"Mas, tadi pas kepasar aku ketemu mbak Rodiyah, dia bilang kalau kemarin dia lihat Bapak, ibu, sama Intan lagi ziarah di makam mas Subagyo"
Ucap Rini kepada Susanto, paman Intan.
"baguslah mereka sudah tidak mampir mampir kesini lagi, rumah ini tidak boleh lepas!"
Balas Susanto dengan matanya yang menerawang entah kemana.
Suyanto sampai sekarang belum dikaruniai anak, namun entah mengapa dia menolak saat dititipi Intan.
Di lingkungan pun dia terkenal sebagai orang yang tidak suka dengan anak anak. Namun lain halnya dengan Rini, dia sering menimang nimang anak tetangganya.
Namun meskipun dia menumpang di rumah almarhum kakak nya, Suyanto tiap bulan selalu mengirim sejumlah uang kepada Mbah Dharmo untuk diberikan kepada Intan sebagai sewa rumah, untuk menghindari cibiran para tetangganya.
Hari hari berlalu tanpa terasa, sudah genap 2 bulan sejak Raka memulai latihannya. Kini tubuhnya jauh lebih kuat meskipun masih terlihat kurus. Teknik teknik bela diri pun sudah mulai diajarkan oleh Gagak Rimang. Namun belum untuk ilmu ilmu kesaktian.
Raka yang masih terlalu muda belum menguasai pengendalian emosi nya, akan sangat rawan jika dia diajarkan ilmu kesaktian.
Memasuki bulan ke tiga, Gagak Rimang mulai melatih meditasi, tentu saja sebagai dasar pengendalian dirinya.
"paman guru, akhir akhir ini aku sering sekali tiba tiba merasa sangat sedih, bahkan aku tidak tau aku sedih karena apa"
Raka bercerita tentang apa yang dirasakannya belakangan ini. Sebenarnya, tanpa bercerita pun Gagak Rimang sudah tau, namun dia memilih diam.
"Nanti suatu saat kamu akan tau, sekarang fokuslah bermeditasi, itu akan menenangkan hati dan pikiranmu"
Jawab Gagak Rimang datar.
"mbaaaahhh....., Intan takuut mbaaah!"
Tiba tiba intan berteriak sambil mengetok ketok pintu kamar Mbah Dharmo dengan cukup keras.
"ada apa tho nduuk tengah malam teriak teriak, kamu mimpi buruk atau apa"
Tanya mbah Dharmo yang lalu memeluk Intan dan mengelus elus kepala Intan yang dibenamkan di dada kakeknya.
"barusan pas mau ke kamar mandi Intan lihat hantu mbah, Intan takut mbah!"
Intan terlihat sangat ketakutan, kedua telapak tangannya di tangkupkan untuk menutupi matanya, baru kali ini dia melihat penampakan makhluk halus.
"ga papa nduuk, paling makhluk itu cuma lewat, ga akan ganggu kamu. Sekarang kamu tidur sama mbah putrimu, biar kakek usir hantunya"
Setelah intan masuk kamar, mbah Dharmo lalu ke kamar mandi untuk melihat apakah ada hantu atau tidak.
"siapapun kamu, jangan ganggu cucuku, dia sudah cukup menderita, biarkan dia hidup dengan tenang"
Mbah Dharmo memang tidak melihat makhluk apapun disana, namun dia bisa merasakan hawa yang berbeda.
Keesokan harinya Intan demam, karena rasa takut yang dirasakan membuat dia tidak bisa tidur sampai pagi. Intan pun tidak masuk sekolah lagi.
Saat berangkat sekolah, Raka sengaja berjalan lebih lambat dari biasanya, sebentar sebentar dia menoleh kebelakang namun Intan tak kunjung muncul juga.
Setelah sampai di kelas, dan pelajaran pertama dimulai pun Intan juga belum nampak. Raka yang dulunya tidak peduli, kini dia merasa kawatir dengan keadaan Intan.
Kebetulan hari ini kakaknya yang akan membantu ibunya berjualan, Raka memutuskan untuk kerumah Intan sepulang sekolah.
"assalamu'alaikum mbah, Intan nya ada mbah"
Sesampainya di depan rumah, tampak mbah Marni sedang menyapu halaman.
"wa'alaikum salam, ayo masuk nak, itu intan lagi makan, badan nya demam jadi tidak sekolah"
Mbah Marni meletak kan sapunya lalu mengiringi Raka ke ruang tengah, kemudian meninggalkan mereka berdua dan melanjutkan aktifitas menyapunya.
"Kamu sakit apa Ntan"
Tanya Raka dengan ekspresi datar. Namun beda dengan hatinya, dia sebenarnya mengkhawatirkan Intan yang tampak lebih kurus.
"Semalam aku lihat hantu, aku takut banget, trus ga bisa tidur sampai pagi, trus jadi demam begini"
Jawab Intan sambil memegang sesendok bubur yang dari tadi tak kunjung di suap nya.
"Dari kecil aku juga sering lihat hantu, tapi mereka tidak menganggu, cuma menampak kan diri, kamu jangan takut. Memang hantu kayak apa yang kamu lihat"
Raka mencoba menenangkan Intan untuk tidak terlalu takut dengan hantu. Memang beda cerita, Raka sudah sangat terbiasa sedangkan Intan ini adalah pengalaman pertamanya.
"hantu kakek kakek, rambut, kumis, jenggot nya semua putih, bajunya juga putih semua"
Dheegghh....
Kenapa ciri cirinya mirip kakek buyut...
Batin Raka sambil menatap mata Intan.
"habiskan makan mu, trus minum obat nya, aku pulang dulu"
Intan hanya mengangguk pelan.
"Beruntung kita bergerak cepat mengagalkan santet itu, tega sekali manusia itu hendak mencelakai gadis kecil"
Ucap Suryo Buwono sambil menghembuskan nafasnya kasar.
"Kalau anda mengijinkan, biar kumusnahkan manusia keji itu sekalian dukun rendahan itu!"
Sela Guntur yang tampak geram menahan amarahnya.
"tidak, biarlah nanti menjadi tugas cucuku, sekarang kita cukup melindunginya saja"
Berbeda dengan Guntur, Suryo jauh lebih tenang, dia tidak begitu khawatir dengan santet santet dukun yang bersekutu dengan iblis rendahan, bahkan raja iblis penguasa pulau jawa sudah pernah dia takhlukan di masa lampau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments