Kritis

Aylin kemudian duduk diantara kedua bangkar orang tuanya menatap kedua orang tuanya dengan perasaan yang sulit dijelaskan, Aylin bahkan tak pernah sekali pun membayangkan kejadian seperti ini terjadi dalam hidupnya.

Tenggelam dalam pikirannya Aylin tak mendengar Liam yang sejak tadi memanggil namanya.

"Aylin!" Panggilnya sambil mengguncang tubuh Aylin hingga Aylin meresponnya.

Aylin menoleh kearah Liam sambil memberikan tatapan heran.

"Mama sama papa mau pergi cari penginapan disekitar sini, kamu ada yang mau dititip gak?" Tanya Liam pelan.

"Oh, ga ada kok. Kamu juga mending pergi istirahat ikut om sama tante." Jawab Aylin karena tak ingin terlalu merepotkan keluarga tante Eliza.

"Ngga, aku di sini aja nemenin kamu. Bentar ya aku bilang mama sama papa dulu." Ucap Liam kemudian bergegas menemui kedua orang tuanya tanpa menunggu kalimat bantahan dari Aylin.

Aylin yang melihat itu hanya bisa menghela nafas karena tau seperti apa Liam itu.

"Pa, Ma, kalian pergi aja dulu istirahat. Biar Liam yang jaga Aylin di sini." Ujar Liam begitu ia berada dihadapan orang tuanya.

Zian dan Eliza pun mengiyakan perkataan sang putra.

"Yaudah, mama sama papa pergi dulu ya. Kamu jaga Aylin yang bener." Ucap Eliiza kepada Liam.

Zian dan Eliza pergi beristirahat karena hari sudah larut.

Liam masuk ke ruang perawatan dan melihat Aylin yang tertidur dalam posisi duduk disebelah ibunya.

Ia pun berinisiatif untuk memindahkan Aylin ke sebuah sofa yang tersedia didalam ruang perawatan itu. Dengan berhati-hati Liam, kemudian berhasil menggendong Aylin tanpa mengganggu tidurnya.

Melihat Aylin yang tertidur pulas, tampaknya ini menjadi malam yang berat baginya. Karena dalam tidurnya pun terpancar kesedihan yang sedang dirasakan oleh Aylin. Liam menghela nafas kasar, menyadari tak ada yang bisa ia lakukan untuk Aylin selain membantu dengan doa dan selalu menemaninya saat ini.

Malam berlalu dengan sangat lambat hingga akhirnya pagi pun tiba. Aylin membuka matanya begitu, terbangun ia menyadari sudah berpindah tempat. Merasa tau siapa yang mindahkannya, ia pun tak ambil pusing kemudian berjalan ke arah orang tuanya untuk memastikan keadaan mereka.

Tidak ada perubahan signifikan yang ditunjukkan oleh orang tuanya.

Aylin kemudian bergerak ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Liam yang tadi pergi mencari sarapan untuknya dan Aylin memasuki ruangan, menyadari tidak ada Aylin disana ia pun merasa panik hingga terdengar suara orang yang sedang mandi. Ia pun bernafas lega ternyata Aylin sedang membersihkan dirinya.

Sembari menunggu Aylin selesai dengan kegiatannya, Liam menyiapkan makanan yang tadi ia beli agar bisa langsung dimakan ketika Aylin selesai.

Setelah beberapa menit akhirnya Aylin keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar dari sebelumnya, ia berjalan ke arah Liam dan menanyakan ketiadaannya tadi.

"Kamu kemana tadi?" Tanya Aylin kemudian mendudukkan diri disofa yang sama.

"Keluar sebentar nyari sarapan." Jawab Liam santai.

"Repot banget, harusnya kamu ga perlu repopt-repot gin. nanti juga aku bisa nyari makan kok." Ujar Aylin merasa tak enak karena merepotkan Liam.

"Kalo nunggu kamu nyari makan sendiri sama aja ngebiarin kamu ga makan Ta, karena kamu ga bakal pergi kemana-mana. Kalau kamu sakit juga nanti siapa yang bakal jagain orang tua kamu? Makan ya Ta!" Ucap Liam sambil menghela nafas berat mencoba memberi pengertian agar temannya mau makan.

Liam pun menaruh semangkuk bubur ayam dihadapan Aylin beserta air mineral.

"Yaudah deh, makasih ya." Ucap Aylin menerima pemberian Liam sambil tersenyum pasrah, karena jelas Liam tidak akan menerima penolakan darinya.

Mereka makan dalam keheningan karena keduanya sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

**

Hari sudah mulai terik namun kedua orang tua Aylin tak kunjung sadar, membuat Aylin yang menunggu keduanya menjadi sangat khawatir. Ia bahkan tidak beranjak sedikit pun dari ruang perawatan, karena mungkin saja ketika ia pergi orang tuanya akan sadar dan memerlukan bantuan darinya.

Ia melihat sekelilingnya yang terasa sunyi dan hanya terdengar suara alat-alat yang terpasang ditubuh orang tuanya, ruangan yang kini hanya berisikan mereka bertiga. Karena Liam dan kedua orang tuanya terpaksa pulang ke kota mereka karena ada keperluan mendesak yang tidak bisa ditunda oleh mereka.

Karena merasa jenuh dan pusing dengan isi pikirannya, Aylin pun terlelap dalam diam.

"Sayang, bunda kangen banget sama kamu." Ucap Karina sambil memeluk sang putri dengan penuh kerinduan.

"Aylin juga kangen sama ayah bunda," Balas Aylin yang berada dipelukan sang bunda.

"Katanya kangen, kok ayah ga dipeluk juga sih." Canda Hendra pada putri semata wayangnya.

"Aylin juga kangen Ayah kok, kangen banget."

Aylin pun beralih memeluk ayahnya yang berada disebelah sang bunda.

"Ayah bunda, kok rasanya Aylin kangen banget ya? Terus rasanya kayak sedih juga padahalkan ga ada apa-apa." Ucap Aylin yang bingung dengan perasaaannya.

Karina dan Hendra yang mendengar perkataan putri mereka pun tersenyum sedih.

Aylin kemudian melepaskan pelukannya dari Hendra dan menatap kedua orang tuanya yang terlihat sedih secara bergantian.

"Ayah bunda kenapa keliatan sedih?" Tanya Aylin bingung.

"Aylin taukan ayah sama bunda sayang banget sama kamu?" Tanya Hendra pelan.

"iya ayah,Aylin tau bangeeeettt." Jawab Aylin dengan senyuman khasnya.

"Kalau suatu saat nanti ayah sama bunda udah ga ada, Aylin jangan ngerasa sendiri ya? Karena bunda dan ayah bakal selalu jagain Aylin dimana pun kami berada. Kamu bakal selalu ada di samping dan di hati kamu pastinya, apapun yang terjadi kamu harus percaya sama apa yang hati kamu inginkan." Ucap Karina panjang.

Aylin yang mendengar perkaataan sang bunda pun mulai merasa heran.

"Bunda kok ngomong gitu? Bunda sama ayah kan ga akan kemana-mana." Ujar Aylin yang semakin bingung dengan orang tuanya.

"Dengerin bunda ya! Nanti saat kamu berulang tahun yang ke 17 tahun, akan ada seseorang yang datang menjemput kamu. Saat itu kamu harus ikut dengannya, disana kamu akan tau tentang segala kebenaran yang selama ini disembunyikan. Ingat nak, jangan pernah percaya sama siapa pun. Kamu cuma harus percaya apa yang hati kami percaya." Ujar Karina memberi penjelasan yang semakin membuat Aylin tak mengerti.

"Waktu kami tidak banyak, sampai jumpa lagi anak ayah dan bunda. Ayah sayang Aylin." Ucap Hendra sendu sembari menarik kembali Aylin kedalam pelukan keduanya.

Hingga secara tiba-tiba Aylin merasa tubuh orang tuanya perlahan menghilang, ia pun merasa panik dan mulai menangis.

"Ayah bunda kenapa! Ayahhh bundaa jangan pergi!" Ucapnya histeris melihat tubuh orang tuanya yang benar-benar berubah menjadi butiran debu.

"AYAAAHHHH BUNDAAAA!!!"

Aylin pun terbangun dari tidurnya dengan mata yang basah dan nafas yang tersengal-sengal, ia menyadari sudah menangis dalam tidurnya. Menghiraukan mimpinya yang terasa aneh, Ia pun segera mengusap wajahnya dan bangun untuk melihat orang tuanya.

Awalnya ia ingin bernafas lega karena kedua orang tuanya terlihat baik-baik saja, tapi tak sampai beberapa detik kemudian. Karina dan Hendra mengalami kejang-kejang hingga membuat Aylin merasa panik sekaligus takut. Ia pun segera memencet tombol darurat yang ada di samping bangkar dengan cepat dan berulang kali sampai dokter dan perawat masuk untuk menangani orang tuanya.

Aylin menatap orang tuanya yang sedang ditangani dengan berlinang air mata, tanpa bisa melakukan apapun selain berdoa.

"Dokter detak jantung pasien keduanya semakin melemah!" Ucap seorang perawat wanita dengan wajah paniknya.

Dokter serta perawat yang ada disana pun berusaha sekuat tenaga dan sebisa mungkin, hingga terdengar suara melengking serta garis lurus pada monitor detak jantung yang membuat suasana semakin panik.

"Siapkan alat kejut jantung!" Ucap dokter berusaha agar tidak panik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!