Ia ingat jelas beberapa teman bahkan kawanannya tertangkap oleh orang-orang itu.
"Apakah kau tau dari mana asal mereka?" Tanya Aylin tenang. Berusaha mengendalikan amarahnya
"Saya tidak tau Tuan, sepertinya mereka bukan dari sini. Karna pakaian dan cara bicara mereka pun berbeda." Jawab Lukas.
Aylin berpikir sejenak, mungkinkah mereka komplotan penghianat itu.
"Baiklah, besok aku akan ke ibukota. Persiapkan dirimu, ikut denganku. Beritahu pada yang lain, jika ada bahaya segera menuju inti hutan. Aku sudah memasang pelindung disana." Ujar Aylin panjang.
Lukas yang mendengarnya pun tersenyum senang, akhirnya ia bisa mengikuti tuannya lagi.
"Baik tuan."
"Ya sudah aku akan kembali, besok pagi hari datanglah kerumahku. Kita akan berangkat besok pagi." Ucap Aylin sebelum akhirnya ia menghilang dari sana.
Lukas yang masih tak menyangka tuannya sudah kembali pun tersenyum senang, ia segera menyiapkan dirinya dan sesekali bersenandung kecil.
"Kali ini aku akan melindungi tuan dengan segenap jiwaku. Teman-teman tunggulah aku dan tuan, kami akan menyelamatkan kalian." Tekad Lukas membara.
***
Keesokan paginya, Lukas sudah berada didepan rumah Aylin. Mungkin ia berada disana sebelum matahari terbit.
Menunggu beberapa lama, akhirnya Aylin membuka pintu rumahnya. Menatap Lukas yang sedang berbicara dengan seekor burung, Aylin pun menghela nafas pelan. Temannya yang satu ini memang selalu datang jauh lebih awal dari waktu yang ia tentukan.
"Lukas." Panggilnya.
Lukas pun menoleh begitu mendengar suara Aylin yang memanggilnya.
"Tuan sudah bangun?" Tanyanya sambil tersenyum.
Aylin hanya mengangguk dan mengunci pintu rumahnya.
Ia menghampiri Lukas dan berkata.
"Ayo kita pergi, mulai sekarang jangan panggil aku tuan." Ucap Aylin pelan.
"Kenapa tuan?" Tanya Lukas bingung.
"Gunakan panggilan lain, kita akan ke ibukota bersama seorang temanku. Zevania, kau pasti mengingatnya." Ujar Aylin.
Lukas berpikir sejenak tentang Zevania, setelah mengingatnya ia pun mengangguk tanda mengerti.
"Baiklah, saya akan memanggi tuan dengan sebutan nona saja." Ucap Lukas
Aylin pun pasrah dengan kelakuan Lukas
"Jangan terlalu formal." Pinta Aylin, ia pun melangkahkan kakinya keluar hutan.
Diikuti Lukas dibelakangnya, terdengar pemuda itu sesekali bersenandung kecil. Tampak jelas suasana hatinya sedang bahagia.
Mereka berjalan santai dengan Lukas yang sesekali bertanya tentang dunia Aylin sebelum kembali kemari. Aylin hanya menjawab singkat pertanyaan-pertanyaan yang di lemparkan Lukas padanya.
"Sampai." Ucap Aylin begitu tiba didepan rumah Zevania.
Tampaknya Zevania sudah menunggu kedatangan Aylin sejak lama.
"Sepertinya mereka berdua senang menunggu." Pikir Aylin.
"Aleara! Aku sudah menunggumu." Ucap Zevania senang, sembari menghampiri Aylin.
Aylin hanya mengangguk singkat.
"Aku kira kau berbohong dan meninggalkanku pergi sendiri." Ujar Zevania.
"Mari berangkat." Ajak Aylin.
Zevania pun menyadari seseorang mengikuti mereka.
"Siapa dia, Div?" Tanya Zevania menunjuk ke arah Lukas.
Aylin pun berhenti dan memperkenalkan mereka berdua.
"Lukas ini Zevania, Zevania ini Lukas." Ucap Aylin singkat.
Mereka pun bersalaman dan berbincang sedikit.
"Sepertinya aku pernah melihatmu? Tapi dimana ya?" Ucap Zevania sembari berpikir.
"Mungkin perasaanmu saja, ayo kita lanjut." Balas Lukas.
"Ahh aku tidak ingat, sudahlah." Kesal Zevania, ia pun segera menghampiri Aylin yang sudah berjalan jauh didepannya.
Perjalanan dari desa Zevania menuju ibukota, memakan waktu beberapa hari jika berjalan kali. Karna Aylin membawa Zevania bersamanya, jadi ia memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki saja. Hitung-hitung berolahraga pikirnya.
Sepanjang perjalanan dipenuhi oleh percakapan antara Zevania dan Lukas, sedangkan Aylin memilih diam.
Menjelang malam hari, mereka pun mencari tempat untuk bermalam. Karna sedang berada dijalan setapak kecil, tidak ada penginapan atau pun desa yang terlihat. Mereka memutuskan beristirahat disebuah gubuk tak terpakai, tak jauh dari jalan setapak yang dilalui.
"Wah ternyata hutan ini sedikit mengerikan, padahal ini salah satu jalan pintas menuju ibukota." Ucap Zevania pelan sembari membakar sebuah daging yang dibawanya.
"Biasa aja." Sahut Lukas santai.
Zevania pun mendelik tajam ke arah Lukas.
"Aku tidak bicara denganmu." Ucap Zevania kesal.
"Benarkah? Apa kau bicara dengan ranting?" Usil Lukas.
"Tidak, aku bicara pada Aleara." Balas Zevania menunjuk ke arah Aylin.
Mereka pun serempak menoleh ke arah Aylin yang sejak tadi diam, dan kembali saling berhubungan.
"Bilang saja, kau mengajakku bicara. Nona sejak tadi bahkan hanya diam, bagaimana mungkin kau bicara padanya." Ejek Lukas, ia juga Menaik turunkan alisnya dengan menyebalkan.
Zevania yang kesal pun, menggembungkan pipinya. Dan memberikan tatapan tajam pada Lukas.
Sedang Lukas yang melihatnya, menjadi tertawa terbahak-bahak. Tak menghiraukan kekesalan yang ia sebabkan pada Zevania.
Lalu tiba-tiba Aylin menegakkan tubuhnya.
Zevania dan Lukas pun segera diam, dan bertanya pelan kepada Aylin.
"Nona, ada apa?" Bisik Lukas ke arah Aylin.
"Ada pergerakan disebelah barat, 1 kilo meter dari sini." Ucap Aylin datar namun matanya tetap siaga.
Lukas pun segera menajamkan Indranya, sebagai srigala tentu ia bisa melihat jauh didalam kegelapan.
Zevania pun bergerak gelisah, mungkin mereka kawanan bandit pembunuh yang biasa merampok disekitar sini.
"Aleara, sepertinya mereka kawanan bandit yang menguasai daerah ini." Ucap Zevania khawatir.
Kekuatan para bandit itu tentu saja besar, tidak mungkin bagi Aleara a.k.a Aylin dan Lukas mampu melawannya, sedangkan Zevania sendiri tentu tidak bisa bertarung sehebat mereka. Yang ada dia malah menjadi beban, pikirnya.
"Tenanglah." Ucap Aylin singkat.
Ia kemudian membuat sebuah pelindung disekitar gubuk, agar tidak ada yang bisa merasakan kehadiran mereka.
"Apakah kau melihatnya?" Tanya Aylin pada Lukas yang sedang fokus dengan kegiatannya mengintai.
"Iya nona, sepertinya mereka bukan dari daerah sini. Pakaian mereka berbeda, tapi sepertinya aku pernah melihat gaya berpakaian seperti itu. Dimana ya?" Pikirnya merasa familiar dengan gaya orang-orang yg sedang dilihatnya.
Merasa tak bisa mengucapkan sesuatu yang rahasia didepan Zevania, Aylin pun membuka jalur telepati antara dirinya dan Lukas.
"Apakah mereka yang memasuki hutan kita?" Tanya Aylin didalam pikirannya pada Lukas.
Lukas terkejut dengan suara Aylin dikepalanya, ia pun segera mengingat bahwa hal ini biasa.
"Ahh iya! Benar Nona, mengapa aku bisa melupakan hal penting itu." Jawab Lukas.
"Mereka bukan bandit seperti yang diucapkan Zevania." Lanjut Lukas.
"Sepertinya mereka ksatria, mungkin dari sebuah keluarga di ibukota." Ucap Aylin.
"Benar Nona, tapi mengapa mereka menangkap kawanan hewan yang kuat?" Tanya Lukas lagi.
"Ntahlah, yang pasti bukan untuk kebaikan."
"Pergilah, awasi mereka. Cari tau dari mana dan siapa yg menyuruh mereka." Suruh Aylin.
Lukas yang mendengarnya pun segera menunduk hormat, dan pergi dari sana secepat kilat.
"Wahh cepat sekali! Mau kemana dia?" Tanya Zevania terpana pada kecepatan Lukas menghilang.
"Mencari sesuatu." Jawab Aylin singkat.
"Sesuatu apa?" Tanya Zevania lagi.
"Lebih baik kita tidur." Ucap Aylin sembari merebahkan tubuhnya.
Zevania yang melihatnya pun ikut merebahkan tubuhnya juga disebelah Aylin.
"Apakah aman? Bagaimana jika kawanan bandit itu menemukan kita?" Tanya Zevania khawatir.
"Tidak akan. Mari tidur." Ajak Aylin, kemudian menutup matanya.
Zevania pun ikut menutup matanya. Hanya saja Aylin berpura-pura tidur, sedangkan Zevania benar-benar tidur.
Menunggu beberapa menit hingga terdengar hembusan nafas yang teratur dari Zevania, Aylin membuka matanya.
Ia bangun dari tidurnya dan segera menghilang dari sana.
Sedangkan di tempat yang tak jauh dari gubuk Aylin.
"Botak, bagaimana dengan hasil tangkapan hari ini?" Tanya seorang ksatria berbadan bengkak seperti gajah, pada temannya yg bekepala botak.
"Lumayan, cukup untuk mendapatkan banyak emas dari tuan hahaha." Jawab si botak senang.
"Baguslah, aku sudah tidak sabar menghabiskan uang hahaha." Sahut pria sungkring disebelah si botak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments