Kunci Cahaya

Aylin yang mengingat tentang pertemuan Draco dengan pria berjubah itu pun semakin merasa marah. Karna rencana mereka, Aylin harus kehilangan banyak hal. Bahkan orang tuanya pun harus ikut kehilangan nyawa mereka. Aylin berjanji akan membalaskan dendam semua orang yang menjadi korban para penjahat itu.

Ia sekarang sudah bisa menggunakan seluruh kekuatannya, berkat kecelakaan itu Aylin pun tau dimana kunci cahaya berada. Tebakannya tentang sahabat ibunya, Eliza. Ternyata benar, Eliza yang memegang kunci itu. Karina menitipkan kunci itu pada Eliza agar tidak jatuh ke tangan orang yang salah jika suatu saat terjadi hal yang tidak terduga.

Ia pun berencana ke rumah Eliza besok siang, karna sekarang sudah malam. Lebih baik ia beristirahat sejenak.

Baru saja Aylin hendak merebahkan tubuhnya, terdengar suara ketukan pintu. Ia pun menggunakan indranya untuk melihat siapa yang datang.

"Apa yang dia lakukan datang jam segini?" Aylin pun bergegas membukakan pintu, karna sangat berisik.

"Kenapa?" Tanyanya begitu membuka pintu.

"Ini makan malam, kamu makan dulu. Mama bentar lagi mau kesini." Jawab Liam sambil menyodorkan rantangnya.

Aylin pun mengambil rantang tersebut dan masuk kedalam diikuti Liam.

"Bilang ke tante Eliza, besok ga usah repot-repot lagi masakin makanan kayak gini." Ucap Aylin saat hendak memakan makanannya.

"Kenapa? Mama tuh khawatir sama kamu, takut kamu ga makan." Ujar Maarva.

"Aku udah baik-baik aja, bisa masak sendiri. Aku juga belum mau mati muda kok." Jawab Aylin di sela-sela makannya.

Liam yang mendengarnya pun tersenyum tipis, syukurlah gadis didepannya mulai bicara panjang lebar lagi.

Ia pun memperhatikan Aylin yang sibuk dengan makanannya.

"Tadi sore kamu kemana? Aku sama mama ketuk-ketuk pintu kok ga dibukain?" Taanya Liam begitu ia mengingat kejadian sore tadi.

"Tadi sore?" Tanya Aylin, berpikir sejenak.

"Iya tadi sore."

"Aku ke makam ayah sama bunda."

"Aku kira kamu tidur makanya ga dengar. Mama khawatir banget takut kamu kenapa-napa." Ucap Liam.

"Bilang makasih ke tante Eliza udah khawatirin aku." Balas Aylin.

Ia pun merapikan peralatan makannya.

***

"Malam sayangnya tante." Sapa Eliza begitu ia memasuki rumah Aylin.

"Iya tante."

"Tante kenapa repot-repot banget sih? Aku kan bisa datang kerumah tante." Ucap Aylin tak enak karna begitu merepotkan sahabat ibunya itu.

"Gapapa kok, tante fine-fine aja."

Mereka pun duduk diruang tamu bersama.

Usai berbincang sedikit bertiga, Aylin pun menyampaikan maksudnya sejak tadi.

"Va! Aku mau ngomong berdua tante Eliza boleh gak?" Ucap Aylin memberi kode agar Liam meninggalkan mereka berdua.

"Oh oke aku tunggu di depan ya." Liam pun pergi meninggalkan Aylin dan iEliza.

"Tumben, ada apa Ta?" Tanya Eliza bingung.

"Tante pasti taukan asal-usul keluarga Aylin?' Tanya Aylin to the point.

Eliza yang mendengarnya terlihat terkejut dengan pertanyaan Aylin.

Aylin memperhatikan setiap gestur dan raut wajah Eliza saat berbicara dengannya.

"Kenapa kamu kok tiba-tiba ngomongin itu?" Tanya Eliza balik.

"Aku nemuin diary bunda, disana katanya cuma tante yang tau tentang keluarga Aylin. Walaupun Aylin ga ingat apa-apa sih." Jawab Aylin.

Terlihat Eliza menghela nafas lega tanpa disadarinya.

"Iya tante tau kok, kamu tenang aja ga ada yang tau tentang keluarga kaiian selain tante." Jawab Eliza.

"Berarti kunci cahaya ada sama tantekan? Karna bunda bilang nitipin kunci itu sama Tante Eliza." Lanjut Aylin.

Wajah Eliza tampak terkejut lagi, walaupun sebentar karna ia segera menetralkan ekspresinya.

"Ahh kunci cahaya? Iya tante ingat, Bunda kamu pernah nitipin kunci sama tante. Tapi gatau kunci apa." Jawab Eliza.

"Aku mau ambil kuncinya tante, karna setelah bunda ga ada. Kuncinya harus kembali ke pemilik sebenarnya." Pinta Aylin.

Eliza tampak berpikir sejenak, sebelum mengiyakan keinginan Aylin. Tampaknya ia tak menyangka Aylin akan mengetahui tentang kuunci itu.

"Tante bawa gak kuncinya?" Tanya Aylin pura-pura tak tau, karna ia melihat kalung berbentuk kunci di leher Eliza.

"Kuncinya? Tante ga bawa, kuncina ada dirumah. Besok tante suruh Liam bawain kesini ya?" Blasnya.

Aylin pun tersenyum dalam hati, melihat kebohongan Eliza. Ia pun menjulurkan tangannya dengan cepat ke wajah Eliza dan memberinya sihir ilusi, dan mengambil kunci yang ada dikalung Eliza. Aylin membuat ilusi bahwa kalung itu masih bergantung di lehernya.

Eliza kemudian kembali berkedip seperti biasa.

"Yaudah tante, makasih ya tante udah mau direpotin sama Aylin." Ujar Aylin sembari tersenyum seakan memercayai perkataan Eliza.

Eliza pun pamit pulang bersama dengan Liam. Begitu Liam dan Eliza sudah tidak terlihat lagi, ekspresi Aylin menjadi dingin.

Mengapa Eliza harus berbohong, pikirnya. Padahal ia tidak perlu berbohong untuk hal seperti itu, mau tak mau Aylin pun harus menaruh curiga pada Eliza dan Zyan. Jika dipikirkan lagi pun Aylin baru mengerti satu hal, saat orang tuanya kecelakaan mengapa Eliza dan Zyan yang mendapatkan kabarnya.

Karna setau Aylin ponsel kedua orang tuanya telah diatur agar panggilan darurat terhubung ke telpon rumah dan handphonenya. Tidak mungkin pihak kepolisian justru menghubungi mereka dan tidak menghubunginya sama sekali. Bahkan di dompet orang tuanya terdapat nomor rumah dan nomor handphonenya, setelah ia sampai dirumah sakit pun tidak ada pihak kepolisian atau pun orang yang menabrak mobil orang tuanya. Ia bahkan tak tau apapun tentang pelaku dan lokasi kecelakaan orang tuanya.

Aylin pun memikirkan segala macam kemungkinan yang bisa saja terjadi, tapi situasi itu terasa sangat ganjil.

"Baiklah, kita lihat apa yang sedang kalian sembunyikan dariku." Ucap Aylin pelan, kemudian menutup matanya. Ia pun tertidur.

***

Pagi yang gelap untuk kali ini, Aylin tampaknya sudah bangun sebelum matahari menampakkan dirinya. Ia bahkan sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Hari ini ia harus menyelesaikan semua perihal sekolahnya sebelum kembali ke tempatnya berada, karna sia-sia saja ia menguras otaknya jika hasilnya disia-siakan.

Ia pun keluar dari rumahnya setelah sarapan dan berjalan kaki menuju sekolahnya.

Saat melewati rumah Liam, Aylin merasa ada yang janggal. Tak terlihat satu pun mobil yang biasa digunakan oleh Eliza atau Zyan. Memilih mengabaikan hal itu, Aylin kembali melanjutkan langkahnya.

Tepat digerbang kompleknya, Aylin berpapasan dengan Draco yang kelihatan sedang berolahraga pagi.

"Pagi." Sapa Draco begitu berhenti didepan Aylin.

Aylin mau tak mau harus memainkan perannya.

"Pagi." Balas Aylin.

"Kamu kesekolah jalan kaki?" Tanya Draco basa-basi.

"Iya, biar segar." Jawab Aylin.

"Nanti pulang sekolah, aku boleh main kerumah kamu gak?" Tanya Draco.

"Hmm, boleh kok. Yaudah aku lanjut dulu ya." Jawab Aylin kemudian melanjutkan perjalanannya tanpa menunggu balasan dari Draco.

Draco pun hanya tersenyum misterius melihat punggung Aylin yang semakin menjauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!