"Lihat! Itu gerbang kota! Besar sekali." Ucap Zevania kagum.
Sembari beristirahat, mereka juga menunggu kedatangan Lukas.
.
Sedangkan Lukas yang sedang menjalankan perintah Aylin, sedang mengintai beberapa orang yang mencurigakan. Sebelumnya ia sudah meletakkan kudanya lumayan jauh dari tempatnya mengintai.
"Bukankah itu para pedagang? Mengapa mereka berkumpul disana?" Gumam Lukas.
Orang-orang yang dilihatnya memang berpenampilan seperti pedagang yang biasa memasuki ibukota, justru mencurigakan jika mereka berkumpul dalam jumlah yang besar.
Merasa ada yang tidak beres, Lukas semakin mendekat dan memperhatikan dengan seksama.
"Bagaimana? Apakah semua sudah siap?" Tanya seorang berbadan kekar, sepertinya seorang pemimpin diantara mereka.
"Sudah bos, kami juga akan menyamar seperti yang diperintahkan." Sahut seorang berbadan gempal.
"Bagus-bagus, penampilan kalian sangat meyakinkan. Ingat jangan sampai menimbulkan masalah, apalagi kecurigaan. Bersikaplah seperti pedagang pada umumnya, dan jangan memancing keributan. Bisa saja para pengawal ada yang mengenali kalian." Jelas sang pemimpin.
"Siap bos!"
"Sekarang saatnya memasuki ibu kota, ingat untuk berkumpul di ujung timur ibukota pada setiap malam Selasa. Pergilah." Ucap sang pemimpin mengingatkan.
Para kawanannya pun segera bergegas, berjalan ke arah jalan utama.
Lukas yang melihat itu segera pergi ke kudanya, dan memacu dengan cepat agar bisa mencapai tempat sang nona menunggunya.
"Sepertinya di kerajaan ini banyak sekali penghianat." Gumam Lukas, memacu kudanya cepat.
Tak butuh waktu lama, ia pun akhirnya melihat Aylin dari kejauhan.
"Nona!" Panggilnya keras.
Aylin dan Zevania yang mendengar suara Lukas pun menoleh bersama.
"Wah dia cepat sekali." Ucap Zevania kagum.
"Tidak diragukan lagi." Gumam Aylin, dapat didengar oleh Zevania.
"Maria, ayo kita segera pergi!" Ucap Lukas cepat.
Aylin mengerti maksud dari Lukas, segera meminta Zevania naik ke kudanya.
"Cepat naik." Ucapnya, langsung dilakukan oleh Zevania walaupun ia sedikit bingung.
Mungkin ada sesuatu yang berbahaya, pikirnya.
Mereka segera memacu kuda menuju gerbang ibukota, tampak beberapa orang sedang mengantri untuk ijin masuk.
Aylin dan rekan-rekannya pun ikut berbaris, tak lama mereka ikut berbaris. Terdengar banyak suara kereta pedagang dibelakang mereka, Aylin pun melihat kebelakang. Ia mendapat sebuah kode dari Lukas, lalu membuka telepati diantara mereka.
"Dari mana mereka datang? Bukankah jalan tadi begitu kosong?" Tanya Aylin.
"Benar Nona, mereka ada komplotan penghianat. Sepertinya ada seseorang yang merencanakan semua ini, saya mendengar mereka akan mengadakan pertemuan di ujung timur ibukota setiap malam Selasa." Jelas Lukas begitu mendengar suara Aylin dikepalanya.
"Baiklah, sepertinya kita harus mengawasi mereka." Balas Aylin.
"Terimakasih Lukas." Ia pun memutus telepati nya.
Tiba giliran Aylin mendapat pemeriksaan sebelum masuk, para penjaga mengecek surat izin masuknya. Dan memberikan jalan, termasuk Lukas dan Zevania.
Tapi belum jauh mereka meninggalkan gerbang, terdengar keributan dari belakang.
Para pedagang yang baru datang tadi, sepertinya tidak sengaja menyebabkan masalah dengan sorang tuan muda dari kota ini.
"Hei! Apakah kalian buta? Minggir, tuan muda mau lewat." Ucap pengawal si tuan muda keras.
Beberapa pedagang palsu tentu tidak terima, karna pada dasarnya mereka adalah orang yang bertempramen buruk.
"Siapa kau! Berani sekali!" Ucap seorang berbadan kekar tak terima, atas perbuatan si pengawal tuan muda.
"Kami membawa tuan muda Brown, Bagaimana bisa kamu begitu lancang!" Ucap sang pengawal.
Begitu mendengar nama Brown diucapkan, Aylin dan Lukas secara langsung membuat kontak mata.
Memastikan pemikiran mereka sama, begitu yakin. Aylin memilih melihat hingga akhir, karna ia ingin tau siapa tuan muda Brown ini. Mungkin saja ia bisa mendapat informasi.
"Dasar orang kaya tidak tau sopan santun!" Pekik pedagang palsu.
Baru saja ia hendak menyerang si pengawal, tapi rekan-rekannya mengingatkan agar tidak mencari masalah. Mereka pun akhirnya membuka jalan.
Begitu rombongan tuan muda Brown, melewati Aylin. Ia dapat melihat dengan jelas wajah si tuan muda Brown, betapa terkejutnya ia begitu melihat wajahnya.
"Wahhh, benar-benar mengejutkan ku hahaha." Batin Aylin sinis.
"Sepertinya banyak sekali kejutan disini." Lanjutnya.
Tepat saat tuan muda Brown akan melihat kearahnya, Aylin dengan cepat membalikkan badan, menghadap ke arah sebaliknya. Sehingga ia tidak melihat wajah Aylin.
Walaupun dalam penyamaran, Aylin tentu harus berhati-hati. Bisa saja beberapa orang mengenalinya dengan mudah, ia tak ingin ambil resiko di awal seperti ini.
Tanpa informasi tentang keadaan sekarang dan perkembangan beberapa hal, tentu ia harus menjaga diri hingga saat itu tiba.
Saat kereta itu sudah menjauh, Aylin dan rekan-rekannya memilih ke arah pusat kota.
"Kita sudah sampai, kau bisa melanjutkan tujuanmu kemari. Aku akan pergi dari sini." Ucap Aylin pada Zevania, karna ia tak tau apa tujuan teman kecilnya itu ke ibukota.
Zevania tampak berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk.
"Baiklah, kita berpisah disini. Jika kau mencari ku, aku ada di bagian Utara. Didekat sebuah rumah makan sederhana yang ada disana, rumah makan itu hanya satu-satunya." Ucap Zevania panjang.
Aylin hanya mengangguk.
"Berhati-hatilah! Jangan keluar saat malam sembarangan." Sahut Lukas.
"Baiklah, sampai jumpa lagi! Terimakasih sudah mau membawaku bersama kalian." Zevania membungkukkan tubuhnya tanda berterimakasih.
Segera ia berjalan ke tempat tujuannya.
Sebenarnya Aylin sedikit ingin tau, tujuan Zevania ke ibukota. Tapi tak satu pun dari mereka berdua yang memberi tahukan tujuannya, hanya sekedar melakukan perjalanan bersama.
"Apakah tidak apa-apa membuatnya sendirian nona?" Tanya Lukas sedikit tidak tega.
"Tenanglah, Zevania tidak selemah yang kau kira." Balas Aylin.
"Ayo kita mencari tempat tinggal." Ajak Aylin yang langsung diikuti oleh Lukas.
Mereka pun mencari tempat yang menyediakan jasa menjual properti.
Begitu menemukan tempatnya, segera saja Aylin menyampaikan tujuannya.
"Selamat datang tuan dan nona, apakah ada yang bisa saya lakukan untuk kalian?" Sapa seorang gadis berpakaian rapi.
"Mirip dengan sales di bumi." Pikir Aylin.
"Aku mencari sebuah rumah di tengah kota, apakah ada?" Tanya Aylin datar.
"Tentu saja ada nona, ini adalah beberapa pilihannya. Silahkan nona pilih saja, yang Nona sukai." Ucap sang gadis sales.
Aylin melihat beberapa gambar serta rumah yang ditawarkan, hingga pilihannya jatuh ke sebuah rumah yang lumayan besar dekat dengan jalan utama menuju istana.
"Aku pilih yang ini, berapa harganya?" Tanya Aylin.
Sang gadis sales pun tak menyangka dengan pilihan nona muda didepannya, ia langsung saja tersenyum senang.
Aku akan mendapat bonus besar ekekek, pikirnya.
"Untuk rumah itu, karna lokasinya sangat-sangat strategis. Harganya lumayan mahal, sekitar 50 ribu keping emas nona." Jelas sang sales.
"Aku ambil yang ini, apakah bisa langsung ditempati hari ini?" Tanya Aylin lagi.
"Bisa nona, bisa. Saya akan mengurusnya untuk anda, silahkan mengisi berkas yang diperlukan nona." Ia pun menyodorkan beberapa berkas yang berhubungan dengan jual beli rumah.
Setelah beberapa saat, Aylin selesai dengan kegiatannya.
"Ini uangnya, silahkan di cek. Aku akan membayar sisanya, saat rumahnya sudah siap." Jelas Aylin.
Gadis itu tersenyum dengan semangat.
"Terimakasih Nona, saya akan segera mengurusnya. Nona bisa menempatinya sore nanti."
Aylin pun bangkit dari saja, membawa sebuah berkas tanda pembeliannya. Diikuti Lukas yang menyimak sejak tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments