bahwa itu bukan kamarnya. Ruangan itu begitu asing baginya. Ia pun berusaha mengingat apa yang terjadi hingga ia bisa ada disini, beberapa saat kemudian ia berhasil mengingatnya.
Ia pun menghela nafas lelah atas begitu banyak kesialan yang menimpanya akhir-akhir ini.
Berniat keluar dari kamar asing itu. Baru saja menurunkan kakinya, suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Aylin.
Terlihat Draco memasuki ruangan dengan santai, Aylin yang melihat sosok Draco kini mulai meneteskan air matanya.
"Kamu kenapa?" Ucap Draco khawatir, karna Aylin menangis tiba-tiba begitu melihatnya.
"Draco.." Lirih Aylin pelan.
Ia mengulurkan tangannya mengusap wajah Draco, tak menyangka kekasihnya dulu ada dihadapannya.
"Bagaimana bisa aku melupakanmu?" Ucap Aylin sedih.
Draco yang mendengarnya terkejut, ternyata Aylin sudah mengingatnya. Ia pun menangis haru dan menarik Aylin ke dalam pelukannya.
Mereka berpelukan lama saling melepas segala rindu.
"Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Aylin begitu Draco melepaskan pelukannya.
"Maaf, Aku tidak menjemput kamu lebih awal." Sesal Draco.
"Hei.. Ini bukan salahmu. Aku juga tidak mengingatmu sebelumnya." Ujar Aylin.
"Tepat sebelum Lucius menusukkan pedangnya kepadaku, aku sudah menghidupkan mantra pelepas jiwa. Agar aku bisa hidup kembali seperti semula. Aku mencarimu keseluruh dunia begitu aku hidup kembali. Tapi sepertinya ibumu Karina, mengunci jiwamu agar terhindar dari bahaya." Jelas Draco panjang.
"Bahkan sepertinya, Ia juga mengunci ingatanmu." Lanjut Draco.
Aylin yang mendengarnya merasa lega, karna seingatnya Draco sudah terbunuh sebelum dirinya. Ia pn masih hidup sekarang karna ibunya datang disaat yang tepat, dan bisa menarik jiwanya sebelum dihancurkan oleh Lucius.
Mengingat nama Lucius, membuat Aylin begitu marah. Kebenciannya bah kan lebih besar dari yang sebelumnya, kali ini tidak ada kata maaf untuk penjahat seperti Lucius. Ia akan menuntaskan segala kisahnya yang belum selesai dulu.
"Syukurlah kau baik-baik saja, aku sangat merindukanmu." Ucap Aylin.
Draco yang mendengarnya pun tersenyum senang.
Mereka saling berbagi cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Tak terasa hari pun mulai gelap. Aylin memutuskan pulang kerumahnya agar bisa beristirahat dan berpikir dengan tenang.
***
Sampai didalam kamarnya, Aylin langsung melapisi seluruh area kamarnya dengan sihir pelindung dan kedap suara. Agar tidak ada yang mengusiknya atau pun mendengar ucapannya.
Seluruh amarah yang sejak tadi ditahannya kini ia luapkan, hampir saja ia menyerang Draco jika tidak segera menjernihkan pikirannya tadi.
Bagaimana bisa Aylin menaruh hatinya pada penghianat seperti Draco duluu. Harusnya ia membunuh pria itu dan menghancurkan jiwanya sejak dulu.
Ingatannya pun kembali ke masa lalu.
Aylin yang sedang menyamar kini sedang berada disebuah bangunan yang berada ditengah-tengah pasar, ia terlihat memperhatikan seseorang yang begitu dikenalnya dengan tatapan curiga.
Seseorang seperti Pangeran Draco tidak mungkin pergi dari istana tanpa pengawalan, kini terlihat sedang menyamar dan duduk disebuah kedai. Tampak sedang menunggu seseorang, ia pun kelihatan tenang. Mungkin berusaha terlihat natural.
Aylin yang sedang menyamar sebagai seorang pengelana pun tanpa sengaja melihat Draco yang sedang memasuki kedai tersebut, hingga akhirnya disinilah ia berada.
Aylin memperhatikan sekitarnya, hingga ia menyadari pria yang terlihat misterius memesuki kedai yang sama dan berjalan ke arah Draco. Ia pun menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar percakapan mereka dengan baik.
"Bagaimana keadaan di istana?" Tanya pria berjubah itu.
"Sejauh ini masih aman, tidak ada kecurigaan tentang pemberontakan sedikit pun." Jawab Draco.
"Lalu bagaimana dengan gadis itu?" Sang pria berjubah mengajukan pertanyaan lagi.
"Ia bahkan tidak akan menyadari siapa dirinya, kita bisa memanfaatkannya dengan baik." Ucap Draco sambil tersenyum sinis.
"Bagus, jangan sampai ia curiga terhadapmu. Rencana akan tetap berjalan seperti yang seharusnya, terus awasi mereka." Titah pira itu tegas. Ia pun segera pergi dari sana sebelum Draco menjawab ucapannya.
Aylin yang mendengar percakapan itu mengepalkan tangannya kesal, ia akan menghentikan apapun yang sedang direncanakan oleh Draco dan pria itu.
"Siapa gadis yang mereka maksud? Apakah aku?" Ujar Aylin pada dirinya. Karna ia merasa mereka membicarakannya, sebab Draco hanya dekat dengannya. Tidak ada teman wanita lain dari Draco.
Aylin pun segera pergi dari sana, agar Draco tak menyadari keberadaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments