"Tenanglah putriku, ayah akan membalasnya. Sekarang mari kita pulang, orang-orang ini sangat senang mendapat tontonan dari mu." Ucap tuan Orfeo, kemudian membawa putrinya keluar dari kerumunan dan pergi dari sana.
Kerumunan pun bubar, tapi tetap saja kejadian tadi menjadi hal yang menggemparkan seluruh desa.
Sedangkan Aylin yang sejak tadi menyimak kejadian itu, kembali tersenyum tipis.
"Rupanya penghianat ini masih belum bertobat, lihatlah apa yang bisa ku berikan padamu nanti." Ia pun membalikkan tubuh dan pergi dari sana.
Diikuti kicauan Zevania yang heboh dengan kejadian itu, serta Lukas yang sesekali menyahuti omongannya.
"Kita akan kemana sekarang nona?" Tanya Lukas.
"Apakah kalian lelah? Jika iya kita akan menetap disini sebentar." Jawab Aylin sembari menatap kedua rekannya.
"Tidak"
"Tidak"
Ucap Zevania dan Lukas berbarengan.
"Baiklah, kita lanjutkan perjalanan. Semakin cepat semakin bagus." Aylin pun kembali memimpin perjalanan, tapi ketika akan keluar dari desa.
Ia melihat sebuah kandang kuda, dengan banyak kuda didalamnya.
"Apa kalian bisa berkuda?" Tanya Aylin datar, setelah menghentikan langkahnya.
Zevania dan Lukas bingung dengan pertanyaan mendadak Aylin, walaupun begitu mereka tetap mengangguk.
Karna Zevania memang bisa berkuda.
"Baiklah, tunggu sebentar." Ucap Aylin kemudian pergi kearah kandang kuda yg dilihatnya.
Tampak seorang bapak tua yang sedang memberi makan para kuda, begitu menyadari kehadiran Aylin ia pun segera menghampiri sang gadis.
"Selamat datang nona, ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang bapak Kuda ramah.
Aylin menatap sejenak kuda-kuda dihadapannya.
"Apakah kuda-kuda ini dijual?" Tanya Aylin.
Bapak tua itu pun tersenyum lebar, ia segera mengangguk dengan semangat.
"Benar Nona, apakah nona ingin membeli sebuah kuda?" Tanya bapak tua itu.
"Ya, berapa harganya?" Tanya Aylin singkat.
"Untuk satu kuda yang sering melakukan perjalanan jauh, harganya sekitar 150keping emas nona." Jawab bapak tua ramah.
"Baiklah, aku akan membeli 3kuda." Balas Aylin singkat.
"Baik nona, silahkan memilih." Sahut bapak tua itu semangat. Siapa yang tidak senang jika ada yang ingin membeli barang daganganmu, pikirnya.
Aylin pun memilih sebuah kuda berwarna silver, dan dua kuda berwarna hitam legam.
Setelah memilih, bapak tua segera menyiapkan beberapa perlengkapan untuk disampirkan ditubuh kuda. Agar memudahkan perjalanan.
Setelah semuanya selesai, Aylin menyerahkan sekantong emas pada bapak tua itu.
"Silahkan dihitung." Ucap Aylin singkat.
Bapak itu pun dengan semangat menghitung uang yang dia dapatkan.
"Nona, ada berlebih 100 kepi.."
"Untukmu saja." Potong Aylin.
"Terimakasih Nona, terimakasih!" Ucap sang bapak tua sembari membungkukkan badannya.
Kemudian ia memanggil kedua rekannya, dan memberikan mereka masing-masing kuda.
"Apakah kau menyewanya Di?" Tanya Zevania heran.
"Tidak."
"Oh tidak, hah apa! Jadi kau membelinya?" Pekik Zevania begitu menyadari Aylin tidak menyewa kuda. Tentu saja selain menyewa, kau harus membeli kuda agar bisa menaikinya.
"Bukankah itu sangat mahal? Wah kau memang luar biasa! Terimakasih Div! Aku akan membalasmu nanti!"
Aylin tak menjawab, ia segera naik ke atas kuda silvernya.
Diikuti oleh Lukas dan Zevania. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki kuda, agar lebih efektif.
Tentu saja lebih mempersingkat waktu, karna kuda lebih cepat daripada berjalan kaki.
Saat hari sudah mulai sore, mereka sudah sampai ke desa selanjutnya. Mereka pun mencari penginapan untuk semalam, agar bisa beristirahat dengan nyaman.
"Untung saja hari ini tidak tidur dihutan yang menyeramkan!" Keluh Zevania, sembari bergidik ngeri membayangkan hutan yang kemarin mereka jadikan tempat beristirahat.
"Kita makan dulu, setelah itu kalian bebas melakukan kegiatan masing-masing." Ucap Aylin singkat.
Ia pun melangkahkan kakinya memasuki sebuah restoran yang tak jauh dari penginapan mereka.
Ketika ia memasuki restoran, matanya jatuh pada seorang gadis yang begitu ia kenali.
"Bagaimana bisa Maria ada disini? Bukankah seharusnya ia ada di desa sebelumnya?" Pikir Aylin heran.
"Sepertinya ada sesuatu."
Ia pun memilih mendudukkan dirinya dikursi yang membelakangi Maria Ileana Orfeo. Mungkin saja gadis itu sedang menunggu komplotan penghianatnya.
"Mungkin aku akan dapat tangkapan besar." Ucap Aylin dalam hati.
Mereka pun memesan makanan, sembari menunggu makanannya datang. Aylin menajamkan Indranya, agar bisa mendengar dengan jelas pembicaraan yang akan dilakukan Maria.
"Untung dia tak mengenaliku." Ucapnya lega.
Tak perlu menunggu lama, Aylin kemudian melihat seorang pria duduk dihadapan Maria. Mulai dengan beberapa basa-basi, mereka pun akhirnya berbicara dengan serius.
Benar tebakan Aylin, mereka membicarakan tentang penghianatan lagi.
"Apa mereka tidak bisa jika tidak berhianat terus?" Batinnya kesal.
Pembicaraan pun beralih kepada dirinya, mereka juga membahas tentang hilangnya Aylin serta bulan purnama.
"Bagaimana dengan gadis itu? Apa dia sudah ditemukan?" Tanya pria yang menjadi lawan bicara Maria.
"Tidak, dia belum ditemukan. Pangeran Draco bahkan tidak bisa memasuki rumahnya, apalagi kami. Sepertinya dia melarikan diri, dan memasang pelindung disekitar rumahnya dibumi." Balas Maria kesal.
"Ahh sial! Kemana gadis itu! Padahal sebentar lagi bulan purnama." Sahut sang pria.
"Benar, gadis itu benar-benar menyebalkan. Apa mungkin dia sudah mengingat semuanya?" Tanya Maria serius.
"Mungkin saja, jika tidak. Mana mungkin ia bisa memasang pelindung." Jawab sang pria.
"Ah kau benar! Arghh dasar wanita licik!"
"Sudahlah, lebih baik kalian fokus mencarinya! Mungkin dia sudah kembali kemari, jadi carilah dengan cermat." Suruh sang pria.
"Aku mengerti!" Sahut Maria.
"Baiklah, aku pergi dulu. Sampai nanti." Pamit sang pria, kemudian bangkit dan pergi dari sana.
Aylin tersenyum kecil mendengar percakapan mereka.
"Ternyata mereka sudah menyadari kepergian ku, lumayan cepat dari perkiraan. Tapi tak apa." Batinnya santai.
"Pria itu sepertinya aku pernah melihatnya? Tapi Dimana?" Pikir Aylin.
Sibuk dengan pikirannya, Aylin tak menyadari makanan sudah terhidang.
"Nona!" Panggil Lukas menyadarkan Aylin dari lamunannya.
"Ah! Mari makan." Ucapnya singkat
Mereka pun menyantap makanan yang terhidang dengan tenang, dan sesekali berbincang. Walaupun lebih seperti mendengarkan kicauan Zevania, karna hanya dia yang sibuk bicara sendiri. Dengan Aylin dan Lukas yang sesekali menimpali.
Selesai makan, Aylin melihat Maria masih berada ditempatnya. Menikmati makanannya seorang diri, hingga muncul sebuah ide didalam pikiran Aylin untuk memberi sedikit pelajaran pada Maria.
Tepat saat Maria hendak menuangkan air ke dalam gelasnya, Aylin memberi sedikit sihir agar tangannya terpeleset dan membuatnya menyiram gaun yang dikenakannya tanpa sengaja.
"Aaaaa! Panas!" Pekik nyaring.
Beberapa pelayan pun segera menghampirinya, begitu mendengar pekikan Maria.
"Apa yang terjadi Nona?" Ucap seorang pelayan pria, sembari membantunya membereskan kekacauan yang dibuat oleh Maria dengan sedikit bantuan Aylin.
"Matamu buta? Mengapa masih bertanya!" Sahutnya kesal dengan pertanyaan sang pelayan, yang menurutnya tidak tepat.
"Maaf nona, mari saya bantu." Ucap seorang pelayan wanita, kemudian membantu Maria membersihkan noda minuman yang terkena di gaunnya.
"Mari ikut saya ke kamar mandi nona, biar saya bantu membersihkannya." Ajak sang pelayan.
Tapi sepertinya Maria enggan, jadi dia diam saja.
"Tidak perlu, aku pulang saja. Berikan kertas tagihannya." Ucapnya ketus, karna sudah berada didalam mood yang buruk.
"Baik nona, tunggu sebentar." Pelayan itu pun pergi mengambil tangihan makanan Maria.
"Ini Nona." Ucapnya saat sudah kembali, dan menyodorkan sebuah kertas pada Maria.
Maria melihat nominalnya dan meletakkan kepingan emas sesuai dengan nominal tagihannya, ia pun pergi dari sana dengan kesal.
Beruntung itu terjadi karna kesalahannya sendiri, jika tidak pasti akan ada banyak rentetan masalah yang ia sebabkan.
Aylin yang menyaksikan itu tertawa kecil dalam hati, ia memutuskan untuk mengikuti Maria.
"Kalian lanjutkan saja dulu, aku akan pergi melihat-lihat." Ucap Aylin datar, tanpa menunggu jawaban dari Zevania dan Lukas. Ia pun segera beranjak dari sana.
"Mau kemana dia?" Tanya Zevania ingin tau.
"Mana ku tau, jangan sibuk mengurusi urusan orang." Sahut Lukas. Ia pun pergi dari sana untuk membayar.
Zevania yang ditinggal oleh kedua rekannya pun merasa kesal.
"CK, dasar para manusia batu." Ucapnya kesal, sembari melangkahkan kaki kembali ke penginapan. Ia hanya ingin istirahat saja, bosan berjalan-jalan pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments