RAKA LINGGAR : KETURUNAN PEMBANTAI IBLIS

RAKA LINGGAR : KETURUNAN PEMBANTAI IBLIS

BAB 1

BAB 1

Disebuah hutan yang tampak gundul karena pepohonan disitu sebagian besar sudah tumbang, bahkan banyak diantara hancur menjadi serpihan kayu kecil kecil.

Tampak juga tanah tanah belubang seperti kawah kawah kecil, debunya pun berhamburan menjadi tanpak seperti kabut yang berwanan kecoklatan. Disitu juga banyak berserakan mayat mayat iblis berbagai wujud, kebanyakan mereka binasa dengan kondisi yang sangat parah, bahkan ada yang benar benar hancur.

Pun ada pula sebagian dari mereka yang masih hidup namun kondisinya sudah sangat tidak berdaya. Ada dua kubu disana, satu dan lainnya sama sekali tak berimbang.

Di satu kubu ada seorang pria 40 tahunan, mengenakan pakaian jaman dahulu yang hanya menutupi bagian perut kebawahnya saja, pakaian ksatria jaman dahulu.

Rambut, kumis dan jenggotnya tidak terlalu panjang, sebagian besar sudah mulai memutih. Di kepalanya melingkat ikat kepala dari kain berwarna hitam, dan dipunggungnya terselip sebuah keris berwarna keemasan. Disamping pria tersebut diapit oleh 2 orang makhluk aneh dikanan dan kirinya, disebelah kanan ada manusia kekar berotot, warna kulitnya biru tua, tingginya hampir 3 meter, namun manusia tersebut ber kepalak burung garuda dengan sorot matanya yang sangat tajam mengintimidasi.

Ditangan kanannya memegang sebuah tombak trisula yang ujungnya mengeluarkan semacam energi listrik berkekuatan tinggi, dan ditangan kirinya memegang perisai dengan motif tulisan tulisan yang entah apa artinya, sepertinya itu tulisan bahasa yang sudah sangat kuno.

Sedangkan disamping kiri pria tersebut berdiri pula seorang bertubuh gempal namun berotot, kulitnya berwarna abu abu tua, kelihatan sangat tebal, meskipun terlihat banyak goresan goresan disana.

Dia berkepala badak dengan cula runcing yang berlumur darah, ditangannya tergenggam 2 pedang yang sama sama berlumuran darah pula.

Sementara di kubu lainnya ribuan iblis dengan berbagai bentuk yang mengerikan. Susah digambarkan betapa mengerikan wujud mereka, di urutan paling belakang ada sesosok iblis yang wujudnya paling berbeda, ukurannya pun hampir dua kali lipat dari iblis iblis lainnya.

Warna kulitnya merah darah, pun sama dengan sorot ketiga matanya yang seolah olah mengeluarkan sinar berwarna merah darah.

Ya, dia bermata tiga, satu diantaranya berada tepat di keningnya. Wajahnya tidak begitu menyeramkan, hampir sama seperti wajah manusia, hanya saja dia memiliki 2 tanduk seperti kerbau, tak memiliki sehelai rambutpun. Yang tampak sangat berbeda adalah tubuh nya, tubuh kekar berwarna merah darah teraebut memiliki sayap yang mirip dengan sayap naga, pun dia memiliki ekor yang serupa ekor naga pula.

Ujung ekornya seperti ujung anak panah, mengkilat merah pekat dan kelihatannya benar benar sangat tajam.

Pria dengan pendamping manusia berkepala garuda dan badak tersebut tampak terengah engah mengatur nafas. Mereka bertiga sudah tiga hari tiga malam bertarung melawan puluhan atau bahkan ratusan ribu pasukan iblis.

Meskipun mereka sudah berhasil membinasakan ribuan, namun sepertinya jumlah mereka masih saja terlalu banyak.

"Tuan, jumlah mereka seperti tidak ada habisnya, bala bantuan pun tak segera datang dan Tuan sudah kehilangan banyak energi, apa tidak sebaiknya kita mundur dulu tuan?" Tanya Guntur Jalamangkara, makhluk berkepala garuda kepada Suryo Buwono.

Bayu Giri, manusia berkepala badak mengangguk pelan menandakan menyetujui pendapat Guntur.

"Tidak, kita selesaikan saat ini juga. Aku tidak akan memaksa kalian untuk pertempuran penghabisan kali ini" jawaban Suryo Buwono sangat tegas, dan tak tersirat sedikitpun ketakutan disitu.

"Anda tidak pernah berubah Tuan, sangat keras kepala seperti saat pertama kali kami menemukanmu" Giri Bayu menggeleng pelan. "Tapi kami tidak akan meninggalkanmu, tidak akan pernah Tuan, kita akan bertarung!!!"

Bayu giri kembali menghunuskan dua pedang saktinya. Melihat sahabatnya mengangkat kembali pedangnya, Guntur pun langsung mengangkat  tombak trisula kedewataan tinggi tinggi sambil berteriak lantang

"majulah semua wahai iblis rendahan....!!!!"

Suryo Buwono memejamkan matanya, mulutnya komat kamit merapal mantra yang entah apa bunyinya dan entah pula apa artinya, kemudian matanya terbuka, dia mengepalkan kedua tangannya. Seketika itu tubuhnya memancarkan aura keemasan yang menyilaukan. Tak hanya itu, warna rambutnya pun berubah menjadi warna emas, pun demikian dengan sorot matanya.

Di ujung kepalan tangannya aura keemasan tersebut memanjang dan meruncing laksana pedang.

Yaa, itulah ajian PEDANG KHAYANGAN ¡!

****

Sementara itu di sebuah ruangan di istana kerajaan, Sri Baginda Wijaya Kusuma yang merupakan raja dari kerajaan tersebut didampingi putrinya Raden Ayu Sekar Kusuma  menampakkan rona wajah cemas dan khawatir.

Mereka berdua menunggu penasihat spiritualnya atau lebih tepat disebut penyihir kerajaan sedang komat kamit di depan bejana tembaga yang berisi air yang berasal dari tujuh mata air dan lengkap dengan sesajen beraneka rupa di sekitarnya.

Selang beberapa saat, Nini Sayuti si penyihir berhenti merapalkan mantra kemudian membuka matanya. Tak sabar menunggu, sri paduka bertanya

"Tunjukkan padaku nini" titah sang raja.

"Baik yang mulia" Sayuti mulai menyibakkan bunga bunga yang ada dipermukaan bejana kemudian tampaklah keadaan dimana Suryo Buwono sedang bertempur dengan para iblis iblis itu.

Raut wajah sang raja tampak sedikit lega karena Suryo Buwono masih sanggup bertahan disana, namun kekhawatiran kembali muncul setelahnya.

"Dimana bala bantuan yang kukirimkan ke medan tempur Sayuti?" Wijaya kusuma bertanya dengan suara serak yang sedikit bergetar.

"Mohon maaf baginda, mereka semua tidak dapat hamba temukan, mungkin mereka disesatkan oleh para iblis itu" jawab Sayuti dengan tetap menundukkan kepalanya. Raden Ayu Sekar seketika menunduk dan menitikkan air matanya.

"Ayahanda, tak bisakan panjenengan mengirimkan lagi pasukan tambahan kesana? Jika para iblis yang memenangkan pertempuran ini, maka kerajaan dan seluruh rakyatnya akan binasa" Sekar bertanya dengan semakin deras air matanya.

"Seandainya aku bisa nduk, hampir semua prajurit terbaik kita sudah kukirim kesana" Disela sela keheningan nini Sayuti berucap ragu

"Ampun baginda, masih ada satu harapan lagi, kita memohon bantuan pasukan dari kerajaan nis-nas"

(Nis-nas \= makhluk separuh manusia separuh binatang)

"Akupun berpikir demikian, namun hanya Guntur dan Bayu Giri yang punya akses kesana, kalau mereka tidak menghendaki memanggil bantuan, maka itu tidak akan pernah terjadi"

Sri Baginda menghela nafas panjang. Nini Sayuti tampak pucat dengan keringat mengucur deras, dan tiba tiba bejana tembaganya tidak lagi menampilkan pertempuran Suryo dan para iblis. Menerawang di alam dunia lain memang menghabiskan energi Sayuti, bahkan Sayuti hampir pingsan karena kehabisan energinya.

Kembali ke medan pertempuran, Raja iblis yang berwarna merah darah tertawa menggelegar mendengar teriakan Guntur Jalamangkara. Seketika langit memerah darah, dan para prajurit iblis seperti mendapat kekuatan baru. "BUNUH MEREKA BERTIGA....!!!!"

Para iblis berlarian dengan masing masing senjata ditangan mereka, mereka tampak sangat bersemangat sekali untuk membinasakan Suryo Buwono dan dua orang pendampingnya.

"Terima kasih kalian berdua masih bertahan berjuang bersamaku, mari kita tuntaskan" suara Suryo Buwono terdengar tegas berwibawa dan tanpa keraguan sedikitpun, Guntur dan Bayu Giri tersenyum namun tetap terlihat garang.

"BINASALAH KALIAN IBLIS....!!!!" Teriakan Suryo menggelegar.

Terpopuler

Comments

nath_e

nath_e

cyclop??

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!