Suara dentuman di sertai cahaya putih menyilaukan berpendar seiring batu besar itu hancur menjadi kerikil dan pasir. Seketika itu juga Suryo terpental ke belakang.
"Aarrgghh....!!!"
Suryo mengerang kesakitan. Dia merasakan tulang tulang ditangannya seperti ikut hancur. Kemudian dia duduk bersila mengatur nafasnya dan membuka titik titik chakranya, rasa sakit ditangannya berangsur menghilang, namun dia merasakan energinya terkuras.
Di padepokan, Rakeyang yang sedang rebahan terkejut mendengar suara dentuman, dia pun merasakan ada pelepasan energi yang lumayan besar dari sana. Rakeyang menggeleng gelengkan kepalanya, dia yakin jika suara dentuman itu berasan dari Suryo.
Rakeyang langsung mengambil posisi duduk bersila, dia melakukan ngrogo sukmo, sukma Rakeyang melesat secepat kilat menuju ke asal suara tersebut.
Dari jarak yang lumayan jauh Rakeyang memperhatikan Suryo yang masih dalam posisi teratai penuh untuk memulihkan tenaganya. Setelah memastikan Suryo baik baik saja, sukma Rakeyang kembali ke raganya.
Sekitar 1 jam berlalu Suryo tampak kembali ke padepokan dengan wajah yang agak pucat. Tanpa disadari, Rakeyang sudah menunggu di depan pintu masuk rumah utama.
"Anda terlalu tergesa gesa, beruntung jurus itu tidak melukai anda" ucapan Rakeyang mengagetkan Suryo yang berjalan agak gontai.
"Maafkan saya paman guru, saya pun tidak menyangka kalau saya sudah bisa menggunakan jurus itu, namun tangan ku terasa sangat sakit saat menghancurkan batu tadi" jawab Suryo dengan wajah bersalah.
"Seperti yang saya bilang sebelumnya, energi yang harus anda keluarkan harus terukur dengan cermat, sepertinya tadi anda mengaliri tangan anda dengan terlalu banyak energi chakra, titik titik chakra lainnya hanya tersisa sedikit energi, itulah sebabnya chakra yang tersisa tidak dapat menopang kekuatan anda saat energi tinju matahari terlepaskan"
Rakeyang Sanca kembali mengulang teknik teknik nya lebih detail. Suryo menyimak semua perkataan Rakeyang dengan seksama, dan sepertinya dia menyadari kesalahan tekniknya. Dia harus memperkuat semua titik chakra nya terlebih dahulu.
Di suatu malam, saat Rakeyang dan Suryo bermeditasi, tiba tiba mereka kedatangan 2 makhluk dari dimensi lain. Ya, mereka Guntur dan Bayu Giri.
"Selamat datang sahabat sahabatku!" Sambut Rakeyang dengan rona wajah gembira, pun demikian Suryo menyambut mereka sambil membungkuk hormat.
"Maafkan kami, raja kami tidak mengijinkan Tuan Muda Suryo untuk berlatih di wilayah kerajaan kami, namun kabar baiknya beliau mengijinkan kami untuk memberikan beberapa ilmu kanuragan di alam kalian" ucap Guntur kepada Rakeyang.
"Nanti setiap awal bulan, kami akan bergantian melatih tuan Suryo dengan sedikit kemampuan kami" sahut Bayu Giri.
"Itu sudah lebih dari cukup buat saya, maaf merepotkan anda tuan" balas Suryo sambil menangkupkan kedua tangannya.
"Baiklah kita mulai saja latihan pertama kita, apakah anda sudah siap tuan muda" Tanya Guntur.
"Mohon maaf tuan, bolehkan saya bertanya, Mengapa anda memilih awal bulan untuk melatih saya"
Tanya Suryo keheranan.
"Karena bulan belum nampak sama sekali dimalam hari, banyak yang tidak tahu bahwasanya bulan bisa mempengaruhi emosi seseorang, apalagi saat bulan purnama, terkadang kita merasakan kegelisahaan yang tanpa sebab, hilang fokus, dan bagi sebagian orang lainnya merasakan energinya seakan akan melemah, itulah sebabnya para sahabatku memilih waktu di awal bulan" Jelas Rakeyang menyela.
"Terima kasih penjelasan nya paman guru, saya sudah sangat siap berlatih" ucap Suryo bersemangat.
"Baiklah, aku akan mengajarkan ilmu melipat bumi (teleportasi) anda bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain bahkan tanpa bergerak sedikitpun"
Guntur memposisikan duduk bersila dihadapan Suryo.
"Saya pernah mendengar ilmu ini, saya sama sekali tidak menyangka memperoleh kesempatan mempelajari ilmu ini" jawab Suryo tampak terharu.
"Ini hanya soal kekuatan pikiran, tahap pertama latih kekuatan pikiran anda terlebih dahulu" bimbing Guntur Jalamangkara.
Sementara Rakeyang dan Bayu Giri nampak mengobrol santai di belakang padepokan, mereka tidak ingin mengganggu latihan Suryo.
Kurang lebih dua jam setelahnya, Guntur mengakhiri latihan pertamanya, mereka harus segera kembali ke alam mereka, ada tugas lain yang harus dijalankannya.
"Paman guru, kira kira kapan raja iblis akan membalas dendam kematian anaknya, Jika dalam waktu dekat ini mereka menyerang kita, sepertinya saya belum siap" ucap Suryo lirih.
"Kurasa masih cukup lama, mereka pasti akan menghimpun kekuatan dahulu, dan sementara itu kita juga harus jauh lebih kuat dari sekarang. Namun saya khawatir pada saat itu tiba, saya sudah tidak bisa membantu anda" Jawab Rakeyang datar dengan mata menerawang entah kemana.
Rakeyang Sanca tau bahwa waktunya di dunia ini sudah tidak lama lagi.
Dengan ketekunan serta kelebihan yang dimiliki Suryo, hanya butuh waktu kurang dari setaun bagi Suryo untuk menguasai jurus jurus yang diajarkan oleh Rakeyang, Guntur dan Giri.
Setelah dirasa sudah semua ilmu kanuragan Rakeyang Sanca diturunkan kepada Suryo, tibalah saatnya Rakeyang akan benar benar meninggalkan kuduniawian.
Hari yang ditentukan sudah tiba, Rakeyang sudah memantapkan hati untuk berpamitan, dia merasa tanggung jawabnya sudah selesai.
Setelah berpamitan kepada keluarga nya, Rakeyang menuju ke istana Wijaya Kusuma untuk berpamitan.
Tentu saja Wijaya Kusuma sangat keberatan. Rakeyang Sanca sudah banyak sekali berjasa bagi kerajaan, dan tentunya tidaklah mudah mendapatkan pengganti yang sepadan.
Mungkin saat itu hanya Suryo yang bisa disepadankan dengan gurunya, Rakeyang Sanca.
Namun Suryo punya tanggung jawab lain yang lebih besar.
Padepokan Rakeyang Sanca di serah terima tugaskan kepada Aryo, adik seperguruan Rakeyang Sanca.
Suasana pamitan begitu emosional, terutama di padepokan, mereka sudah menganggap Rakeyang Sanca sebagai bapak kedua bagi mereka. Memang Rakeyang Sanca terkenal tegas dalam memberi pelatihan, tak segan pula memberi hukuman jika ada yang menyalahi aturan, namun sikap diluar pelatihan sangat berbeda sekali, Rakeyang begitu mengayomi.
"Aku tidak sepenuhnya meninggalkan kalian, aku masih tetap mengawasi kalian, dan jika Sang Pemilik Kehidupan mengijinkanku, aku masih dapat kembali lagi kesini namun dalam wujud lain"
Ucap Rakeyang sambil menahan air matanya menetes.
Rakeyang Sanca memilih untuk Moksa, dan semua orang menghargai keputusannya, meskipun berat. Tak ada makam untuk di ziarahi, bahkan mereka pun sebenarnya ragu, moksa itu masih hidup atau mati, entahlah.
Beberapa minggu setelah kepergian Rakeyang Sanca, semuanya kembali berjalan normal seperti sedia kala.
Hanya Suryo Buwono saja yang berubah, sesuai perintah Rakeyang sebelum moksa, Suryo lebih intens melatih kekuatan pikiran dan pengendalian semua titik chakra.
Namun setiap awal bulan masih lah sama, Guntur dan Giri masih selalu menyambanginya walau hanya sekedar menemani Suryo bermeditasi.
Guntur Jalamangkara dan Bayu Giri sudah memberikan sebagian ilmu kesaktiannya, dan Suryo sudah pula menguasainya, hanya tinggal bagaimana Suryo mengembangkan ilmu ilmu tersebut.
Waktu berjalan terasa teramat cepat, tak terasa sudah bertahun tahun sejak sepeninggal Rakeyang Sanca.
Tiba tiba disuatu malam yang kelam tak berbintang, saat Suryo sedang melakukan meditasi, tiba tiba datang Rakeyang Sanca beserta dua sahabatnya.
Dalam keheningan dan ke suwung an meditasinya Suryo merasakan ada yang datang, namun hanya sukma atau ruh saja.
Meskipun tanpa jasad, energi ketiga sukma tersebut sudah sangat terasa.
Buru buru Suryo mengakhiri meditasinya dan membuka matanya.
"Paman Guru!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments