Ingatan baru

Acara pemakaman pun telah selesai, kini hanya Aylin beserta Liam dan kedua orang tuanya yang tersisa. Tampak Aylin masih memandangi makam orang tuanya dengan tatapan sendu.

Berat baginya harusa meninggalkan ayah dan bundanya disana.

"Aylin, kita pulang yuk?" Ajak Eliza pada Aylin.

"Yuk, Ta." ucap Liam pelan.

Aylin pun hanya diam mengikuti saat Eliza merangkulnya untuk pulang. Diikuti oleh Liam dan Zyan di belakangnya, mreka pun meninggalkan pemakaman bersama.

***

Rumahnya yang tadi ramai, kini tidak ada siapa pun disana.

Aylin berjalan dalam diam menuju kamarnya, meninggalkan keluarga Liam yang menemaninya.

"Kasi waktu dulu buat Aylin ya, Va?" Ucap Eliza pada Liam yang ingin menyusul Aylin.

Liam yang mendengarnya pun hanya bisa menuruti perkataan ibunya.

"Mama sama papa pulang dulu ya? Kamu jagain Aylin." Ujar Eliza.

"Iya, Ma." Jawab Liam.

Eliza dan Zyan pun pergi ke rumah mereka.

Liam menunggu di ruang tamu sambil mengistirahatkan tubuhnya, ia pun terlelap.

Sementara dikamar Aylin ia menangis dalam diam, dengan foto keluarga dipelukkannya. Tangisnya semakin tak tertahan, air mata mengalir semakin deras.

"Bunda, Aylin kangen." Lirihnya pilu.

"Bunda sekarang dingin gak disana? Bunda sama Ayah lagi apa? Pasti ga kesepian karena Ayah bareng bunda." Racaunya.

"Aylin manja banget ya? Makanya bunda sama ayah ninggalin Aylin biar mandiri?" Ucapnya berbicara sendiri.

"Maaf ya bunda, ayah. Aylin janji sedihnya cuma hari ini kok. Besok Aylin pasti bisa baik-baik aja. Biar ayah bunda ga sedih disana." Ujarnya pelan kemudian jatuh dalam tidur lelahnya.

Tak terasa hari sudah gelap, Liam yang sejak tadi siang berada diruang tamu tak kunjung melihat tanda Aylin akan turun kebawah untuk makan. Ia pun berniat ke kamar Aylin untuk melihat kondisinya.

Tok tok tok

"Ay? Kamu lagi apa? Turun yuk, kita makan dulu." Panggil Liam sembari mengetuk pintu kamar Aylin.

"Aylin?!" Panggilnya lagi.

Aylin yang merasa terganggu tidurnya pun mulai bangun dan melangkah ke arah pintu saat kesadarannya sudah sempurna.

"Aylin!" Panggil Liam lagi, ia berniat mendobrak pintu kamar Aylin.

Tapi niatnya terhenti saat pintu melihat Aylin sudah berdiri di hadapannya, dengan mata yang sembab karena terlalu banyak menangis.

"Kamu ga papa?" Tanyanya melihat Aylin yang diam.

Tak berniat menjawab pertanyaan Liam, Aylin pun melangkah keluar kamar dan menutup pintunya. Ia berjalan ke arah dapur, tanpa memerdulikan Liam yang ada di hadapannya.

Liam yang tak ingin banyak bertanya pun, segera mengikuti Aylin dari belakang.

Melihat makanan yang sudah terjadi di meja makan, Aylin hanya menghelas nafas kasar. Merasa ia sudah sangat merepotkan keluarga Liam, bahkan sangat sangat merepotkan.

Mereka makan dalam diam, tak ada yang berniat membuka suara terlebih dahulu. Hingga keduanya selesai makan, Aylin pun mengatakan hal yang sejak tadi ada dipikirannya.

"Va, habis ini kamu pulang aja. Aku gapapa kok sendiri." Pinta Aylin pada Liam.

Liam yang mendengarnya pun menatap lekat gadis yang ada dihadapannya itu.

"Tapi kamu nanti kalau ada apa-apa gimana, Ta? Aku temenin aja ya, Mama sama papa juga ngizinin kok." Ucap Liam berusaha membujuk Aylin.

"Ngga, Va. Kamu pulang aja, aku mau sendirian. Kalau ada apa-apa nanti aku kasi tau kamu." Balas Aylin.

"Janji ya? Kalau ada apa-apa telpon aku!" Tanya Liam, dengan berat hati harus mengikuti permintaan Aylin.

Karena ia tak ingin Aylin merasa terganggu dengan kehadirannya. Mau atau tidak, ia harus setuju dari pada memaksakan kehendaknya.

"Iya, janji." Balas Aylin singkat.

Mereka pun merapikan meja makan bersama.

"Aku pulang dulu! Kamu baik-baik ya. Besok siang aku ke sini lagi." Pamit Liam yang kini sudah berada di pintu depan.

Aylin hanya mengangguk sebagai responnya.

"Dah!" Ucap Liam kemudian berbalik ke arah rumahnya.

Aylin menutup pintu utama rumahnya pelan, kemudian berjalan ke arah ruang tv. Tempat yang biasanya hangat, kini terasa dingin hingga menusuk hatinya. Rumahnya yang dulu penuh kehangatan, sekarang begitu dingin dan hampa.

Ia mendudukkan dirinya, di tempat yang biasa sang bunda gunakan saat menonton film kesukaannya. Bayangan saat ia beserta orang tuanya bersenda gurau memenuhi khayalannya. Sekarang ia hanya bisa menghela nafas berat, berharap bisa melalui semua hal ini dengan baik.

Ditengah renungannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Aylin pun bergegas membukakan pintu, tapi tidak ada siapa pun di depan rumahnya.

"Siapa sih yang usil ngetuk-ngetuk pintu orang?" Ucapnya pelan.

Dan ia berniat menutup pintu, sebelum menyadari ada sebuah kotak berukuran sedang di lantai terasnya.

Menyadari kotak itu baru ada di sana beberapa saat lalu, Aylin pun memutuskan untuk mengambil dan membawa kotak tersebut masuk.

Ia membuka kotak itu untuk melihat isinya, mungkin saja hal penting atau bisa saja ulah orang iseng.

Saat kotak itu terbuka, ada sebuah kalung liontin yang terlihat antik dan buku tebal yang terlihat kuno pula.

"Kalung? Terus ini buku apa?" Ucapnya penasaran.

Ia pun memperhatikan liontin berbentuk bunga itu dengan seksama, merasa pernah melihatnya tapi ia tak bisa mengingat dimana pernah melihat liontin itu.

Beralih ke buku kuno, Aylin membuka halaman bukunya dengan hati-hati. Takut jika buku itu sobek karena terlihat sudah lama.

Didalamnya terlihat tulisan-tulisan dengan huruf yang tidak dimengerti oleh Aylin, tapi lagi-lagi hal itu terasa familiar baginya. Seperti ia pernah mempelajari hal itu, tapi entah mengapa ia tidak mengingatnya. Sama halnya seperti liontin tadi.

Hingga secara tiba-tiba sebuah ingatan asing melintas dikepalanya.

Seorang gadis yang sama seperti sebelumnya hadir kembali, tapi saat ini ia sedang berasa diperpustakaan. Raur wajahnya terlihat begitu serius membaca buku yang ada dihadapannya. Sampai beberapa saat kemudian ia nampak terkejut dengan apa yang dibacanya dan memilih untuk tidak melanjutkan kegiatannya.

"Bagaimana bisa? Bukankah kekuatanku sudah lama musnah?" Ucapnya pelan pada diri sendiri.

Ia pun pergi dari perpustakaan dengan buku tersebut ditangannya. Menuju suatu tempat yang mungkin bisa menjawab rasa penasarannya, langkahnya pun tergesa-gesa.

"Aku harus segera mencari tau apa yang sebenarnya terjadi!" Tekadnya.

Hingga langkahnya terhenti didepan sebuah bangunan yang terlihat tidak terurus, hingga terlihat banyak tanaman merambat beberapa bagian dari bangunan itu. Tanpa menunda sedikit pun, gadis berambut perak itu segera memasuki bangunan itu dengan santai. Seolah ia sudah sering pergi ke sana.

"Keluarlah, ada yang ingin ku tanyakan padamu!" Ucap gadis gadis itu sedikit keras.

Hening beberapa saat sampai sebuah suara terdengar di belakang tubuh sang gadis, ia pun membalikkan badan.

"Apa yang ingin kau tanyakan Lady." Ucap seseorang itu.

Ingatan asing itu pun terhenti, saat orang misterius itu hendak mennyebutkan nama sang gadis berambut perak yang selama ini tidak pernah telihat wjahnya dengan jelas.

"Aw!" Rintih Aylin memegangi kepalanya yang terasa sakit selama ingatan itu muncul.

"Apa itu? Mengapa ingatan tu muncul dikepala ku?" Tanya Aylin semakin bingung dengan yang sedang terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!