Para Pedagang Palsu

Tanpa basa-basi, ia menginjak burung si tonggos dengan kencang dan menekannya kuat berkali-kali.

"Aarrrhhhhhh ampunnn... Ampuni aku, aku mohon ampuni aku!" Pekiknya kesakitan.

"Harusnya tadi saat aku menyuruhmu melepaskan ku, kau langsung melepaskanku! Sekarang sudah tidak ada ampun lagi untukmu!" Ucap Zevania kesal, sembali menginjak burung si tonggos dengan kekuatan penuh.

Tampak darah mulai mengalir di antar kedua paha si tonggos.

Si tonggos yang kembali meronta dan memohon ampun, tapi tak dipedulikan Lukas maupun Zevania.

Zevania selesai dengan pelajaran yang diberikannya.

"Aku sudah selesai." Ucapnya senang, ia segera kembali kebelakang tubuh Lukas lagi.

Lukas pun segera menghabisi si tonggos tanpa ampun dengan senjatanya sendiri. Setelah memastikan mereka sudah tidak bernyawa, Lukas dan Zevania segera pergi dari sana.

"Untung saja kau datang! Terimakasih sudah menolongku!" Ucap Zevania tulus.

"Hm, lain kali jika sudah gelap jangan berkeliaran." Balas Lukas.

"Iya-iya, aku hanya bosan. Jadi aku berkeliling didekat penginapan, tapi si cebol itu malah mengusikku." Jelas Zevania singkat.

"Berhati-hatilah. Aku atau pun Nona, tidak bisa selalu ada di dekatmu. Kami juga memiliki urusan kami sendiri, setidaknya kau bisa menjaga diri sendiri." Ucap Lukas datar, ia sedikit merasa kesal dengan Zevania. Bagaimana bisa gadis disampingnya ini begitu ceroboh? Jika dia tak datang, sudah pasti akhirnya akan sangat buruk. Pikir Lukas.

"Iya-iya, aku tau! Aku akan lebih berhati-hati lagi!" Sahut Zevania.

"Baguslah."

Mereka pun sampai dipenginapan, memasuki kamar masing-masing. Tentu saja Zevania tidur sendiri, karna Aylin tak suka tidur dengan orang lain disisinya.

"Selamat malam, sekali lagi terimakasih!" Ucap Zevania didepan pintu kamarnya, ia pun segera masuk dan mengunci pintu.

Sedangkan Lukas beralih ke arah kamar sang Nona, ia mengetuk pintu Aylin pelan. Jika nonanya tak menjawab, makanya ia akan memberi tahukan besok saja.

Beruntung bagi Lukas, karna Aylin baru saja bangun bebrapa menit yang lalu sebelum ia datang. Begitu Aylin membuka pintunya, ia melihat Lukas bediri didepannya.

"Selamat malam nona." Sapa Lukas.

"Ya, ada apa? Mengapa kau tidak beristirahat?" Tanya Aylin.

"Ada yang ingin saya sampaikan nona, ini informasi penting." Jawab Lukas.

"Masuklah."

Aylin pun mempersilahkan Lukas masuk kedalam kamarnya.

Aylin dan Lukas duduk di kursi yang memang disediakan dikamarnya.

"Katakanlah." Pinta Aylin singkat.

"Baik nona." Lukas pun menceritakan apa yang ia dengar ketika mengikuti para ksatria tadi di bar.

Saat selesai, ia melihat raut wajah nonanya tampak berkabut. Sepertinya sang nona kesal, pikirnya.

"Apa yang sedang direncanakan keluarga Brown?" Ucap Aylin pelan, namun dapat didengar oleh Lukas.

"Sepertinya mereka menyerap energi magis dari tubuh para hewan nona, saya pernah mendengar bawa energi para hewan dihutan itu bisa memberikan kekuatan besar jika terus dihisap." Jelas Lukas, begitu ia mengingat sebuah hal.

"Benarkah? Hm seperti mungkin saja memang itu tujuannya." Ucap Aylin.

"Baiklah, terimakasih atas kerjamu. Kembalilah dan beristirahat, besok kita akan melanjutkan perjalanan." Lanjut Aylin.

Lukas yang mendengarnya segera pamit dan kembali ke kamarnya.

Sementara Aylin memikirkan tentang keluarga Brown.

"Bukankah saat kejadian dulu, keluarga itu tidak ikut terlibat? Apa memang tidak ada hubungannya?" Ucap Aylin pelan.

"Lebih baik aku mencari tau tentang mereka, begitu sampai di ibukota." Pikirnya.

Aylin keluar dari kamar penginapannya, diikuti oleh Lukas dan Zevania yang juga keluar dari kamar mereka.

"Selamat pagi, Nona!" Sapa Lukas.

"Pagi, Aleara!" Diikuti oleh Zevania.

Aylin hanya mengangguk dan berjalan turun ke lantai bawah, mereka pun pergi menuju tempat sarapan dilantai dasar yang disediakan oleh pihak penginapan.

"Selamat datang Nona dan Tuan, silahkan." Sambut seorang pramusaji yang bertugas, dengan ramah.

Mereka segera mendudukkan diri dan memesan makanan masing-masing.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Aylin pada Zevania.

"Hah? Aku? Aku baik-baik saja." Jawab Zevania walaupun sedikit tidak mengerti dengan pertanyaan yang dilayangkan Aylin padanya.

"Aku sudah menceritakan kejadian kemarin pada Nona." Sahut Lukas santai, sembari mengetukkan jarinya ke meja.

"Oh begitu... Hah apa? Pantas saja Aleara menanyakan keadaanku!" Balas Zevania keras nyaris berteriak.

"Shuttt! Kecilkan suaramu, kita menjadi pusat perhatian!" Ucap Lukas, melihat sekitarnya.

"Hehe, maaf. Kapan kau memberitahunya?" Tanya Zevania mengecilkan suaranya, nyaris berbisik.

"Aku rasa kau tidak perlu berbisik-bisik denganku." Ucap Lukas sedikit kesal karna Zevania lumayan menyebalkan baginya.

"Iya-iya!" Sahutnya kesal.

Lukas memutar bola matanya kesal, tapi tak urung menjawab pertanyaan Zevania.

"Tadi malam, saat kau masuk kamar." Jawab Lukas setelah sedikit drama.

"Ckck aku kira kau juga langsung tidur."

"Tentu saja aku harus melaporkan ulahmu itu."

"Baiklah, sekali lagi terimakasih." Begitu ucapan Zevania selesai, makanan mereka pun datang dan mulai menyantapnya.

Aylin sejak tadi hanya menyimak percakapan mereka, tak berniat untuk bergabung. Toh, mereka juga tau ia jarang berbicara.

Tak lama kemudian mereka pun memulai perjalanan, meninggalkan desa tersebut.

"Jika kita beruntung dan tidak mendapat masalah saat ini, mungkin kita akan memasuki ibu kota malam nanti." Ucap Aylin memecah keheningan diantara mereka, mungkin kedua rekannya sedang lelah berbicara.

"Benarkah? Wah ternyata kita cepat juga." Sahut Zevania senang.

Sedangkan menurut Lukas, jika Nonanya tidak membawa Zevania. Mereka bisa saja sampai ke ibu kota dalam beberapa jam, tapi karna sang Nona memilih membawa Zevania. Jadilah mereka melalui jalan normal.

"Tidak buruk juga, kami bisa mendapat informasi." Pikir Lukas.

.

"Mengapa jalan ini sepi sekali? Bukankah ini jalan utama untuk menuju gerbang ibukota?" Tanya Zevania heran, karna menurut informasi yang ia dapatkan. Jalanan ini harusnya ramai.

"Benar juga, mengapa aku baru menyadarinya?" Sahut Lukas, memeriksa sekitarnya.

Aylin tampaknya sudah menyadari hal itu sejak tadi, tapi ia tak membuka suaranya. Mungkin agar rekannya bisa lebih peka terhadap sekitar.

"Ada sesuatu yang sudah terjadi disekitar sini, Lukas pergilah ke arah barat. Lihat situasinya, aku merasa ada yang tidak beres di sana." Perintah Aylin melalui pikirannya.

Lukas yang mendengarnya segera membelokkan kudanya ke arah barat, sesuai perintah Aylin.

"Hei!! Mau kemana kau!" Pekik Zevania begitu ia melihat Lukas melaju dengan cepat.

"Biarkan saja, mungkin ada sesuatu." Sahut Aylin singkat.

"Huh! Dia itu selalu saja tiba-tiba pergi." Keluh Zevania, karna memang benar. Lukas akan langsung pergi jika ia menerima perintah dari Aylin.

"Ayo." Ajak Aylin.

Ia melanjutkan perjalanannya, tanpa menunggu Lukas.

"Apa kita tidak perlu menunggunya?" Tanya Zevania bimbang.

"Tenanglah, dia akan menemui kita nanti. Dia lebih bisa menjaga diri dari pada kita." Balas Aylin.

Zevania yang mendengarnya pun segera mengejar Aylin, mau tidak mau ia harus mengikuti Aylin. Tak mungkin Aylin tak mengenal rekannya, pikir Zevania.

Melewati jalan dengan perasaan waspada, Aylin dan Zevania melajukan kuda mereka dengan kecepatan sedang. Tentu saja agar bisa mencapai gerbang dengan lebih cepat.

"Disini benar-benar sepi!" Ucap Zevania di sela perjalanan mereka.

Aylin hanya mengangguk sebagai responnya.

Hingga beberapa menit kemudian, dari kejauhan mereka sudah bisa melihat sebuah benteng pertahanan yang berdiri dengan gagah.

Mereka berhenti sejenak, sembari menetralkan pernafasan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!